Rabu, 31 Mei 2017

Dan Kamu pun Lahir ke Dunia, De..😊

Pukul 00.22 wib mobil yg membawa A Epen, Mak Ati, Aa dan aku sampai di pelataran parkir RSU Tangerang. Sementara Emak dan Bapak menyusul di belakang kami dg motor.
Setelah staf RS mendengar kondisi pecah ketubanku, segera saja sudah ada kursi roda yg kemudian digunakan untuk membawaku masuk ke dalam. Sementara Aa mengurus administrasi, aku dipindahkan ke atas troli baring dan dibawa masuk ke suatu ruang. Dalam ruangan itu ada dokter, perawat dan beberapa bumil lain.

Aku masih mencoba menenangkan pikiranku. Mencoba meyakinkan diriku bahwa Dede dan aku akan sehat dan selamat melewati malam ini. Tapi tak bisa kupungkiri bahwa kecemasan mulai mengangguku. Alhasil nenit-menit berikutnya pun kulalui dg kecemasan. Tensiku bahkan sempat meninggi jadi 160/120. Untuk menurunkannya aku diminta tuk menelan sebuah pil. Dan alhamdulillah... Itu berhasil. Tensiku kembali normal. 😊

Selain tensi, sampel darahku juga diambil. Cek organ genital, pemeriksaan dan perekaman detak jantung bayi, proses pipis melalui kateter, juga pemberian induksi untuk merangsang proses pembukaan. Saat itu aku baru pembukaan 1.

Menit demi menit terus berlalu. Aku masih sendiri di dalam ruang pemeriksaan. Agaknya ada peraturan yg melarang pasien ditemani keluarga dalam ruangan itu. Padahal saat itu aku sangat menginginkan kehadiran Aa. Karena aku mulai merasakan mulas2 yg tak enak. Tak enaknya adalah karena aku dilarang mengejan sebelum Dokter menitahkanku. Semulas apapun yg harus kutanggung. Alhasil akupun banyak mengeluarkan keringat dingin. Hhh...😰😰😰

Sekitar jam setengah 3 aku dipindahkan ke ruang Aster bawah. Kali ini Aa diijinkan untuk menemaniku. Aa bahkan dititahkan dokter untuk mencekokiku makanan dan minuman. Karena aku akan membutuhkan energi yg besar untuk proses persalinan nanti. Aku agak sebal dg titah dokter yg satu itu. Bagaimanalah aku bisa enak makan, jika setiap beberapa menit sekali aku mesti menahan diri untuk tidak mengejan. Padahal mulas2nya kian menghebat di setiap waktunya. Aa bahkan sempat kusewoti lantaran berkali-kali menanyakan apakah aku merasa mulas. Padahal aku sudah jelas ber-huh-hah-huh-hah. Yg artinya aku memang sedang mulas.😠

Berkali-kali pula kurutuki jam yg tergantung di dinding di hadapanku. Sebabnya adalah jarumnya yg kurasa terlampau lambat berputar. Setiap kali aku melirik ke arahnya, selalu saja jarumnya menunjuk angka 3. Jam 3 pagi. Di mana pula dokter dan perawat? Mengapa aku merasa terabaikan?
Halahh.. Sindrom persalinan..😑

Lalu, masih sekitar jam 3, seorang perawat yg mungkin lelah karena sering dipanggil Aa untuk mengecekku akhirnya berkata,
"Ibu.. Saya kasih tahu ya. Paling cepet itu butuh 1 jam untuk setiap pembukaan. Jadi ibu mesti sabar ya.. Ibu mau lahiran normal kan? Dinikmati aja ya, bu.."

Duh.
Satu jam-satu pembukaan. Dan saat itu aku mungkin baru pembukaan 4. Jadi masih ada sekitar 6 jam yg mesti kulalui lagi. Yaa Rabb... Pantaslah posisi ibu diagungkan dalam Islam. Karena perjuangannya pun "Wah".

Setelah mendengar informasi itu, aku pun jadi lebih memfokuskan diriku untuk menenangkan pikiran. Aa pun sering mengingatkanku tuk beristighfar. Beruntungnya aku bisa didampingi Aa saat itu. Karena aku tak yakin bisa jika harus melewati saat2 itu seorang diri.
Love him, so....much. 😘

Dan akhirnya, sekitar jam 4 aku dipindahkan ke ruang persalinan. Menurut pemeriksaan aku sudah pembukaan 8. Alhamdulillah..

Sayangnya, di ruang persalinan aku harus berjuang sendiri tanpa sampingan siapapun yg kukenal. Bahkan Aa sekalipun. Rasa mulas yg kian sering dan menghebat, tak berpengalaman nya aku dalam proses mengejan yg benar, membuatku kesulitan melahirkan Dede. Hingga azan subuh berkumandang, Dede tak jua lahir. Sementara aku sudah mulai lemas. Besar kemungkinan karena lapar.

Barulah di waktu dhuha Dede lahir ke dunia. Aku menangis saat mendengar tangisan pertama putraku itu. Ia tak menangis lama. Karena tak lama setelah ia lahir, dokter meletakkan putraku itu ke atas dadaku. Dan Dede langsung sibuk mencari putingku. Terngianglah di benakku satu ayat yg sering diulang2 dlm suratnya.
"Fa biayyi aalaaai robbikuma tukadzdziban.."
"Maka nikmat Tuhan-mu yg manakah yg kamu dustakan."

Di detik itu pula semesta ku berubah. Matahariku kini tak lagi hanya Aa. Karena Dede lahir membawa mataharinya sendiri ke duniaku. Meyakinkanku bahwa Allah begitu sayang padaku dg menitipkan nya dalam rengkuhan tanganku. Menyadarkanku bahwa aku kini telah menjadi seorang ibu.

Berjuta harap pun kugemakan kepada-Nya, Sang Penguasa Langit.

"Allah, Yaa Rabb..
Syukurku merayap ke haribaan-Mu..
Terima kasih.. Untuk menitipkan ia dalam penjagaan kami. Dan kumohon, bimbing kami untuk bisa menjalankan amanah ini dg baik.
Menjadi seorang ayah. Menjadi seorang ibu. Yg baik. Dan bisa membaikkan ia hingga menjadi hamba-Mu yg saleh.
Maka kutitipkan pula ia dalam penjagaan terbaik-Mu, Yaa Rabb..
Dau keburukan dunia..
Keburukan akhirat..
Dan keburukan makhluk-makhluk-Mu."
Aamiin..
Allahumma aamiin..
😊😊😊

Selasa, 30 Mei 2017

USG dan Pecahnya Ketuban

Mengikuti saran bidan puskesmas, aku diantar bapak ke RS Mulia Permata di Sepatan untuk USG. Bersama kami, mengikut juga Ceu Eni, Ka Acung dan Syifa. Aa tak bisa ikut. Karena ia masih di tempat kerja.
Kami berangkat pada jam 4. Mengantri sebentar dan akhirnya masuk ke ruang pemeriksaan. Hasilnya...
Jumlah ketuban masih banyak.
Janin aktif dan sehat.
Ari2 pun bagus.
Bb 2,932 Kg.
Dg jenis kelamin.....
Laki-laki.
Alhamdulillah..😊😊😊
Kulirik bapak sambil memberinya senyum kemenangan ku. Dan ia balas memberikan senyuman malunya. Selama ini Bapak mengira dede perempuan. Dan kini jelas sudah perkara misteri jenis kelamin itu. Dede insya Allah akan menjadi anak soleh. Bukan solehah. 😊😊
Sepulang dari USG, aku dan bapak berpisah dari rombongan Ceu Eni. Katanya sih Eceu hendak ngabuburit terlebih dahulu. Kalau aku, jelas sudah tak sabar untuk mengabarkan perihal hasil USG ke Aa. 😁😁😁
Dan Aa bahagia. Kulihat itu pada senyumnya yg lebar saat kutunjukkan foto Dede saat USG. Kami pun sibuk membuka-buka kamus Bhs Arab untuk mendapatkan nama yg chic untuk Dede. Pencarian nama itu baru berhenti saat malam sudah larut. Maka setelah makan es krim, kami pun beranjak tidur.
Rasanya sudah berjam-jam lamanya aku tidur, padahal baru sekitar setengah jam waktu berlalu sejak kurebahkan badan. Yg membuatku tiba-tiba terjaga adalah aku merasa "mengompol". "Mengompol" yg kelewat banyak.
Dalam remang2 kamar kupanggil Aa dan memintanya tuk menyalakan lampu. Terlihat di atas inoak jejak bekas "mengompol"ku. Pikiranku langsung menebak perihal sebab "ompol"ku itu. Dan tebakanku memang tak meleset. Karena kemudian aku kembali ingin "mengompol". Maka segera saja aku melangkah ke kamar mandi sementara Aa masih diam terpaku usai mendengar prediksi tebakanku.
Ya. Benar.
Ketuban Dede pecah.
...
...
Aa panik.
Aku cemas.
Tapi kemudian aku disadarkan bahwa aku harus tetap tenang. Agar jika aku harus melewati persalinan malam ini, tensiku tidak meninggi. Maka segera kutitahkan Aa untuk bergerak. Membangunkan Emak-Bapak. Menyiapkan dokumen yg sekiranya kuperlukan untuk persalinan. Mengangkut 2 tas berisi salinan baju Dede dan aku.
Menelpon Mak Ati. Serta merapihkan diri untuk bepergian. Maklum saja. Saat itu Aa masih menggunakan baju tidur yg sudah belel warnanya juga celana kolor pendek.
Dan segalanya berlangsung sangat cepat.
Bapak menjemput Mak Ati.
Dan kami pun berangkat ke bidan terdekat. Naas. Dua bidan yg kami kunjungi tak jua membukakan pintu rumahnya. Agaknya larutnya malam membuat mereka lelap. Saat itu memang sudah jam 11mlm. Akhirnya puskesmas sepatan menjadi tujuan kami berikutnya. Dan aku terus mencoba menenangkan diri. Di saat air ketuban Dede terus menerus mengucur membasahi baju yg kukenakan.
"Yaa..Rabb..." desahku dalam hati.
Sampai di puskesmas Sepatan, rombongan persalinanku harus dibuat geram karena pihak puskesmas yg tak mau membantu persalinanku. Alasannya klise. Alamat ku yg tak termasuk cakupan lingkup Sepatan. Apalagi begitu kuberitahu mereka perihal kondisi rendahnya HB-ku. Makin tak mau lah mereka menerimaku. Kulihat wajah geram putus asa dan panik di wajah2 mereka yg kusayang. Dan aku masih terus mencoba tuk berkhusnidzon pada Allah. Aku yakin, Allah mempunyai rencana terbaik untukku. Cukup itu yg bisa membuatku tenang.
Akhirnya, rombongan persalinanku pun memutuskan untuk ke RSU Tangerang. Tapi untuk ke sana Bapak mesti pulang dan meminta bantuan A Epen dengan mobilnya. Di saat menunggu mobil A Epen itulah aku meminta Aa tuk memberi kabar pada Mak Haji. Semoga saja dg banyaknya yg mendoakanku akan membawaku dan Dede pada jalan keselamatan. Aamiin..
Dan malam terus berlanjut...

Sabtu, 15 April 2017

Tujuh Bulanan

Tujuh bulanan..
Entah hanya sebuah adat/tradisi, atau memang salah satu sunnahnya nabi. Yg jelas, aku cukup deg-degan menantikan prosesi nya di hari sabtu ini.😅

Yap!😊
Insya Allah sabtu ini akan diadakan tasyakuran tujuh bulanannya Dede. Mulanya acara ini akan dilangsungkan pada Senin, 24 April di Jati. Tepat di hari libur Rajaban. Tapi oleh karena satu dan lain hal, acaranya pun dimajukan menjadi 15 April. Berbarengan juga dengan acara khitanannya Fadhil. Di Kedung Dalem.

Hmm...lebih tepatnya mungkin, acara riungan Dede hari sabtu, di sambung ke acara khitanan Fadhil pada hari minggunya. 😊

Semuanya dimulai sejak hari Kamis. Saat aku "ngebut" menyelesaikan berbagai pekerjaan rumah. Ya rapih2 rumah, nyuci apa segala, menggosok tumpukan baju berusia dua minggu, menjahit beberapa baju (aku bahkan menjahit sebuah rok menggunakan bahan hadiah nikah yg sempat kujadikan tirai..😁), serta menyiapkan bekal pakaian. Bekal pakaian ini untuk masa menginap kami (Aa dan aku) selama beberapa hari di Kd. Dalem. 😊

Kami berangkat dan sampai di Kd. Dalem sekitar jam 8 malam. Bercengkerama sebentar dg Fadhil. Sebelum akhirnya masuk ke kamar untuk tidur. 😊

Jumat pagi, aku ikut membantu mengelap daun pisang untuk bahan pembungkus kue. Sampaaaaaiii siang. Sementara itu Aa menghilang setelah sebelumnya pergi ke rumah Jati untuk memesan jeruk bali ke Bapak. Baru mendekati waktu shalat jumat saja Aa pulang. Ternyata Aa diminta membantu Mama Amad untuk membetulkan atap kamar kami yg memang bocor. 😊

Siang hingga ashar, aku ikut mengupas bawang putih. Sementara Aa menjamu tiga kawan pondoknya yg tlah lama tak bersua. Dan ba'da asar-nya, Emak Haji menyuruhku untuk melakukan satu adat nujuh bulanan. Yaitu jajaluk. Meminta beras ke 7 rumah.

Hmm...sebenarnya aku agak enggan melakukan prosesi adat yg satu ini. Meminta-minta kan dalam Islam termasuk perbuatan yg hina. Tapi agaknya jika aku menolak melakukannya, justru akan dianggap sebagai tindakan menghina. Alhasil, dg ditemani Mak Eti, aku pun jajalukan.😑

Ada 8 rumah yg kukunjungi. Dan aku mendapatkan sejumlah liter beras yg rencananya akan dibuat menjadi bubur. Hmm.. Bubur apa ya.. 😄

Malamnya, aku ikut membantu membungkus kue cemilan untuk dibagikan di acara riungan. Sebelum akhirnya bisa beranjak tidur.

Hari Sabtu.
Sudah cukup riweh sedari pagi. Memarut buah2an untuk bahan rujak hingga siang, mengupas bawang putih, memetik cabai hijau, dll. Tapi kulalui hari ini dg seru. Apalagi sorenya aku kembali diantar Mak Eti ke rumah2 yg kemarin sempat kujajaluki. Kali ini kami membagikan bubur yg sudah jadi. Bubur hitam putih. 😊

Eeh,, tapi... Ada kejadian yg bikin aku gak sreg juga sih. 😕
Jadi, ada satu adat yg gak sreg di hatiku. Itu adalah meloloskan bungkusan bubur melewati pakaian hingga jatuh ke tanah di depan rumah. Membuang2 makanan. Itu ksn mubazir.. Berkali2 kutanyakan ke Mak Eti, haruskah aku melakukan prosesi itu. Dan jawabannya selalu "ya". Alhasil dg berat hati, kubuang lah bungkusan bubur itu dan meninggalkannya dg rasa sesal di hati.
"Maaf ya, Bur.."😣

Dan kegiatan terus berlanjut..
Hingga mendekati maghrib, ruang tengah penuh oleh bungkusan berkat untuk acara riungan ba'da isya. Riungan Dede gitu deh.. 😊😁😁

Dan ba'da isya pun tiba.
Sementara acara riungan berlangsung, aku digedog oleh Bu Eti di dalam kamar. Enak euy. Dipijet2 seluruh badan. 😊 saat acara doa, aku ke kamar mandi dan mengalami prosesi adat lainnya, yakni meloloskan telur ayam kampung dari balik samping. Mitosnya sih, kalau pecah menandakan anaknya perempuan. Sementara kalau retak laki-laki. Dan hasilnya adalah, retak. Wallahua'lam. Aku sih g mau percaya. Khawatir jatuh ke ranah musyrik nantinya.😊

Oh ya. Alhamdulillah saat pembacaan doa marhaban, hujan turun cukup deras. Kuharap sih itu jadi pertanda bagi mudah terkabulnya harapan dan doa2 tuk Dede. Aamiin..😊

Itulah kiranya acara tujuh bulanan Dede. Sederhana namun penuh makna.😊😊😊

Jumat, 07 April 2017

Berlatih Puasa bersama Dede. 😊

Hari ini masuk hari ke 10 bulan Rajab. Alhamdulillaah..😊 Aa dan Emak kontinyu berpuasa sejak hari pertama di salah satu bulan Mulianya Islam ini. Sementara aku, sejauh ini baru bisa puasa seperempat atau setengah hari. Hee.. 😁

Mengingat kondisiku yg sedang hamil. Terlebih lagi waktu makanku yg bisa sampai tujuh kali dalam sehari di masa kehamilan ini, jelas saja jika aku kesulitan untuk langsung puasa full-day. Sebabnya aku mesti sering makan, tak lain dan tak bukan adalah karena porsi makanku yg lebih sedikit dari sebelum masa hamil. Ini juga dikarenakan aku yg tak bisa makan terlalu full. Karena  kini dalam perutku juga ada Dede sehingga aku lebih cepat kenyang sekaligus juga lebih cepat lapar. Jika kupaksakan makan terlalu full, bisa-bisa aku olab. Hmm.. Enggak mau deh.😑

Aku jadi teringat kembali pada kenanganku saat hari pertama aku ikut berpuasa Rajab.

Saat itu aku beraktifitas seperti biasa. Pengecualian nya adalah aku mesti bangun jam 3 untuk menyiapkan panganan sahur. Menunya simpel. Sayur asam, tempeh dan telor dadar. Dipadu dg air putih butek, alias susu. 😊

Aku sahur bertiga bersama Aa dan Emak. Bapak agaknya masih mengantuk karena baru pulang dari berdagang tahu. Sehingga aku segan untuk membangunkannya.😊

Usai sahur, kami lelenje sebentar. Sebelum akhirnya adzan subuh berkumandang dan menyatakan awal waktunya kami tuk berpuasa. Maka bismillah, smg niat puasa kami berkah, lancar dan diridhai-Nya. Aamiin.. 😊

Waktu teys berlanjut..
Aa berangkat kerja.. Aku mencuci baju dan bebersih rumah.. Dilanjut belanja ke warung di pinggir kali.. Sampai akhirnya aku kembali ke rumah. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 10 lewat. Aku sudah merasa kelelahan. Sehingga kuputuskan untuk rebahan dahulu. Tidak bersegera masak seperti yg biasanya kulakukan setiap jam 10.

Nah.
Baru beberapa detik merebahkan badan, kepalaku malah nyut2an. Dan rasa mual menyerang. Kucoba mencari posisi tidur yg enak. Tapi aku tahu, pelarianku tak mampu menepis rasa mual yg kian menjadi. Yakinlah aku bahwa beberapa detik ke depan aku hendak muntah. Akhirnya aku pun bersegera ke kamar mandi. Dan benar saja. Aku muntah.😅

Usai memuntahkan air, perutku kukuruyukan. Lapar. Aku lapar. Dan besar kemungkinan Dede pun lapar. Akhirnya aku pun membatalkan puasaku. Sekitar jam setengah 11.

Aku sudah menduga bahwa aku tak akan bisa full day shaum di hari itu. Tapi aku sempat berharap bisa shaum sampai pertengahan hari. Tapi tak apa-apa. Yg utama adalah kesehatan Dede. Jadi tak apa-apa lah jika aku belum bisa shaum full day seperti Aa dan Emak. 😊

Keesokan harinya badanku agak meriyang. Jadi aku tak ikut berpuasa dulu. Pun jua hari berikutnya aku bolos berpuasa sunnah. Meski begitu aku tetap bangun jam 3 atau setengah 4 untuk menyiapkan panganan sahur bagi A  dan Emak. Yah.. Lumayan lah. Seiyanya aku bisa punya kesempatan tuk mendapatkan pahala dg menyiapkan makanan bagi mereka yg berpuasa. Begitu bukan kata baginda Nabi saw.? 😄

Di hari keempat Rajab, aku kembali berpuasa. Kali ini aku bisa bertahan lebih lama. Jam 11. 😊 dan di hari kelima, aku bisa bertahan sampai waktu zuhur. Alhamdulillah..

Itulah. Itulah yg kuharapkan untuk terjadi. Bahwa dg pembiasaan, aku bisa sedikit demi sedikit menambah waktu puasaku. Hingga akhirnya aku bisa full day. Harapku sih, smg dg berlatih puasa di bulan Rajab dan Sya'ban nanti, aku sudah akan bisa full day shaum di bulan ramadhan. Aamiin..😊

Bersama Dede. Melakukan kebaikan ini.
Bersama Dede. Mencoba melatih ketakwaan diri.
Bersama Dede. Menahan nafsu yg seringkali menjebak diri dlm ketidakbaikan.
Bersama Dede pulalah. Meraih keridhaan-Nya..
 ...
Semoga...
...
Aamin.
😊😊😊

Minggu, 02 April 2017

Saat Diam-mu adalah Emas...😊

Baru-baru ini, kesabaranku dan Aa tengah diuji. Sebabnya adalah perihal hutang. Dimana kami berkali-kali (3 kali) mendapatkan janji kosong perihal pembayaran hutang dari orang lain. Orang yg sama. Hmm...☺

Ini bermula pada Kamis, 23 Maret lalu. Saat itu Aa sedang mengaji Yaasiin usai maghrib, sementara aku baru selesai membaca surat Luqman (anjuran dari Ust. mulya untukku yg sdg hamil. Plus doa keselamatan dan kesehatan untuk janin juga dari beliau). Dari kamarku bisa kudengar suara kedatangan seorang tamu perempuan yg mengetuk pintu depan rumah Emak. Dari suaranya, tak kukenal siapa tamu itu.☺

Aku yg hendak menengok isi kulkas pun akhirnya pergi ke ruang tamu. Di sana kudapati Emak tengah berbincang dg seorang ibu2 seumurannya. Di dekatnya kulihat pula seorang anak usia sekitar 10 tahun. Jelas, aku tak mengenal kedua tamu itu. Walau samar2 aku merasa pernah melihat sang ibu entah di mana. Aku lupa.😅

Kubuka kulkas dan segera melihat isinya. Kuambil sebuah pisang untuk kucemil selagi menunggu Aa selesai mengaji. Saat kututup, sang tamu ternyata melontarkan pertanyaan (atau permintaan?) padaku. Ia hendak meminjam uang untuk keperluan biaya sekolah anaknya. 300 ribu. Aku tak segera mengiyakan ataupun menolak pertanyaan ibu itu. Kenapa?😮

Hendak menolak, kulihat si ibu seperti sedang sangat terdesak dan benar2 membutuhkan uang itu. Untuk biaya sekolah anaknya pula.😐

Hendak mengiyakan pun aku tak langsung bisa. Karena aku tak mengenal ibu itu dan tentu aku juga harus meminta ijin Aa terlebih dahulu. Karena uang yg kupunya saat itu adalah uang belanja dari Aa.😐

Akhirnya aku segera pamit sebentar untuk menanyakannya kepada Aa. Pas sekali. Aa juga sudah selesai mengaji.😊

Saat kuutarakan pertanyaanku. Dengan segala sebab dan kondisi sang ibu, Aa pun mengijinkan ku untuk memakai uang belanja untuk dipinjamkan pada ibu itu. Tapi dengan aturan, 200 ribu dari uang belanja dan 100 ribunya dari dompet pribadi Aa. Segera kami siapkan uang 300 ribu itu untuk kemudian kuberikan pada sang ibu. Sang ibu menjanjikan untuk mengembalikan nya pada esok sore jam 5.

Aku sebenarnya sempat waswas, jika2 si ibu tak menepati janjinya. Tapi segera kuluruskan niatku untuk membantu si ibu dan memilih untuk berkhusnudzon saja. Padanya. Juga pada Allah tentunya. 😊 Aku percaya, bahwa setiap niat yg baik insya Allah akan membawa kebaikan pula kepada pelakunya. 😊 Maka bismillah. Ku bersihkan hati dan pikiranku dari pikiran2 su'udzon yg menggelisahkan.😊

Keesokan harinya, sang ibu benar datang. Sebelum membicarakan topik hutang, si ibu menanyakan persiapan surat2ku untuk mendapatkan jamkersal (program pemerintah yg menggratiskan biaya persalinan). Barulah kuingat kalau beliau adalah salah satu kader posyandu di desaku.

Kuutarakanlah padanya perihal ketidaksiapan kami (Aa dan aku) untuk menyiapkan KK. Sebabnya adalah terkait dengan permasalahan E-KTP yg memang tengah ramai diperbincangkan di TV. Si ibu menawarkan diri untuk membantu agar KK yg bisa kupakai sementara ini adalah KK Emak. Aku dan Aa bersyukur. Berharap semoga usaha sang ibu perihal KK itu berhasil. Aamiin.. 😊

Setelah selesai membincangkan KK dan jamkersal, barulah kami beralih topik ke hal hutang. Si ibu menuturkan dg wajah menyesal bahwa ia belum bisa membayarnya. Aku agak kecewa. Tapi setelah mendengar alasan ketidakmampuannya (karena suaminya tak mendapatkan pinjaman dr tempat kerjanya), aku pun memafhumkan. Ia menjanjikan pengembalian uangnya pd hari senin. Aku pun mengiyakan.

Senin tiba, tapi sang ibu tak kunjung datang. Mulailah pikiran su'udzon kembali mengisi benakku. Tapi segera kutepis hal itu. Sampai tiba hari selasa, si ibu tak jua datang. Aa pun menanyakan. Dan kujawab apa adanya. Akhirnya, aku memutuskan untuk mengunjungi rumah si ibu. Walau sebenarnya aku tak tahu persis letaknya di mana. Tapi bisalah aku bertanya-tanya.

Rencana kunjungan itu kulakukan keesokan harinya. Si ibu ada di rumah. Sayang disayang, jawaban si ibu kembali negatif. Alasannya gajian suaminya belum turun. Hm.. Aku mulai agak pesimis. Tapi karena alasan si ibu masih logis, aku pun memafhuminya lagi. Si ibu kembali berjanji akan mengembalikan pinjama nya di akhir Maret.

Aku pulang. Untuk mengabarkan berita itu pada Aa. Awalnya aku agak cemas Aa akan marah atau gimana. Tapi ternyata ia hanya berkata,
"Udah, Neng. Jangan ditanyain lagi ke ibunya. Klo uang belanjanya habis, gakpapa bongkar celengan juga."

Duh.
Hebatnya si Aa. Ia begitu legowo. Aku pun mengiyakan dan dalam hati mulai pula kutanam bibit kepasrahan. Pikirku, aku jua akan memasrahkan perkara hutang ini pada Allah saja lah. Alhamdulillah jika si ibu benar bisa membayar hutangnya. Tak bisa pun juga tak apa-apa. Toh setiap apa yg kupunya adalah milik Allah. Termasuk uang 300ribu itu yg juga adalah titipan. Dan aku juga sudah terbebas dari kewajiban menanyakan hutang.

Ya. Setiap orang yg memberikan pinjaman memang memiliki kewajiban untuk mengingatkan si peminjam tentang hutangnya. Minimal sekali. Hukumnya sama seperti saling mengingatkan di saat saudara sesama muslim sedang khilaf. Karena hutang juga sebuah kekhilafan. Apalagi hutang juga termasuk satu hal yg akan menahan amal shaleh seseorang di akhirat nanti. Hii... 😣 semoga kita tehindar dr berhutang ya, kawan.

Intinya, sampai aku selesai membuat catatan ini, pinjaman itu belum juga kuterima kembali. Si ibu malah kembali menjanjikan untuk membayarnya pada akhir april nanti. Kali ini dg alasan yg makin absurd. Katanya, Suaminya menabrak anak kecil dan harus membayar biaya pengobatan anak itu.

Hmm.. Aku mulai agak kasihan dengan si ibu. Entah benar atau tidak ucapan2nya selama ini. Jika benar, nasibnya sungguh malang karena ditimpa kesulitan yg bertubi-tubi. Jika tak benar, ia tentu akan kembali pusing untuk memikirkan begitu banyak alasan ketidakmampuannya untuk membayar hutang. Mau buat alasan apalagi coba?

Cukup tentang kisahku.😊
Ada ibroh yg bisa kudapat dari peristiwa hutang ini.

Aku bisa saja marah, mencerca bahkan menuntut si ibu atas sikapnya yg lalai perihal hutang. Tapi kemudian aku melihat Aa. Dg segala sikap legowonya. Sadarlah aku bahwa aku tak perlu bersusah payah untuk marah2. Marah2 pun belum tentu uang kami kembali. Dan aku juga sadar bahwa uang itu adalah salah satu titipan-Nya. Jadi Ia berhak untuk mengambilnya dg cara2 yg dipilih-Nya. Kuanggap saja peristiwa ini sebagai ujian kesabaran bagi Aa dan aku. Juga pelajaran untuk kami lebih mawasdiri dg segala kepribadian disekitar kami. Maka aku tak marah. Sungguh tak marah. 😊

Aku juga bisa membuka aib sang ibu ke khalayak ramai. Cukup memberitahukan Emak, maka kukira Emak akan langsung "melabrak" si ibu. Tapi kemudian aku kembali ingat. Bahwa membuka aib orang lain itu termasuk salah satu perbuatan yg tak terpuji. Aku juga teringat dg sebuah hadits yg menyatakan bahwa siapa yg menampakkan aib orang lain, maka Allah pun akan menampakkan aibnya dalam cara yg lebih keji. Hii.. Ngeri.. 😣

Aku juga bisa "curhat" di medsos, baik dg menyebut atau tidak menyebut nama si ibu. Seperti juga yg dilakukan beberapa kawanku (walau dg permasalahan yg berbeda). Tapi buat apa coba marah2 tak jelas di medsos. Hanya membuat isi wall-ku jadi kotor dg hujatan saja. Hmm.. Tak usahlah ya.

Akhirnya aku memilih untuk diam. Diam adalah senjataku menghadapi peristiwa ini. Aku tak akan lagi mengeruhkan pikiranku dg bersu'udzon. Biarlah Allah yg memutuskan. Karena aku yakin Dia Maha Tahu akan apa yg terbaik untuk setiap dari kami.

Aku memilih tuk move on. Cukup bagiku memfokuskan diri pada hal2 baik lain di sekitarku. Tak perlu berlarut-larut memikirkan peristiwa hutang ini yg hanyalah masa lalu. Bukankah cara terbaik untuk membalas keburukan di masa lalu adalah dg merencanakan hal-hal baik di masa depan? So, let's move on! 😊

Dan aku juga memilih untuk diam.
Semoga kediamanku ini adalah emas. Sesuatu yg membawa kebaikan padaku dan keluarga. Aamiin.. Allahumma aamiin...
😊😊😊

Sekian catatanku.
Salam hangat ya, kawan! 😊😉😋

Rabu, 29 Maret 2017

Tak Mudah Menjadi Bumil...

Perubahan fisik. Hormon. Mood. Selera terhadap sesuatu (makanan, bau, minuman, hobi). De el el..

Perlu ekstra sabar untuk menghadapi semua perubahan itu. Sabar yg juga mesti disertai dengan istighfar. Ya. Istighfar.. 😊 Karena di saat moody itulah si "tanduk merah" (aka. Setan) beraksi. Menjadi si pembakar emosi.😡

Bisa-bisa "meledak" deh. Bikin hati jadi keki deh. Jadi "gelap" deh rasanya dunia. Dan yg paling tak enak adalah bikin orang terdekat tetiba aja jadi orang terjauh. Jauuuuuuhh banget.😥

Tak mudah ya? 😕

Tak apa-apa.. Dinikmati aja.😊
Karena toh ganjarannya "wahaha". Alias luaarrr biasa.☺

Karena di saat kita membiasakan diri untuk mawasdiri, di saat itulah kita juga sedang mengajarkan calon "dede" di rahim.

Kita mengajarkan ia tentang kesabaran dan ketakwaan. Yang semoga dengannya kelak si "Dede" pun akan menjadi orang yg sabar dan bertakwa.

Aamiin.. Aamiin.. Aamiin.. Allahumma Aamiin... 😊

...
...
Menjadi bumil memang tak mudah. Tapi dengan "bismillah", insya Allah segalanya dipermudah.

#semangat.yap.bumil.😊😉😄

Kamis, 23 Maret 2017

Dan Kamu pun Menjadi...

Dede Soleh.

Itulah panggilan dari kami (Aa & aku) untuk janin dalam kandunganku.😊
Sebuah panggilan baik. Yang juga mengandung harapan terbaik kami untuk anak kami. 😊 Seorang anak yg Soleh. Aamiin..Allahumma Aamiin...😄

Di usia kandungan yg sudah sekitar 6 bulan ini, kami memang belum mengetahui jenis kelamin si Dede. Sebabnya, dalam konsultasi terakhir ke bidan, kami telat mengetahui bahwa bidan yg selama ini kami kunjungi ternyata tak memiliki sarana USG. Alhasil kami putuskan untuk melakukan USG nya di kesempatan konsultasi berikutnya pada bidan yg lain. Insya Allah...😊 Sementara itu, aku masih berkeyakinan bahwa si Dede adalah seorang putra. Sama seperti perkiraan Aa. Berbeda dengan persangkaan Bapak yg mengira bahwa si Dede adalah seorang putri. Hmm..
"Yang manapun kamu, yg penting sehat dan Soleh ya, De..." 😘😘😘

Kembali ke soal panggilan/sebutan/gelar. 😊

Sejak kapan kiranya Si Dede kupanggil Soleh?...Sejak kutahu bahwa sistem pendengarannya sudah mulai berfungsi dan aku pun teringat bahwa memanggil dengan nama yg baik juga diharuskan dalam salah satu ayat Al Quran (Q.S. Al Hujurat ayat 11). Sejak itulah aku gemar menyapa Dede sebagai "Dede Soleh". 😊
And of course I know that sometime in the future, I have to explain The meaning of Soleh to him/her. Agar ia bisa menyelaraskan akhlaknya sesuai dengan panggilan kami untuknya. 😊

Lebih lanjut, gelar "Dede Soleh" ini juga muncul akibat dari seringnya aku mendengar panggilan2 tak baik di sekitarku. Memang, panggilan tak baik itu tidak ditujukan untukku. Tapi berangkat dari kesadaran bahwa si Dede dapat ikutan mendengar panggilan2 kasar itu, aku pun berusaha untuk mengimbanginya dengan cara memperdengarkan kata2 yg baik pada Dede.

Panggilan2 kasar itu mungkin untuk sebagian orang dianggap sebagai lelucon atau panggilan akrab saja. Semisal "gendut", "cungkring", dll.. Tapi menurutku, panggilan2 yg meski menggambarkan fisik apa adanya dari orang yg dipanggil itu mengandung makna mencela. Dan itu tentunya termasuk hal yg tak baik. Aku bertanya2. Apakah mereka yg gemar memanggil dg panggilan2 seperti itu tidak menyadari bahwa ia sudah menghina fisik makhluk ciptaan Allah? Siapalah diri kita jika berani mencela hasil karya-Nya yg sempurna?
Ishk.. ishk.. iiishk... Sombong niaaann... 😔

Bukanlah telah jelas jua Allah memerintahkan kita untuk memanggil seseorang dengan gelar yg baik. Seperti yg difirmankan-Nya dalam Q.S. Al Hujurat ayat 11.

Juga, sudah menjadi salah satu hak setiap anak untuk mendapatkan nama yg baik. Sehingga Kukira, panggilan "Dede Soleh"  untuk janin dalam kandunganku tidaklah berlebihan bukan? 😊

Harapku, semoga orang2 yg dimaksud dalam postingan ini bisa segera menyadari kekhilafannya terkait pemberian gelar seseorang. Agar kita bisa memberikan gelar yg baik untuk hal terbaik yg ada pada orang lain.
Dan mungkin kelak di masa depan nanti, panggilan "si Pintar", "si Soleh", "si cerdas" dll itu bisa menjamur. Aamiin...😊😊😆

Cukup sekian postinganku kali ini. Semoga bermanfaat dan menjadi pelecut bagi kawan2 untuk gemar melakukan salah satu amal Ma'arif, yakni memberikan gelar yg baik pada setiap orang.

Salam semangat hujan, kawan!
Ciao MA! 😋😉😄

Selasa, 14 Maret 2017

Aibku, Aibmu, Aib Siapa?

Bismillaahirrahmaanirrahiim...
Semangat pagi!! \😄/
Semoga kawan2 selalu dlm keselamatan dan keberkahan Allah yaa.. Aamiin..😊

Nah.
Postingan kali ini ada kaitannya dengan postinganku sebelumnya yg berjudul "single or married, apa bedanya?". Di mana kali ini aku akan lebih menguraikan salah satu poin kewajiban seorang istri, yaitu menjaga kehormatan suami.😊

Dalam postinganku itu aku menuliskan beberapa tindak nyata istri dalam menjaga kehormatan suami. Di antaranya adalah menutup aurat, tidak mempersilahkan lelaki asing masuk ke dalam rumah di saat suami tak ada, senantiasa melakukan apa yg disenangi oleh suami (tentunya yg tidak keluar dr koridor Islam ya, kawan. 😉), serta menjaga aib diri, suami, dan aib keluarga.

Terkait menutup aurat, kawan2 tentu sudah tahu bahwa itu wajib hukumnya untuk dilaksanakan. Salah satu manfaat utamanya adalah demi terhindar dari godaan2 lelaki iseng. Dari sinilah kehormatan suami juga bisa ikut terjaga. Karena saat seorang wanita telah menikah, ia tak lagi dikenal sebagai "si fulanah". Melainkan juga sebagai "istri si fulan". Alhasil, jika kehormatan istri terjaga karena menutup aurat, maka kehormatan suami pun akan ikut terjaga. Ya bukan, kawan?😉

Poin berikutnya adalah senantiasa melakukan apa yg disenangi suami. Termasuk salah satunya adalah tidak mempersilahkan  tamu lelaki masuk ke dalam rumah di saat suami tak ada. Tentunya kawan2 juga bisa menduga bahwa hal ini dimaksudkan agar kehidupan keluarga bisa tehindar dari fitnah. Dan bukankah jika suami senang, maka itu juga menandakan keridhaannya pada kita?😊 kawan2 ingat juga kan, kalau ridha Allah untuk wanita yg sudah menikah itu ada pada keridhaan suaminya? Jadi, yuk kita rajin menyenangkan hati suami agar Allah pun senang dan sayang sm kita. 😉 eh, tapi ingat juga dg aturan2 Islam ya.. Jangan sampai karena demi menyenangkan suami, malah membuat kita melakukan hal2 yg menyebabkan dosa. Na'udzubillaaaahi min dzaalik. 😕

Contoh terakhir cara menjaga kehormatan suami adalah menjaga aib diri, suami, juga aib keluarga. Nah. Ini dia nih yg sering kudapati pelanggaran nya. Sebelumnya aku minta maaf yaa kalau ada yg tersungging dg tulisanku ini. Aku hanya berniat menyampai kan apa yg kutahu adalah kebenaran. Dan karena kita diperintahkan juga untuk tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan maka aku tak akan segan2 untuk melanjutkan tulisanku di postingan ini.

Jadi... Seringkali kudapati para kembang (istri) bercuit2 perihal kekurangan pasangan kumbangnya (suami) di medsos (media sosial semacam facebook,twitter, path, dll). Membaca status2 berisi curhatan perihal masalah rumah tangga di medsos itu sungguh membuatku miris. Aku sering bertanya dalam hati, tidakkah mereka yg sering curhat di laman publik itu sadar bahwa mereka sedang membuka aib mereka sendiri? 😕

Apalagi jika status2 itu mendapat tanggapan dan rentetan pertanyaan dr para "friend". Semisal "kenapa?", atau "ada apa?". Lalu kembali dijawab oleh statuser (sebutanku tuk para peng-update status). Bukankah itu akan memanjangkan kegiatan pembukaan aib?

Aku juga cukup yakin bahwa proses curhatan di medsos yg seperti itu juga termasuk dalam kegiatan gosip, aka. ghibah. Wuiihhh... Sereeeemn.. 😣 Dalam Alquran kan ghibah diumpamakan seperti memakan bangkai saudaranya sendiri. Apalagi yg sedang dighibahkan tuh suami or keluarga sendiri. Te-ga-nyaaaaaa..😥

Bukankah seharusnya suami-istri bertindak sebagai pakaian? Sebagai penutup cacat sekaligus juga penghias pasangannya? Lalu kenapa banyak yg mudah tergoda untuk curhat keburukan pasangannya ya? Tanya kenapa..tanya kenapa..😑

"Pasanganku nyebelin."
"... Nyakitin."
"...Ngecewain."
De.el.el.

Oke..si dia mungkin bukan pangeranmu yg sempurna. Dia mungkin tak sebaik harapanmu tentangnya saat sebelum menikah. Tapi bukankah proses akad nikah itu telah kita lalui dengan kesadaran bahwa kita siap untuk membina rumah tangga bersamanya?😮

Kawan ingat dengan kisah Asiyah bukan? Itu loh.. Istri fir'aun-nya di zaman nabi Musa as. Beliau mendapat pasangan yg zalim, tapi beliau tetap berbakti kepada suaminya dan senantiasa berusaha mengingatkan sang fir'aun tentang kebenaran yg dibawa Musa as. Beliau tak segan2 melakukannya karena menyadari bahwa ia berkewajiban untuk melakukannya. Meski pada akhirnya ia pun dipenjara dan wafat dalam pengurungannya. Tapi ia mendapatkan ganjaran atas amal shalihnya itu. Karena Allah membalasnya dg janji istana di syurga. Subhanallah..😇

Itu baru kisah Asiyah. Belum lagi kisah2 para salafus shalih lainnya. Seharusnya itu kita jadikan contoh dalam membangun rumah tangga. Seharusnya itu juga membuat kita sadar bahwa seperti namanya, rumah tangga itu berundak2 layaknya tangga. Ia dibangun dg kesabaran, ketelitian, bertahap, dan dengan aturan yg jelas dan benar. Jadi, ada proses yg perlu dilewati. Semangat! Semangat! \😄/

Aku mengakui.. Mudah mungkin untuk menuliskan postingan ini. Dan sulit untuk merealisasikannya. Tapi yg sulit bukan berarti tak bisa, bukan? 😊 karenanya, Yuk senantiasa mendekat pada Allah yg Maha Kuasa. Minta kepada-Nya kebaikan dunia-akhirat. Minta kepada-Nya agar kita bisa memperindah akhlak kita dg ketakwaan. Agar kita bisa menjaga kehormatan diri, suami dan keluarga. Agar keridhaan suami akan begitu mudahnya kita miliki. Agar kita bisa memiliki hati yang tenang sekaligus juga jiwa yg diridhai. Seperti yg difirmankan-Nya dalam Q.S. AlFajr ayat 27-30.

"Hai jiwa2 yg tenang..
Kembalilah kepada tuhanmu dengan hati yg puas lagi diridhai-Nya.
Masuklah ke dalam jamaah hamba2-Ku.
Dan masuklah ke dalam syurga-Ku."

Wallahu a'lamu bishshawab...
😊😊😇

Senin, 13 Maret 2017

Puisi - "Pohon Cinta"

Oleh : Mei

Aku menemukanmu.
atau Kau yg menemukanku.
Aku tak tahu.
Yg kuyakin tahu,
adalah Takdir yg menetapkan kita tuk bertemu.

Muncullah bibit baru.
Bibit cinta pohon kita.
Dengan kesabaran kasih sayang dan rasa takut pada-Nya
Aku yakin, bibit ini akan tumbuh..
Dan terus bertumbuh..

Menjadi tunas..
Menjadi pohon muda..
Menjadi pohon yg akhirnya berbunga..
Juga Berbuah..
Buahnya pun adalah cinta..
Buah Cinta...

Bersamamu selalu.. Hingga tiba di jannah-Nya kelak.
Itulah harapku.

Terima kasih, Abi soleh..
Terima kasih, Aa sayang..
Terima kasih, Cinta...
😊😚😘

Jumat, 10 Maret 2017

Single or Married, Apa Bedanya?

Adakah bedanya menjadi wanita single dengan wanita yg sudah menikah/married?

Jawabannya, jelas ada. Ada banyak sekali perbedaannya malah.
Kawan2 mungkin sudah mengetahui apa sajakah perbedaannya itu. Tapi tak apa juga kan jika kutuliskan beberapa hal yg kutahu. Anggap saja sharing ilmu. Jadi jika ada yg ingin menambahkan atau mengkritisi kesalahan, silahkan disampaikan di bagian komentar. Kita saling tolong-menolong dlm kebaikan ya, kawan. 😉

Menurutku, perbedaan utama wanita single dengan wanita yg sudah menikah adalah terletak pada jenis hak dan tanggung jawabnya. Ini tentu berlaku juga untuk para lelaki. Tapi dalam postingan ini, aku hanya akan menuliskan hak dan kewajiban dr sudut pandang wanita saja ya, kawan. 😊 Ini lebih dikarenakan genreku sendiri yg seorang wanita, jadi pemahamanku jelas lebih mengetahui hak dan kewajiban wanita sebelum dan sesudah menikah. Sementara tentang hak dan kewajiban lelaki, mungkin ada dari kawan2 yg sudah pernah menuliskannya. Atau mungkin nanti aku bisa membujuk Aa (panggilan tuk my hubby..😊) untuk menuliskannya. Hehee.. 😁

Yang pertama adalah terkait dengan hak.
Nah.
Saat masih single, seorang wanita mempunyai hak yg sama seperti manusia pada umumnya. Hak untuk hidup, hak untuk dihargai dan dihormati, hak untuk bekerja, dll. Sementara ketika sudah menikah, ada tambahan hak baru yg diacu kepada suaminya. Semisal hak untuk dinafkahi serta hak untuk dibimbing menjadi istri yg shalehah.😇

Untuk hak yg terkait pemberian nafkah, ada dua jenis nya. Yaitu hak nafkah lahir dan hak nafkah batin. Hak nafkah lahir yg dimaksud adalah terkait pemenuhan kebutuhan fisik aka jasmani wanita. Seorang istri mempunyai hak untuk memiliki jasmani yg sehat dan terawat. Itu pula sebabnya terdapat sebagian kalangan yg berpendapat bahwa uang belanja yg diberikan oleh suami harus dibedakan dg uang jajan istri. Maksudnya suami harus pula memberikan nafkah istri untuk jajannya. Tentunya uang jajan ini pun digunakan untuk perawatan tubuh yg dimaksudkan untuk menyenangkan hati suami pula. Adapun sebagian kalangan yg lain berpendapat bahwa uang jajan istri itu menyatu dg uang belanja dan sifatnya tak wajib dipenuhi.

Mengikuti pendapat yg manapun, yg jelas pemenuhan kebutuhan nafkah itu dibebankan kepada para lelaki/suami. Jangan sampai terbalik (seperti dlm sinetron Dunia Terbalik di R*TI.. Hee.. 😁). Adapun setiap penghasilan yg didapat oleh seorang istri dari hasil bekerja adalah menjadi miliknya pribadi. Jika ia gunakan untuk membantu pemenuhan kebutuhan dapur ataupun kebutuhan hidup keluarga lainnya, maka itu akan dianggap sebagai sedekahnya kepada suami dan keluarga. Wiih.. Keren banget ya aturan Islam yg satu ini?😉

Jenis hak nafkah lainnya adalah nafkah batin. Nafkah batin ini mencakup hak untuk dihormati, dihargai dan disayangi, serta hak untuk diberikan keadilan dan ketenangan hati. Untuk hak agar dihormati, dihargai dan disayangi sudah jelas harus dipenuhi. Terlebih lagi wanita adalah makhluk perasa yg memiliki insting kasih sayang yg lebih tinggi dibanding lelaki. Sehingga ia pun mengharapkan perlakuan yg serupa/istimewa pula dlm hal penghormatan dan kasih sayang. Wanita juga sama seperti lelaki yang ingin mendapat penghargaan atas kontribusinya dalam membina keluarga. Itulah kurasa pentingnya membudayakan ucapan "maaf", "tolong" dan "terima kasih" dalam lingkup keluarga. Karena saat suami membiasakan diri untuk mengucapkan tiga kata tersebut maka itu menunjukkan  bentuk penghargaannya terhadap istri sebagai seorang manusia yg juga memiliki harkat dan martabat. (Hidup! Tiga kata Heiibaaatt!!! \😄/)

Selain penghormatan, penghargaan dan kasih sayang, wanita juga memiliki hak untuk mendapatkan keadilan dan ketenangan hati. Keadilan ini terkait dalam hal kesetaraan dalam mengemukakan pendapat, perlakuan yang tidak zalim, dll. Sementara untuk hak mendapatkan ketenangan hati ini mencakup segala sikap dan perbuatan suami yg dapat menimbulkan ketenangan hati istrinya. Salah satu contohnya adalah menjunjung tinggi kesetiaan terhadap pasangan. So, don't make mistake by the untruthfull-act ya para suami..(Cling..cling.. Ngedipin mata ke Aa.. 😏)

Nah.. Ada satu jenis hak lain yg dikategorikan sebagai hak nafkah lahir sekaligus juga hak nafkah batin. Hak itu adalah hak untuk dipenuhinya kebutuhan biologis. Untuk penjabarannya, kurasa tak perlulah ya dituliskan. I'm just too shy to write about it. Tehehee..😁😁😊

Lanjuut...

Hak lainnya seorang istri adalah hak untuk mendapatkan bimbingan menjadi istri yg shalehah. Ini terkait juga dengan kewajiban seorang suami yg adalah seorang imam keluarga. Seperti yg telah disebutkan dlm alquran Tentang kewajiban menjaga diri dan keluarga dari api neraka. Maka jika disandarkan pada ayat ini, jelas seorang istri mempunyai hak untuk dibimbing menjadi istri shalehah. Karena hanya dengan keshalehan dan ketakwaan sajalah ia bisa selamat dr siksa api neraka.😊

Cukup tentang hak.
Sekarang kita lanjut ke bahasan terkait kewajiban wanita sebagai seorang istri ya, kawan..😉

Ada banyak buku yg menjabarkan kewajiban seorang istri terhadap suaminya. Dari sekian banyak buku itu, aku mendasarkan materi tulisanku ini pada buku Yg berjudul "40 Tanggung Jawab Istri terhadap Suami". Dan dari 40 tanggung jawab/kewajiban istri dalam buku itu, aku meringkasnya menjadi tiga poin penting, yaitu menjaga harta, keluarga dan kehormatan suami.

Menjaga harta. Ini terkait dg segala harta yg diperoleh dari hasil bekerja suami. Kebanyakan istri mungkin memegang kendali atas hasil jerih payah suaminya, tapi hak istimewa itu juga harus dibarengi dg rasa tanggung jawab. Bahwa ia akan membelanjakan harta itu untuk kepentingan keluarga. Jangan lupakan juga aspek kehalalannya. Maksudnya, uang itu harus pula digunakan  untuk hal2 yg halal. Dan yg tak kalah penting juga tidak boleh boros/mubadzir. Karena telah kita ketahui bahwa para mubadzirin adalah teman dekatnya syaitan. Hiii.. Na'udzubillaahimin dzaalik. 😑

Oya. Ada baiknya juga jika setiap pengeluaran yg sifatnya non-belanja diketahui oleh suami. Semisal kita ingin memberi orang tua kandung kita sebagian rizki dari hasil kerja suami, maka akan lebih baik jika sebelumnya kita memberitahu/meminta izin suami terlebih dahulu. Ini dimaksudkan agar bisa terhindar dari kesalahpahaman. Namun jika uangnya berasal dari hasil usaha sendiri, maka tak apa2 tidak memberitahu suami juga.😊 hmm.. Jangan menganggap remeh perihal masalah keuangan ini ya kawan. Karena seringkali kurangnya komunikasi terkait hal ini justru menjadi pemicu pertengkaran dlm keluarga. Nah. Nah. Nah. 😊

Selanjutnya adalah tentang menjaga keluarga. Dalam hal ini mencakup menjaga diri, anak2, dan suami ya, kawan. Tugas menjaga ini tidak hanya dibebankan kepada kaum lelaki saja lho. Karena Allah Maha Tahu bahwa terkadang lelaki/suami pun mempunyai masa2 kelemahannya. Di saat itulah seorang istri mengemban tugas menjaga itu. Atau di saat suami sedang tak ada di sisi (dinas keluar kota, mungkin? 😅), maka istri lah yg bertugas untuk menjaga kesejahteraan dan keselamatan anak 2 di rumah.

Seorang istri juga berkewajiban untuk mengingatkan suami saat ia melakukan kekhilafan. Terlebih-lebih kekhilafan dlm hal agama. Diingat lagi ya kawan perintah Allah dlm Q.S..... Tentang kewajiban menjaga diri dan keluarga dr siksa api neraka. 😉

Yg terakhir adalah menjaga kehormatan suami. Beberapa tindak nyata kita untuk menjaga kehormatan suami antara lain; menutup aurat, tidak mempersilahkan masuk lelaki asing ke dalam rumah di saat suami tak ada, senantiasa melakukan apa yg disenangi oleh suami (tentunya yg tidak keluar dr koridor Islam ya, kawan. 😉), serta menjaga aib diri, suami, dan aib keluarga.

Nah. Itulah oret2anku perihal hak dan kewajiban seorang wanita married/istri. Banyak banget kan tambahan perbedaannya?😁 Tak seperti wanita single yg segala pertanggungjawabannya terletak di tangan sang ayah/saudara lelakinya. Wanita married menjadi pertanggungjawaban suaminya. Sehingga keshalehan kita juga menjadi amal ibadah untuk suami.

Untuk kawan2 yg sayang suami, yuk atuh kita gemar memperbaiki diri. Biar kian shalehah. Kian cantik luar-dalam. Biar suami juga balik sayang. Dan Allah juga malaikat ikutan sayang. Biar kita juga bukan termasuk para wanita yg dikatakan nabi menjadi penghuni terbanyak di neraka. Hii.. Na'udzubillah ya kawan. 😕

Oke deh.. Cukup sekian dulu ya.. Insya Allah kita jumpa lagi di postingan berikutnya!😄

Ciao Ma!😉😊😘

Jumat, 24 Februari 2017

Puisi - "Rasamu"

Oleh : Mei

Tak perlu banyak kata tuk menyampaikan rasa.
Cukup ada dan sikap mengayomi sebagai bentuk pembuktian diri.

Bahwa kamu peduli..
Bahwa kamu merasai..
Bahwa padaku kamu melihat jiwamu..
Bahwa padaku kamu yakin akan adanya duniamu..

Bahkan di saat dunia tak mengerti ttg rasamu,
Kamu tetap bertahan dalam indahnya rasa itu.

Cinta..
Rindu..
Kasih..

Apapun nama nya itu,
Aku pun padamu.
😊😊😊

Rabu, 15 Februari 2017

Kunjungan Menyenangkan dari Ika, Keyla dan Teh Susi..😊

Siang ini (sekitar jam 11 kurang) aku menyempatkan diri untuk ke pasar depan. Ceritanya, tetiba aja aku punya HIB, alias Hasrat Ingin Belanja. Hee.. 😁 Maka belanjalah aku.

Barang2 yg kubeli.. Ya telur. Ya sayur. Ya bumbu dapur (cabe rawit masih muaahalll euy..😯). Ya jajanan Aa and aku juga (kue satu and biskuit susu.😊). Macem2 lah pokoknya. Habis 68rb. Alhamdulillah.. (Lho kok malah hamdalah? 😮 ya iyalah..kan mottoku tuh "alhamdulillah 'ala kulli haal". Artinya "bersyukur di setiap keadaan". 😉)

Aku kembali sampai di rumah sekitar satu jam kemudian, atau sekitar jam setengah 12 siang. Segera setelah sampai aku membersihkan kulkas dr isi2-nya yg tak terpakai. Juga membersihkan isinya untuk kemudian kupakai masak. Kegiatan ini kulakukan sembari menghabiskan cemilan donat yg dibelikan Emak untukku (2 donat) serta beberapa gorengan pisang (tak perlulah kusebutkan jumlahnya berapa.. Cukup untuk mengenyangkan aku dan si Dede deh pokoknya. Hee..😁).

Selesai bersih2, kepalaku agak sedikit pening. Alhasil aku pun pamit ke Emak untuk tidur. Setelah sebelumnya menyeret diriku untuk makan dan shalat zuhur. Aku tidur dari jam 1 lewat hingga jam 3 kurang 10menit. Lumayan lama ya?😊

Bangun tidur dalam keadaan fresh, aku bergegas rapih2 tempat tidur. Tapi kemudian aku tak langsung beres2 rumah dan memilih untuk membuat bumbu2 masak terlebih dahulu. Ya bumbu pepes ikan. Juga bumbu semur terong. Pikirku, kalau sudah membuat bumbu, aku nanti hanya tinggal oseng2 saja. Dan aku pun bisa membereskan rumah dalam sekali kesempatan (yakni setelah menguleg bumbu). 😊 Tapi ternyata, Allah memiliki rencana dan kejutan untukku di penghujung sore itu. Kejutan seperti apakah?😊

Jadi, Saat aku baru selesai menguleg bumbu untuk semur terong, terdengar suara salam dari depan rumah. Kukenali pemilik suara itu sebagai Ika.
"Yippy! 😆Ika main"
Seru-ku saat itu. Tapi kemudian, begitu aku mendekati pintu, aku dikejutkan oleh suara lain yg sudah amat-sangat lama tak kudengar namun tak kalah kurindukan.
"Teh Susi!!! Kyaaaa!! \😆/" aku berseru riang.

Ternyata Ika datang tak hanya dengan Keyla, melainkan juga engan Teh Susi. 😊😊😊

Maka segera kubuka pintu dan menyambut tamu2ku itu. Kupeluk Teh Susi pertama-tama dg pelukan penuh rindu. Kusampirkan juga doa kebaikan dunia-akhirat untuk teteh yg menjadi sosok pengayomku selama aku tinggal di Situ Gintung bersama Ika. Teh Susi.. "Barakillah selalu untukmu, Teh.. 😊"

Selama 45 menit berikutnya, obrolan hangat pun tercipta.
Kami bertukar kabar. Berbagi gelak tawa saat melihat tingkah lucunya Keyla. Juga berbagi info tentang orang2 lain yg sama2 kami kenal (seperti Teh Sari, Vivi, Teh Ibeth, Teh Heni, Tukang penyet Mas Aro, dll..😊).

Setelah 45 menit berlalu, perpisahan pun mau tak mau harus kami hadapi. Teh Susi berniat pulang ke rumah saudaranya yg di Kutabumi. Kuharap suh perjalanan si Teteh selamat, lancar dan menyenangkan. Aamiin.. 😊 Dan utuk Ika, semoga ia tak bosan2nya datang dan mengunjungiku. Aamiin.. Hee.. 😁😊

Nah. Kurasa sampai di sini dulu ya kawan, catatan harianku di hari ini.
Semoga hari2 kalian juga sama/lebih menyenangkan seperti yg kualami di hari ini.

Salam semangat malam, kawan.
😊😊😉

Lambungan Asa

Asa. Harapan. Keinginan.
😊😊

Setiap orang memiliki asa. Siapa yg tak punya? Karena asa adalah fitrah hidup manusia. Sepanjang ada nafsu, selama itu pula asa ada. Karena asa itu sendiri adalah bagian dari nafsu. Lebih persisnya adalah nafsu lawwamah. 😊

Bentuk asa ada bermacam-macam. Mencakup materi dan non materi. Contoh asa yg sifatnya materi adalah keinginan untuk memiliki benda2 (mobil, rumah, handphone, dll.). Sementara asa yg sifatnya non materi adalah keinginan untuk mencapai sesuatu yg sifatnya tidak/tidak langsung kebendaan. Semisal keinginan untuk naik haji dan/atau umroh, keinginan untuk jalan2 ke dalam/luar negeri, dll.

Nah. Aku sendiri memiliki banyak asa. Dan salah satu yg paling mengemuka di benakku saat ini adalah keinginan untuk mendapatkan anak kembar yg sehat nan soleh di kehamilanku saat ini (aamiin.. 😊). Keinginan yg juga menjadi milik Aa. 😊

Kami (Aku dan Aa) sudah lama mengetahui tentang asa kami yg sama ini sejak sebelum kami menikah. Meski kami juga mengetahui bahwa ada perbedaan mendasar perihal asa anak kembar ini.

Jadi, Aa berharap untuk mendapat anugerah 2 putra kembar yg sehat nan shaleh. Sementara aku berharap untuk mendapat anugerah sepasang anak kembar (putra dan putri) yg sehat nan shaleh. Syukurnya kami tak terlalu 'ngotot' mengemukakan keinginan kami dan menyerahkan segalanya pada kehendak Allah Swt. Biarlah Dia yg Memutuskan yg terbaik untuk kami berdua. Karena memang Allah lah yg Maha Tahu apa yg terbaik bagi hamba-hamba-Nya. 😊

Pertanyaannya...
Bisakah kami meraih asa kami ini?
Dg yakin, aku menjawab,
"Insya Allah bisa."_😊

Aku tak pernah ingin menutup kemungkinan, bahwa kami bisa memiliki anak kembar. Meski tak ada riwayat anak kembar dari kedua pihak keluarga kami. Tapi aku selalu yakin dg pepatah,
"Satu-satunya hal yg tak mungkin adalah ketidakmungkinan itu sendiri."😊
Jadi, kurasa tak ada salahnya bukan jika kita melambungkan asa kita? Mungkin saja ada malaikat yg 'kebetulan' lewat dan mencatat asa-asa kita utuk kemudian disampaikan nya pada Allah swt. Dan jika kiranya Allah menganggap ada kita itu baik untuk dikabulkan, tercapai lah asa kita. Iya, kan? 😊

Apalagi Allah sendiri memerintahkan kita untuk tidak berputus asa terhadap rahmat-Nya. Perintah yg jelas-jelas Dituturkan-Nya dalam kitab suci al quran nan mulia. (Q.S. ,............... ) 😊

Jadi, yuk kita lambungkan asa-asa kita, kawan. Semoga saja Allah berkenan tuk mengabulkan. Adapun jika ada asa2 lama yg tak jua Dikabulkan oleh-Nya, jangan juga berkecil hati dan su'udzon pada-Nya ya..😊 Bisa saja asa itu memang belum waktunya untuk dikabulkan. Atau malah Allah begitu sayang sehingga tidak melulu mengabulkan apa yg kita inginkan.😊

Eh, jadi inget juga sama quote ini,
"Allah  mengabulkan apa yg kita butuhkan, bukan apa yg kita inginkan."😊
Jadi, tetep khusnudzon ya, kawan. 😉😘

Nah. Kurasa cukup sampai di sini dulu catatanku perihal "asa". Semoga saja ada ibrah atau manfaat darinya ya.

Salam hangat tuk semua kawan,

Tetap semangat di musim hujan juga ya!
😉😘

Minggu, 12 Februari 2017

Milad KTP & Tasyakuran Motor

Aa hari ini milad, menurut tanggal yg tertera di KTP nya. Kalau tanggal aslinya sih, Aa tak tahu. Hanya tahu bulannya saja. Bulan Desember. Perihal alasan ketidaktahuan nya kenapa, sudah kuberitahukan bukan? 😊

Intinya, barakallah tuk Aa.. 😘 Barakallah tuk amal, ilmu dan usianya ya, A.. 😊😚😘 Semoga kian didengar doa2 kebaikannya oleh Allah swt..😊 Kian lapang hati dan jalan hidupnya..😊 Juga kian jadi pribadi shaleh yg terus membaik di setiap waktunya..😊 Aamiin.. 😊

Saat ini kami ada di rumah Emak Maryam. Insya Allah hari ini juga akan diadakan tasyakuran atas lunasnya motor Ka Udin. Alhamdulillah.. 😊 Aku ikut membantu menyiapkan sop ayam. Walau aku sempat merasa pening saat berdekatan dg ayam mentahnya. Baunya itu lho.. 😩 Alhamdulillah hingga acara selesai semua berjalan lancar. Menu tasyakuran kali ini antara lain, ayam bumbu kuning, juga ayam bakar. Hmm.. Nikmat.. 😋 Di akhir acara, sempat diadakan juga saweran. Seru euy! Hihihi.. 😆 Alhamdulillah aku dan Aa dapet 5600. Lumayan buat nambahin celengan si Dede.. Hee.. 😁

Oya, Alhamdulillah Zaki dan Ziki sudah sembuh. Setelah Ziki sempat demam dan Zaki sempat Muntaber saat kujenguk terakhir kali (2 minggu lalu). Zaki bahkan sudah mempunyai kantung semar di perutnya. Hihihi..😁 Dan Ziki sudah aktif dalam kegiatan membantu menyapu. Ziki memang baru bisa berjalan sejak 2 bulan-an ini. Jadi ia terlihat selaaaaaalu berjalan ke sana kemari. 😄 Rasanya seru and senang melihat dua keponakan ku ini kembali sehat. Plus Fadhil juga sehat. Plus Mita juga sehat (kecuali sebaris gigi depannya yg raib entah kemana...😁). Happyyyyyy sangat. 😊😊😊

"Terima kasih, Yaa Rabb.. Untuk semua nikmat-Mu. Baik yg hamba sadari, maupun yg tersembunyi."

😊😊

Sabtu, 11 Februari 2017

Pengalaman Pertamaku ke Pasar Malam..😊

Bareng Aa, aku melancong ke Pasar malam di daerah Tanjakan. Persisnya ba'da maghrib, kami berdua berboncengan ke sana dg si Choky, Scoopy-nya Aa. Kulihat langit penuh di tutupi awan sehingga membuatku agak was was akan turun nya hujan. Maka dg berbekal bismillah, kami pun pergi sambil tak henti-hentinya kubisikkan pengharapan agar hujan bisa tertahan sampai kami kembali pulang. (Aamiin...😊)

Aa berangkat dg baju santainya, sementara aku mesti 'berdandan' dulu setelah dikomentari Aa perihal pilihan bergo-ku yg tak matching dg baju yg kukenakan. Alhasil aku pun pergi setelah berjibaku selama sekitar 15menit dg hasil: long dress ungu yg dipadupadankan dg pasmina pink motif bunga. Pilihanku untuk tak membawa dompet pun ditentang Aa, sehingga aku pun membawa serta dompet bergambar aktris Angelina Joli. Dompet yg menurutku terlalu feminim untukku. Aku kan agak2 boyish. Hee.. 😁 tapi demi Aa, aku rela deh tampil chic and cantik. 😉 Terakhir, kututupi deh penampilanku yg kurasa lebih seperti hendak kondangan itu dengan jaket biru gombrongnya Aa. Nyengir deh hatiku. 😁 Yaaahh.. Lumayan lah, jadi gak terlalu formil penampilanku. 😊

Sampai di Pasar malam, mataku di silaukan oleh banyaknya tawaran jajanan, pakaian, panganan, aksesori penampilan, dll. Ramai nian euy! 😵 bibirku pun jadi terkunci karena mataku terlalu sibuk melihat ke sana dan ke sini. Berkali-kali Aa menawariku untuk membeli apa yg kumau. Tapi seperti khas-nya aku, aku selalu belanja ke pasar sesuai dengan apa yg kuniatkan sebelum berangkat. Jadi tujuanku pun tetap sama dan memilih untuk fokus mencari sepatu tuk hadiah ultah Aa juga gunting kuku. 😊

Aku sempat ngiler sih melihat tukang sate yg lagi ngipas2in ayam tusuknya. Tapi aku suka was was kalo beli jajanan di pinggir jalan. Khawatir sama kehigienisannya gitu deh. Apalagi aku juga mempertimbangkan kesehatan si Dede di rahim ku. So, "bye-bye sate..😐".

Barang yg pertama kali kubeli di Pasar malam itu adalah gunting kuku berwarna ungu. Harganya 3rb, yg kutahu harga normalnya adalah 2rb. Tak papalah. Mungkin si Abang-nya juga mesti bayar sewa tempat. Anggap aja sedekah. 😊

Setelah gunting kuku, aku membeli 2 kg jeruk. Persisnya adalah jeruk peras lokal. Harganya 15rb/kg. Kutawar jd 25rb, abangnya mesem. Kutawar lagi 28rb, abangnya malah diem. Akhirnya aku pun membayar 2 kg jeruk itu dg harga awal yg diminta si Abang. 30rb rupiah. Tak papalah gagal menawar. Toh jeruknya kelihatan suegerr banget. Kuharap sih rasanya juga seger and manis. Aamiin..😊

Barang ketiga sekaligus yg terakhir yg kubeli di Pasar malam itu adalah sepatu. Yap. Sepatu tuk Aa yg genap berusia 28th pd Desember lalu. Tanggalnya tak tahu. Karena Aa pun tak tahu tanggal persis kelahirannya. Tanggal di KTP nya tercatat 12 Februari. Tanggal rekayasa alm.Abah Nde H. Halimi. Karenanya kami baru belanja hadiah ultahnya sekarang ini. 😊

Kembali ke soal belanja sepatu tuk Aa..
Kami berhenti di sebuah lapak sepatu yg dipasangi papan bandrol harga 40rb. Awalnya kukira harga itu untuk semua sepatu di sana. Tapi aku mesti kecewa karena ternyata harga obral itu hanya untuk sepatu yg dihamparkan di lapak meja bawah, dan tidak berlaku untuk sepatu2 yg digantung ataupun dijajarkan rapi di meja panggung. 😕 Padahal sepatu yg pertama kali di tak sir Aa tuh sepatu cokelat yg digantung. Aku juga suka dg model dan warna sepatu itu. Tapi harganya itu lho. Out of budget. (Gak perlu lah kusebutin nominalnya berapa. 😊). Aa sih nampaknya sudah menduga harga sepatu cokelat itu, tapi aku yg sudah amat-sangat-lama tak belanja sepatu jelas kaget banget dg harganya. Muahaall sangat... 😑

Alhasil Aa pun memilih sepatu yg lain. Dan pilihannya akhirnya jatuh pada sepatu abu-abu-biru yg terjajar rapi di meja panggung. Cukup chic juga kok sepatunya. Dan harganya pun msh in budget. Bisa kutawar pula, jadi turun 15rb rupiah. Hee.. 😁😁😁

Setelah menerima bungkusan sepatu dan membayarnya, kami pun segera pulang dikarenakan gerimis yg mulai turun perlahan. Di perjalanan Aa sempat mengomentariku yg kelihatan jelas "cengo"nya saat di Pasar malam. Dan aku berdalih bahwa itu adalah pengalaman pertamaku ke pasar malam. Jadi cukup wajar juga jika aku agak diam (aka. Cengo. Hee.. 😁).

Barulah setelah sampai di rumah aku menyadari alasan sebenarnya kenapa aku bisa agak diam saat di Pasar malam tadi. Sebabnya adalah karena aku merasa pusing dg ketidak beraturan lapak2 jualan.
Tak seperti pasar tradisional yg buka 24 jam, lapak2 dagang di Pasar malam itu campur aduk. Tak jelas mana area pakaian, area aksesoris, area bahan makanan ataupun area buah2an. Sementara di pasar tradisional, lapak2 berjajar rapih dalam sektornya masing2.

Nampaknya, aku tak akan menjadi salah satu penikmat Pasar malam deh. Aku tetap lebih prefer pasar tradisional. Jauh lebih rapih. Teratur. Dan ramah udara (tak semua lapak ada di pinggir jalan). 😊 Hidup pasar tradisional! \😆/ Hidup!

Itulah cerita singkat ku ttg Pasar malam.
Ciao Ma! 😉

(Nb: Tak lama setelah kami sampai di rumah, Herdi pulang dg membawa satai. 😊 alhamdulillah ahh.. Memang rezekinya si Dede kali ya yg td sempet ngiler lihat sate di Pasar malam. Hee.. 😁.
Jeruk yg kami beli pun rasanya suegerr and manis. Jadi nyesel karena gak beli banyak. Tapi Aa katanya mw beli lagi. Buat Emak dan Abah haji di Ke. Dalem. Smg yg dibeli Aa juga manis ya. 😊)

Si Bumil Mungil

Sedari kecil, aku selalu masuk tiga besar termungil di antara kawan2ku. Sebuah prestasi-kah?hmm.. 😊

SD, MTs, SMA, Kuliah. Aku selalu jadi salah satu yg termungil. Meski begitu, aku tak pernah berkecil hati akan fisikku. Karna bukankah yg utama adalah kesehatan dan kelengkapan jasmani juga ruhani? Jadi, syukuri aja. 😊

Aku memang sudah berupaya untuk menggemukkan juga meninggikan badan. Tapi mungkin memang idealnya badanku ya seperti kini adanya, mau gimana lagi? Jadi, syukuri aja. 😊

Nah. Ada keistimewaan juga derita tersendiri saat kita dicap sebagai si mungil. Biasanya sih seringkali dianggap lemah dan tak cakap seperti teman2mu yg lain, atau malah ada juga yg mengalami tindakan bully. Duh. Naudzubillah.. Alhamdulillah nya aku tak pernah mengalaminya. ☺

Sedangkan keistimewaan saat jadi si mungil antara lain bisa mendapat kesempatan pertama dalam hampir semua hal, tak terlalu dituntut berletih-letih seperti teman2 lain yg bertubuh lebih besar, juga bisa menyalip-nyalip di keramaian. Hehee.. Heiiibatt bukan? 😉

Menjadi si mungil juga enak, karena selalu ada saja orang-orang yg menyekoki kita dg makanan. Katanya sih, biar badannya cepat besar. Hihihi.. Memangnya bisa? 😆

Dan untukku, julukan si mungil masih tetap berlaku. Bahkan hingga saat kondisiku sedang hamil sekarang ini. Di usia kandungan yg memasuki masa 5 bulan, perubahan tubuhku tak terlalu terlihat beda dibanding dg saat aku belum hamil. Itu menurut kacamata orang2 luar. Sementara untuk Aa yg sering melihat kulit perutku, katanya aku tuh gendutnya ngumpul di perut. Hahaha. Ada2 saja.. 😁

Kurasa orang2 tak bisa melihat perubahan fisikku dikarenakan aku yg sering memakai baju gombrong. Sehingga perut "ndut" ku pun jadi tak terlihat. Tak papalah. Yg penting si dede di rahim sehat wal'afiat. 😊😊😊 aamiin..

So, untuk kawan2 bumil mungil sekalian, tak usah berkecil hati ya jika kondisi hamilmu tersembunyi. Toh tak ada faedahnya jg apa2 yg dipikirkan orang lain untuk kita. Yg penting bumil mesti tetep happy. Biar baby-nya juga happy.

Jadi inget sama quote ini,
"Kebahagiaan itu bukan sesuatu yg bisa didapat, karena kebahagiaan itu sesuatu yg bisa dibuat."
😊

So, buat yuk kebahagiaan untuk kita sendiri. Salah dua caranya ya dengan keep positive thinking and be yourself. Smg dengannya, kebahagiaanmu bisa tercipta. Meski kamu adalah si bumil mungil. 😊

Sekian dulu ya, kawan.
Ciao Ma! 😉

Selasa, 07 Februari 2017

Mimpi Indah tentangmu, De.. 😊

Kamu sudah lahir, De.. Dalam bentuk yg sempurna dan sehat dan gemuk dan penuh senyum..😊

Matamu meniru mata Umi. Hidungmu seperti milik Abi. Bibirmu ..mmm... Sepertinya sih mirip bibir Umi. Agak tebal gitu deh. Hee.. ☺ Tapi bulu matamu, de.. Persis seperti yg Umi harapkan. Menyapu seperti bulu mata Abi..😊

Dalam mimpi, kamu kemudian menangis, De.. Kamu lapar.. 😊 maka Umi buka kancing depan baju Umi untuk menyusuimu. Sebelah kiri.. Seketika kamu hentikan tangismu.. Kamu asik menghisap sambil menatap dg mata bulatmu. Samar, Umi tangkap senyum khas Abi di wajahmu. Seperti sedang menggoda Umi.. 😊 Umi pun membalas senyumanmu dg senyuman penuh doa.

Mendoakan.
Kesehatanmu.. Kelapangan hati dan hidupmu.. Kebahagiaanmu.. Ketaqwaanmu pd Rabb kita.. Juga kekayaan hatimu akan iman kepada-Nya.. 😊 Umi doakan semua kebaikan hidup dunia-akhirat itu untukmu, De.. Aamiin.. 😊

Dalam mimpi, Abi pun ada, De. Melihat kita dari sisi kanan Umi. Abi pun ikut tersenyum melihat senyum menggodamu, De. Abi pun nampaknya mengakui betapa akan menjadi jahilnya dirimu saat besar nanti. Seperti dirinya.. Jahil yg baik dan menyenangkan. 😊

Kemudian..
Masih dalam mimpi. Datang seorang kawan tetangga pria Umi ke rumah. Membawa putranya juga dalam gendongannya. Seumuran kamu, De. Tapi tak secemerlang dirimu di mata Umi. 😊 Ia berkunjung hanya sekilas. Tak lama. Hanya untuk mengenalkan kita dengan putranya. Sebelum akhirnya hujan turun. Dan menderas di luar sana..

Kamu tak takut mendengar hujan, De. Pun jua kamu tak takut mendengar gemuruh suara petir. Kamu masih asik menyusu dan menggoda Umi dg senyumanmu. Dengan mata bulat nan berkilaumu itu, De. 😊 Membuat Umi ikut tak merisaukan hujan yg kian terdengar deras. Ataupun takut akan cahaya kilat yg terlihat jelas melalui kaca-kaca di jendela rumah kita. Umi seperti tersedot dalam duniamu, De. Pun jua Abi di samping kita. Ia pun asik bergantian melihatmu dan Umi. Dg senyum bahagia terpampang di bibirnya. Bahagia yg juga Umi pancarkan kian tak hentinya.
Dan...
Itu semua karenamu, De..😊
Karenamu yg adalah anugerah terindah yg dititipkan Allah kepada Umi dan Abi.😊
Karenamu.. 😊😊😊

Pemburu Kepala...

Judulnya serem ya? Hihihi.. 😁 maaf ya kawan. Keisengan semata dari ku yg ingin buat judul yg serem. Sebenarnya judul ini ada kelanjutannya lho. Dan gak nyeremin kok. Yaitu, "Pemburu Kepala...Ikan." 😁

"Apaan sih?"
"Judulnya gak penting banget."
"Gak lucu"
"Garing. Ring. Kayak kerupuk kaleng di warteg sebelah."
De el el...

Untuk kawan2 yg gampang sensitif dg postingan ini, monggo bangkit ke pintu keluar. Yg mw lanjut baca, monggo duduk manis kembali... (Hihihi..😁)

Sebenarnya, siapakah gerangan sang pemburu kepala ikan itu?
Jawabannya gak perlu jauh-jauh nyari ya kawan. Itu loh, yg nulis postingan ini. Which is Me. Me thea.. 😊

Yup. Akhir-akhir ini aku gemar dg kepala ikan. Sampe bikin orang rumah bosen mungkin karena aku terus2an belanja ikan. Mereka sih dpt badan n buntut. Dan aku selalu lebih dulu memilah milih kepalanya untuk jd lauk ku. Rasanya nikmat banget sih. Apalagi pas bagian ngisepin otak ikannya. Trus minyaknya. Hmm... Yummyyy... ☺☺☺

Apalagi setelah kutahu kalau minyak dan otak ikan itu kaya banget akan omega 3. Nutrisi yg bagus banget bwt perkembangan otak janin. Makin yummy deh aku makannya. 😁

Kuharap sih kegemaranku makan ikan ini gak akan seperti kegemaranku makan cilok atau piscok. Meluntur. Iyaa. Aku sekarang udah gak terlalu nge-fond makan cilok n piscok. Rasanya di lidah malah pahit gitu. Padahal aku belinya di ibu-ibu langgananku. Hmm.. Mesti say bye-bye deh ke ibu itu. Karena sekarang aku udah gak suka nyahutin "neng, cilok, neng"-nya si ibu itu. Maaf ya, Bu.. 😅

Kembali ke kepala ikan.

Salah satu kegiatan yg paling kusuka terkait ikan adalah saat aku belanja bareng Emak. Yup. Be-lan-ja-ba-reng. Terserah orang mau bilang aku anak mommy or anak Emak. Toh aku ngerasa fine-fine aja. Emakku juga cukup asyik kok. Dan paling asyik ya saat nyaksiin Emak tawar menawar harga sama pedagang. lucu. Hihihi. 😁

Jadi... Saat belanja, Emak tetiba aja langsung nunjukin muka datar dan nawarin barangnya dg setengah harga yg di tentu in sang pedagang. Bikin aku ngerasa kasihan juga sama pedagangnya. Tapi rasa kasihan itu gak bertahan lama. Karena kemudian aku dikejutkan oleh pedagangnya yg nge-iya-in tawaran harganya Emak. Baru deh nalarku bekerja dan nyadarin. Kalo harga yg ditawarin Emak itu terbilang normal. Gak mungkin juga kan pedagang nya mw buntung. Berarti memang pedagangnya yg matok harga yg kelewat tuingguiiiiii.. Ishk.ishk.iiiisshhk.. Nakal banget ya tuh pedagang. 😑

Eh. Tapi gak semua pedagang kayak gitu loh. Ada juga kok pedagang yg matokin harga normal. Sampai-sampai Emak aja gak ngelakuin prosesi tawar-menawar-tarik-urat-uratan.. 😊 salah satu contohnya ya para pedagang ikan.
"Hidup pedagang ikan!! Hidup!" \😆/

Jadi, gitu deh tentang ikan dan kegemaranku selaku pemburu kepala ikan. Well, mungkin gak banyak (atau malah gak ada? 😁) manfaat yg bs kawan2 dpt dr membaca postingan ini. Tapi kuharap, tulisan ini bisa sikit-sikit lah menghibur. 😊

Akhir kata,

Ciao Ma! 😉😘

Rabu, 18 Januari 2017

Menjadi Ratu 9 Bulan? Enak?

"Bulan planet mana yg jumlahnya ada 9, Bi?"
Itu guyonanku kepada salah seorang bibiku saat ia mengatakan bahwa salah satu masa bahagia dalam hidupnya adalah saat ia menjadi ratu 9 bulan. Aku sih sebenarnya tahu apa maksud asli kalimat bibiku itu. Hanya saja aku iseng mencandainya. Hee.. 😄

Jadi, maksud sebenarnya dr ratu 9 bulan adalah saat seorang wanita sedang hamil. Oke.. Memang ada juga yg usia kehamilannya tidak sampai 9 bulan, tapi umumnya kan usia optimal bayi siap lahir adalah 9 bulan lebih sekian hari dalam kandungan. Begitu bukan? 😉 pun jua dengan bibiku itu.

Bibi menceritakan saat bahagianya ia hamil putra pertamanya. Saat itu, segala permintaannya di turuti. Mau makan apa, dicari. Mau minum apa, dibeli. Mau jalan-jalan ke mana, di pergi ( 😁 ). Pokoknya, bak jadi ratu deh. Apalagi saat hamil, bibi tak mengalami sindrom hamil yg parah. Tak seperti cerita bibi2ku yg lain. Ia masih bisa asik jalan2 ke Tj. Pasir bersama suaminya. Katanya sih honey moon season 2 gitu deh. Hhh.. Ada-ada aja. 😐

Beruntungnya bibiku itu. Tak sperti beberapa bibiku yg lain. Karena ada dari mereka yg bahkan mesti bedrest selama 7 bulan kehamilan nya dg asupan makanan and minuman yg bisa dibilang terbatas. Mau minum air putih aja mualnya ampun2an.

Aku ingat. Kondisi itu juga yg pernah kualami di bulan kedua dan ketiga masa kehamilanku. Aku lebih sering bedrest. Walau alhamdulillah nya masih bisa melakukan berbagai pekerjaan rumah tangga yg ringan2 (nyapu, ngepel, nyuci baju n piring). Tapi tetap, setiap kali usai melakukan setiap kegiatan, aku harus selalu istirahat. Karena jika tidak, alamat akhirnya adalah muntah-muntah parah.

Acapkali aku mengeluhkan kondisiku. Itu didasari karena kekhawatiranku akan asupan makanan yg bisa diserap si Dede sangat amatlah sedikit. BB ku turun 5 kg. Wajahku kian tirus tak karuan. Jalan kuyu, mata cekung bak begadang bermalaman. Pokoknya kondisiku ngenes deh..😑

 Alhamdulillah nya Aa sabaaarrrrrr banget. Beliau sering mengingatkanku bahwa mengeluh itu gak ada gunanya. Bahwa kondisiku masih terbilang normal seperti ibu hamil muda lainnya. Bahwa nanti pun nafsu makanku akan kembali normal atau malah abnormal diluar biasanya. Pokoknya, aku mesti sabar dan terus berjuang tuk makan.

 "Gakpapa dimuntahin juga. Gampang. Tinggal makan lagi. Mau makan apa, nanti dibeliin. Pinginnya apa, tinggal bilang aja. Bla..bla..bla.." gitu kata Aa.

Bener2 bak ratu ya?
Tapi ratu yg lagi kepayahan...

Jadi, kalo ditanya, enak gak jadi ratu 9 bulan? Aku bakal jawab,

"Ada suka dan dukanya. Ada enak dan gak enaknya. Dinikmatin aja...
Tapi... kalo mikirin apa yg bisa didapet setelah perjuangan menjadi ratu 9 bulan. Hmm.. Kayaknya nikmat banget deh."

Jadi bener kan, dinikmatin aja.. 😊😊😊

Ciao Ma! 😉😚

Selasa, 17 Januari 2017

Mengidam atau Kabita?

Aku? Mengidam? 😮

Kayaknya enggak, deh. 😕

Cilok, piscok, es kelapa, es cincau, baso tusuk, buah pisang dan sawo? 😮

Itu sih memang kudapan yg enak2. Jadi wajar dong kalo aku kepingin makan and minum itu. 😉

Serius. Bukan ngidam!

Ngidam itu kaaan...

Kepingin banget makan or minum or ngelakuin sesuatu, yg kalo gak kesampean tuh nangis kejer and bad mood all the time. Gitu kan? 😃

Pokoknya mesti diketemuin sama makanan n minuman itu or ngelakuin hal yg dipinginin itu deh. Sampe2 bikin orang sekitarnya jadi kerepotan. Suami kecapean. Bapak-ibu-adik-kakak sibuk keblingsatan. Sementara yg ngidam malah asik-asik rebahan.
Gitu kan? 😮

Sementara aku kan gak begitu.
Aku sih cuma pingin aja. Gak mau sampe bikin orang sibuk nyariin makanan and minuman yg kupingin. Biarin takdir yg nentuin gitu deh. Kalo memang makanan or minuman itu baik buat kami (si Dede dan aku), aku berdoa biar bs ketemu makanan and minuman itu. Kalo gak ketemu ya gapapa.

Ketemu nya pun gak sambil dicariin lho ya. Cuma sambil lalu aja. Semisal setiap kali aa pulang kerja, kalo ketemu di jalan pulang ya tolonglah dibelikan. Kalo enggak pun ya gakpapa. Berarti belum rizkinya. Gitu aja. Simple kan? 😉

Tapi herannya Aa ngotot banget bilang kalo itu tuh ngidam. Sementara aku ngotot bilang bukan ngidam. Malahan menurutku Aa deh yang ngidam. Lha wong Aa kesengsem banget sama buah jambu biji di depan rumah. Padahal aku udah jelas banget bilang aku gak suka "bau"nya. Tapi tetep aja Aa sengaja makan di deket2 aku. Sampe dipepet-pepetin pula tangannya yg ikutan bau jambu itu. Hu.uh. 😩

Tapi itu dulu...
Maksudku, sekarang2 ini alhamdulillah aku udah fine sama segala jenis bau. Termasuk bau jambu. Ups.. Kecuali satu bau ding. Itu tuh bau jamu tol*k angin yg biasa Aa minum sebelum berangkat kerja. Baunya itu lho.. Ampuuunnn deh. 😣

 Sebelnya, si Aa malah jadi in keenggananku akan bau jamu itu sebagai amunisi baru untuk menjahiliku. Alhasil setiap kali Aa usai minum jamu itu, aku langsung ngibrit ke dapur dan bikin alasan mau ngebungkusin bekal makan siangnya. Ha. Ha. Ha. 😝 aku juga punya amunisi dong tuk ngadepin jahilnya Aa itu. Yaitu kabur. Hee.. 😁😁

Kembali ke soal "mengidam". (Atau aku menyebutnya sebagai "kabita")
Aku juga tak melulu selalu ingin piscoooook atau ciloooookk aja. Gak seperti cerita bibi2ku yg katanya saat mereka mengidam makanan tertentu, mereka ya pinginnya selalu makan makanan itu selama 9 bulan hamil. Sementara aku gak begitu. Serius. 😮 aku tuh kadang2 pingin cilok, kadang2 juga pingin piscok, es kelapa, de el el. Gonta-ganti gitu deh. Itu jelas bukan mengidam kan? 😊

Ups.. Barusan si Dede uyek2an. Sepertinya itu alarm untuk makan (lagi) deh. 😄 kalau begitu aku pamit dulu ya, kawan. Keep your spirit and may Allah give you happiness..amiin...☺

Semangat beraktivitas, kawan!

Baik2 jaga kesehatan ya! 😆

Ciao Ma! 😉😘

("Ya ampun.. Sabar Dede.. Iya.iya. kita makan sekarang yuk."
-Bincang2.sama.Dede 😊)

Senin, 16 Januari 2017

Baper-nya si Dede pada si Aa

Seperti judul di atas, Dede (nama janin di perutku) memang baper banget kalau nyangkut soal Aa (My hubby).

Maksudnya... Aa sakit, si Dede malah ikutan ngajakin aku sakit. Aa ngaji, si Dede ikut2an uyek2an (gerak lincah) di perutku. Aa lg bobo, si Dede malah nyuruh aku mencetin hidung and narikin jenggotnya Aa. Serius ini mah si Dede. Aku kan gak tegaan kalo gangguin orang tidur. (Lempar batu, sembunyi tangan. 😇)

(Oke.oke. maaf ya De.. Umi juga kadang2 emang pingin isengin abi sih. Hee..😉)

Tapi memang, di masa kehamilan yg udah masuk usia 4 bulan ini, aku jadi makin ngerasain pergerakan si Dede. Rasanya gelii banget. Kayak kedutan gitu deh. Makanya aku sering banget tiba2 ketawa sendiri. Dan ini bikin Aa jadi keheranan. Mungkin di pikir nya, "si Neng lagi kumat." hee.. 😄 baru setelah kuJelasin kalo si Dede uyek2an, Aa ngerti dan ikutan senyum. Sayangnya, waktu kuminta si dede uyek2an lagi biar Aa ikut ngerasain pergerakannya, Dede malah diam.

"Kamu malu sama Abi ya, De? ☺"

Hmm.. Bicara soal "bicara", aku memang sering ngajak ngobrol si Dede. Setiap mau ngelakuin apapun, aku ajakin juga si Dede tuk bismillah. Ingat sama pesan Aa gitu deh. Untuk selalu mengawali kegiatan dg bismillah. Sehingga segala yg dilakukan pun Insya Allah berkah. Amiin.. 😊

Selain ngajakin si Dede tuk mengawali kegiatan dg bismillah, aku juga sering ngajak diskusi si Dede. Diskusi apaan? Ya macem-macem. Biasanya sih ttg perkara yg lagi "in" di televisi. Aku juga sering minta saran si Dede. Bahkan sampai hal remeh seperti "masak apa kita hari ini..?" pun kuminta sarannya. 😁

Nah. Ada satu kebiasaan baru yg lagi sering and seneng banget kulakuin sekarang2 ini. Apaan tuh? Me-na-ri.

(Hellooo... Seorang Meli menari? Apa gak keserimpet kaki sendiri tuh? 😆)

Iya. Menari. Aku juga sempet was-was. Aku kan tahu banget sama kemampuan tubuhku soal menjaga keseimbangan. Terbilang quite terrible gitu deh. 😅 Tapi ajaibnya, sejauh ini aku fine2 aja. Alhamdulillah.. Mw menari ala dansa, salsa, sampe nari ala anak TK pun kulakuin. Duh. Apa ini bakal jadi hobinya si Dede ya? Hmm.. Pasrah aja deh.  Asal jangan joged yg aneh2 aja ya, De.. 😉

Ups.. Kayaknya kita udah mulai melenceng dr judul postingan ini ya? Hee.. Sorry.. 😅 mungkin itu pertanda kalo aku mesti pamit diri dulu kali ya, kawan. Biar gak melenceng lebih jauuuh lagi.

At last, kutitipin doaku untuk smw wanita yg mendamba hadirnya anak, semoga harapannya terkabul. Amiin.. Dan semoga yg sudah punya, bisa sama2 belajar untuk jd ibu yg lebih baik lagi di setiap waktunya. Amiin..

Eh, hampir ketinggalan. 😃

Juga untukmu yg masih menanti hadirnya sang pangeran, bersabar ya. Insya Allah di ujung jalan kesabaran itu akan ada kemenangan. (Meunang pangeran nu bageur, sugih, jeung shaleh. Amiin.. 😊😊).

Salam sore yg hangat ya, kawan.

 Baik-baik jaga kesehatan.

Ciao Ma! 😉😘

Sabtu, 14 Januari 2017

Oke-nya Pacaran Setelah Menikah (Bag. 2)

Rasanya pacaran sesudah menikah?
Manis-manis krenyes gitu deh.. Hee.. 😉😆

Eh, tapi serius! Memang rasanya manis banget kok di hati. Dan krenyes-krenyes renyah gitu kayak kerupuk, alias seru.

Bayangin aja gimana rasanya makan es krim untuk pertama kalinya. Excited, harap-harap cemas, dan akhirnya bikin ketagihan kan? Kalo kamu gak suka es krim, ganti aja deh pake es kelapa, es teh manis, es cendol atau apalah minuman favoritmu. Gak cuma hilangin haus. Tapi juga ninggalin kesan yg We-O-We, alias WOW di hati. Bikin kamu langsung suka dan pingin lagi dan lagi.

Nah. Seperti itu deh pernikahan buatku. Hmmm.. Tapi bukan berarti aku ketagihan nikah loh ya.. 😃 maksudku tuh, aku ketagihan sama hidup setelah menikah. So far feel so good. ☺

Alhamdulillah.. aku jadi punya temen curhat baru yg asyik dan bisa amanah banget jagain aib-ku. Ya iyalah. Kan memang suami-istri tuh udah kewajibannya saling menjaga aib kan? Seperti layaknya pakaian bagi satu dan yg lain gitu deh.Saling menutupi juga saling memperindah. Betul betul-betul?. 😄

Selain itu, aku juga jadi punya temen jahil yg baru dan seru. Eiitt, Gak cuma aku loh yg bertindak selaku si jahil. Tapi terkadang (yg kelewat sering) aku juga jadi korban jahilnya si Aa (panggilan tuk hubby-ku). Baru sekarang2 ini kusadari, kalau ternyata dijahilin juga seru lho. Hihihi.. 😁 apalagi ujung2nya aku kebanjiran sikap romannya si Aa. Jadi meleleh deh. He is so sweet.... 😇

Oh ya. Sebelum aku bercerita tentang jahil dan romannya Aa, mungkin ada serunya juga kalau aku bercerita bagaimana kesanku saat awal masa halalnya kami.

Jadi, mulanya sih kami masih canggung banget untuk saling sentuh. Eitt, jangan kelewat jauh mikirnya ya. Maksudku tuh sentuh tangan. Iya. Sentuh tangan. Maklum saja, kami berdua memang sama2 awam soal menyentuh lawan jenis yg bukan mahram. Ia juga belum pernah berpacaran sepertiku. Mungkin karena basic pendidikannya yg dr pesantren kali ya? 😊

Jadi meskipun pak penghulu sudah meng-sahkan kami sebagai pasutri, aku masih merasa canggung banget waktu diminta cium tangannya Aa. Rasanya aneh.. As if there are butterflies in my tummy. ☺ Dan gak cuma aku aja. Aa juga kelihatan banget groginya. Alhasil jadilah kami pasangan suami-istri baru yg lebih sering menunduk dan malu2 gak jelas sewaktu saling melirik. Hihihi..😂 ditambah lagi dengan adanya momen foto2 pernikahan yg mesti diambil di hadapan banyak pasang mata. Diminta pose pelukan lah.. Pegangan tangan lah. Apa lah.. Dan yg paling gak bisa kulakuin saat itu tuh, pose saling menatap yg lama. Aku gagal untuk gak menunduk dan jadi si kucing pemalu. Fotografer nya aja sampe geleng2 kepala gitu deh.. 😁 Syukur alhamdulillahnya foto wedding kami berakhir bagus. Makasih banget deh buat fotografer and kameramen nya. Mereka kereenn.. 👍🏻

Lanjut tentang pacaran setelah menikah.

Aku jadi ingat, kalau aku pernah menuliskan dalam tulisanku di jilid 1 perihal anak lelaki. Di sana aku menulis kalau anak lelaki itu "liar, jahil, jorok dan kasar". Sekarang juga, kucabut pernyataanku itu. Kuakui, gak semua lelaki seperti itu kok. Contoh saja Aa. Aa gak liar (teratur banget malah), gak jahil(jahil amat.. Hee.. 😄), gak jorok (justru lebih cinta kebersihan si Aa daripada aku. Lebih rapih pula. Aku aja jadi sering malu sendiri kalau ngebandingin sikap bersih ku dan Aa), apalagi kasar. Aa sih lembut banget. Beliau selalu memperlakukanku dg sikap mulia. Suka nimbain air untukku mencuci.. Suka jadi seksi penggebah nyamuk yg sering nemplok di kamar kami, sementara aku udah berlindung dg nyaman di bawah selimut.

Aa pun penyabar pula. Aa sabaaaar banget menghadapi semua kekuranganku sbg seorang istri juga insan pribadi. Beliau gak pernah bentak2. Paling cuma ngerasin nada suara kalau aku lagi khilaf akan sesuatu. Itu pun saat kami sedang hanya berdua. Kan banyak tuh sekarang ini orang2 merasa leluasa ngebentak pasangannya di muka umum. Kan bikin down banget tuh. Alhamdulillah aa gak begitu. Aa is the best lah pokoknya! 👍🏻😉

Memang.. Kehidupan berumah tangga gak selalu manis. Aku pun mengakui. Adakalanya aku dan aa berselisih paham akan sesuatu. Kami saling berargumen dan mengemukakan pendapat kami. Terkadang juga ada hal yg tidak kami sukai dr pasangan. Tapi alhamdulillah nya kami sudah sepakat untuk selalu mendiskusikan segala hal itu dg kepala dingin. Jadi, sejauh ini aku dan aa masih berasa bulan madu (walau kami gak pernah jauh dr rumah 1 n 2-itu istilahku untuk rumah emak dan mertua. Hee.. ☺).

Nah. Kurasa sudah cukup aku menguraikan manisnya pacaran setelah menikah ya. Satu yg bisa kuambil hikmahnya dr keputusanku ttg pacaran ini adalah,
"Yakinlah akan Janji Allah. Sesulit apapun halangan yg kamu hadapi. Karena saat kamu sudah menumpukan harap dan keyakinan hanya kepada-Nya, maka pasti Dia akan mengejutkanmu dg hadiah hidup yg super duper manis." (Seperti si Aa thea.. Hee.. 😁😁).

Jadi, buat kawan2 yg masih single, jangan sungkan ya kawan tuk pacaran sesudah menikah. Insya allah berkah and jauuuhh lebih seru rasanya. Karena segala hal pertama bisa kamu rasakan bersama si dia. Usaha yg bisa kamu lakuin saat ini ya cuma berdoa and gemar memperbaiki diri. Insya Allah kelak kamu pun akan dipertemukan dg si dia yg baik hati (plus kaya.. Tidak sombong.. And rajin menabung.. Hee.. 😄).

 Dan untuk kawan2 yg udah terlanjur pacaran, udah putusin aja! Eiitt.. Sabar dulu. Kalimatku belum selesai lho.😁 Maksudku tuh, udah putusin aja tuk segera ke pak Penghulu. Kan jadi cepet halal and berkah tentunya. Hee..  👍🏻😉☺

Oke deh. Kurasa cukup dulu ya sampai di sini. Insya Allah kita jumpa di postingan berikutnya ya, kawan.

Ciao Ma! 😉

Oke-nya Pacaran Setelah Menikah (Bag. 1)

Pacaran.
Sebuah kata yg sempat mengusik rasa penasaran ku selama beberapa tahun yg lalu. Pertama kali aku menyadari arti kata itu adalah saat aku masih duduk di bangku kelas 2 MTs, sekitar tahun 2003. Saat itu, seorang kawan karibku diisukan sedang berpacaran dengan kakak kelas kami. Saat kutanyakan pada kawanku, ia menyanggah sedang berpacaran. Tapi saat itu aku pun merasakan adanya interaksi yg agak berbeda antara kawanku dengan kakak kelas kami itu. Tak seperti layaknya hubungan antara anak lelaki dan perempuan yg kutahu saat itu. Karena sepanjang pengetahuan 12 tahun usiaku, antara anak lelaki dan perempuan itu seperti kucing dan anjing. Tak akur. Jadi aku merasa agak aneh dengan gelagat kawanku yg seperti kucing malu-malu bertemu kucing lainnya. Aneh saja. Bagiku saat itu, semua anak lelaki itu liar, jahil, jorok, kasar, dll. Jadi aku tak terlalu tertarik untuk berdekatan dengan anak lelaki, apalagi disuruh berpacaran. Hiii.. Ngeri.😣

Memasuki SMA, pikiran kanak2ku perihal pacaran masih tak berubah banyak. Hanya saja saat itu aku tak terlalu 'alergi' dg lelaki dan bisa lebih bersikap 'toleran'. Aku jadi tak terlalu abai akan kehadiran mereka. Dan Aku juga tak lagi menganggap mereka seperti hantu yg tak tampak. Hee.. 😄 intinya, saat awal SMA itu aku mulai menganggap mereka ada deh. Terlebih lagi aku duduk sebangku dengan salah satu primadona cantik se-angkatan ku. Alhasil mejaku hampir selalu kedatangan para kumbang yg ingin menyapa bunga cantik yg duduk di sampingku itu. Hihihi..😁 Aku sih awalnya agak risih. Terlebih lagi aroma lelaki itu berbeda jauh dg aroma perempuan yg sering kuajak bicara. Macam2 gitu deh. Dari skala wangi emperan sampai wangi pertokoan.
Aku heran dengan Tika, kawan sebangkuku. Kok bisa ya dia tahan menghadapi wangi aneh yg bermacam2 itu?😅
Itu pemikiranku saat kelas 1 SMA.

Nah.. Menaiki kelas 2, aku mulai dihinggapi rasa curious, aka penasaran dengan pacaran. Pasalnya, aku sering mendapat curhatan perihal 'cowo dan perasaan' dari orang2 terdekat ku. Heran juga sih. Padahal kan aku tak pernah akrab dg lelaki, apalagi pacaran, tapi rata2 temanku curhat ttg hal itu. Serasa seperti sudah spesialisasiku gitu. Padahal kan aku buta banget soal pacaran. Dan Aku masih punya sedikit alergi dg lelaki. Masih risih gitu deh kalo deket2 mereka. Jadi kenapa juga teman2ku merasa nyaman ya curhat ttg 'cowo dan pacaran'? Aneh..😕

Lulus dari SMA, aku masuk kuliah. Dari sini pandanganku tentang pacaran mulai mengalami pergeseran yg cukup signifikan (ciaelaaa...bahasamu, Mell.. 😂). Entah karena aku mesti ngekos dan tinggal jauh dr zona nyaman keluargaku. Atau juga karena aku yg tiba2 mesti mandiri dan ngurusin semua keperluan sehari2ku sendiri. Jadi mau tak mau aku harus makin sering berinteraksi dg lelaki. Dan itu membuatku mulai merasa biasa dg musim pacaran yg berseliweran di sekitarku. Hampir semua kawan2ku berpacaran atau sudah pernah berpacaran. Dan mereka juga merasa nyaman bercerita perihal dunia pacaran kepadaku.

Syukur alhamdulillah-nya, Allah mengasihi ku dan mengenalkanku dg organisasi LDK (Rohis-nya Kampus). Yg dengannya aku jadi tahu bahwa pacaran itu tak diperbolehkan dlm aturan Islam. Yg ada itu, ta'aruf atau menikah. Jadi aku pun menetapkan diriku untuk tidak ikut2an berpacaran seperti kawan2ku. Sungguh sebuah tantangan yg cukup berat bagiku saat itu. Karena aku pun mulai dijangkiti oleh virus merah jambu (aka. Cinta). Parahnya lagi, si doi adalah orang yg hampir selalu kutemui di masa2 perkuliahanku. Makin merahlah si jambu. Makin tuebell deh godaan pacaran buatku. Tapi teteep.. Alhamdulillah. Aku masih ber'keras kepala' untuk gak pacaran. Atau memakai istilah seniorku di LDK, pacarannya sesudah menikah aja. Itu jauuuh lebih indah. 😁😊

Tahun terus berganti. Perubahan dan kepelikan hidup pun makin sering kudapati. Pandanganku akan beberapa hal dalam hidup mulai berubah. Perubahan yg juga turut merubah sedikit banyaknya kepribadianku yg optimis dan ceria. Meski begitu, satu hal tak pernah berubah. Yakni pandanganku perihal pacaran. I'm still saying no to date. Pacarannya habis nikah aja lah. Meski pun aku mengetahui bahwa si doi yg kusukai juga menyukaiku, aku tetap bilang gak tuk pacaran. Kukatakan padanya, bahwa Jodoh, rizki dan maut itu pasti. Jadi kalau kami memang berjodoh, insya allah kami akan kembali bertemu dlm hubungan yg lbih baik. Dan syukurnya ia menerima keputusanku. Sedikit ada rasa sesal di hatiku saat itu. Tapi tak sebesar jika aku harus melanggar janjiku pada diriku sendiri yg ingin pacaran sesudah menikah. Bukannya sok suci atau apa ya. Tapi aku sudah banyak mengalami kegagalan dlm sektor lain hidupku. Jadi aku ingin dalam sektor hubungan dg kaum adam aku bisa berhasil, yakni dg tidak menyalahi aturan dr Ilahi. So, i'm still single and quite-very happy. Hee.. 😊

Tahun kembali berganti. Dan aku kembali mendapat kejutan saat kudengar bahwa si doi hendak menikah dg bunga lain. Herannya, aku tak merasakan patah hati seperti yg sering dicurhatkan kawan2ku. Padahal aku sudah mengantisipasi akan adanya  pelemparan bantal, gigit jari, banting piring, dll. Hee.. 😆 tapi serius! Aku justru ikut senang karena akhirnya doi yg kusuka dan kukagumi bisa menemukan jalan bahagianya. I'm sincerely happy for him. 😊

Hmm..sayangnya, hidupku gak berhenti sampai di situ. Karena kemudian aku harus melalui masa2 transisi dari mendapat pertanyaan, "kapan lulus kuliah?" menjadi "kapan nikah?". Hadeeh.. Baru deh kurasakan gimana rasanya jadi wanita umur 24 yg belum juga nikah. Sering banget aku ketemu orang dan dapet pertanyaan2, "calonnya orang mana, Mel?" "udah nikah?" "kapan kamu ngasih cucu?" dll..
Pertanyaan yg terakhir itu seringnya ditanyakan oleh bapak. Kalo emak sih, paling cuma ngasih tatapan yg gimanaaaa gitu. Jleb ke hati gitu deh. Aku berasa bisa denger suara batin emak yg bilang, "kamu kok betah sendiri, Mel.."
Gitu deh. Susaahh..😩

Bukannya aku betah sendiri dan mutusin untuk jd biarawati ya. Tapi ya gimana juga klo memang jodohku belum waktunya tuk datang. Aku juga mau kok menikah. Oke.. Aku memang masih punya sedikiiiitt alergi kalo deket sama lelaki. Tapi aku bisa menutupinya. Aku juga sudah mulai berdoa untuk membuka tabir jodohku. Agar sang pangeran segera datang menjemputku (berasa jadi princess.. 😋). Agar status single-ku segera berubah jadi double-triple-atau kwartet sekalian. Tapi ya gimana lagi? Kan yg tahu jodohku mah cuma Allah. Usahaku cuma bisa dg doa dan memperbaiki diri. Agar kelak pangeranku pun adalah seorang yg gemar memperbaiki diri. Jadi, aku pun mencoba meyakinkan orang2 terdekat ku bahwa jodoh itu termasuk hal pasti yg udah dijanjikan Allah kedatangannya. Dan janji Allah itu gak akan pernah ingkar. Pasti. Ti. Ti. Ti. Titik. 😤 yakin aja deh sama Allah..😊

Tahun kembali berganti. Emak, Bapak, Herdi makin gelisah memikirkan jodohku. Wajar saja. Usiaku sudah akan 26 tahun dan aku belum juga mendua. Beberapa usaha perjodohan yg dicanangkan bapak dengan patuh kulalui. Anaknya teman bapak sih. Tapi sayang, gak ada yg sreg di hati. Yg satu perokok, yg satu terlalu dark (itu istilahku untuk orang2 yg berwajah kelewat serius). Bukannya aku pemilih. Tapi ya gimana klo hatiku teriak kenceng banget dan bilang "enggak diaaa!"? Masa iya aku mau lanjut ke tahap nikah dlm kondisi hati yg setengah2? Nanti hasil nikahnya setengah2 jg lagi? Hii.. Naudzubillah. Jadilah akhirnya, aku nekad bilang enggak dan siap nerima kuliahan singkat tentang umurku yg udah gak terlalu muda untuk pilih2 jodoh. Aku sempat pingin nangis. Tapi kukuatkan diriku dan menumpahkan tangisku hanya saat aku berdua dengan Allah. Toh Allah yg Maha Mendengar, Maha Pengasih, Maha segala. Semoga saja Dia berkenan untuk segera mempertemukan ku dg sang pangeran.  Begitu doaku saat itu.

Dan alhamdulillah.. Doaku terkabul.
Tak lama sejak gagal nya usaha perjodohanku dengan anak teman bapak, pangeranku pun datang.
Ia mewujud dalam sosok asing yang tak pernah kutemui sebelumnya dan datang bertamu ke rumah menemani bibinya. Tak ada rasa risih saat aku menjamu ia sebagai tamu. Karena ia pun tak banyak bicara dan lebih sering melempar senyum atau tawa kecil saat menanggapi kelakarku. Aku tak pernah menduga bahwa seminggu setelah perjumpaan pertama kami itu, orangtuanya datang ke rumah untuk meminangku. Jedar.der.dor. berasa dapet durian montong di siang bolong.
Setelah istikharah beberapa hari, (ajaibnya) hatiku mantap menerima pinangannya. Dan kedua keluarga kami pun bersepakat untuk menyegerakan hubungan baik ini dalam 2 bulan ke depan. Dan yup. Kami pun menikah. Alhamdulillah... ☺☺☺

Nah. Gimana rasanya menikah sama orang yg dua bulan lalu masih jadi orang asing buatmu? Pacaran sesudah nikahnya gimana juga ya?.. Mau tahu? 😄 insya allah kulanjutin lagi di lain waktu ya. Maaf. Aku mesti nyelesain PR ku dulu sbg istri. Ya cuci.. Ya masak. Gitu deh. Hee.. Sampai jumpa di "Oke-nya pacaran setelah Menikah- Bag. 2".
Ciao Ma! 😉😉😉

Jumat, 13 Januari 2017

Bahagia itu Sederhana

Tak perlu harus kaya untuk bs bahagia. Pun jua tak perlu harus pintar, cantik/tampan, sukses untuk bs merasakan bahagia.
Cukup dengan rasa syukur di hati atas segala nikmat yg telah Diberi oleh-Nya saja yg bs menghadirkan bahagia di hati.
Berterima kasih untuk setiap hela nafas dlm hidup..
Berterima kasih untuk setiap kesempatan yg ditawarkan oleh hidup..
Berterima kasih untuk setiap malaikat baik yg menyertai selalu dlm hidup..
Pun jua berterima kasih untuk setiap kesadaran diri atas rasa syukur dlm hidup..
Alhamdulillah 'alaa kulli hal.
Begitulah seharusnya motto setiap insan.
Bersyukur di setiap keadaan.

Satu yg paling ingin kusyukuri saat kutulis catatan ini di pertengahan malam buta kini adalah,

"Terima kasih Yaa Rabb.. Sudah menautkan ia dlm takdirku. Karena darinya hamba bs belajar ttg banyak hal lagi. Kesabaran, kemudaan, loyalitas, empati, ah.. Dan masih banyak lagi. Jika kelak Engkau meminta saksiku, maka akan kugemakan saksiku sekencang-kencang nya. Bahwa ia adalah seorang imam yg baik. Dan Ia termasuk pula ke dalam hamba-Mu yg baik.
Maka kumohon Yaa Rabb..
Mulia kan ia..
Bahagia kan ia..
Limpahkan manisnya hidup kepadanya..
Dan rahmati ia dg Kasih-Mu yg tak berbatas.
Amiin..
Amiin..
Amiin..
Walhamdulillaahirabbil 'alamiin.."

☺🌸🌌