Minggu, 30 Oktober 2011

tentang Dimas Al Farizi

bismillahirrahmaanirrahiim...
Dimas sudah bisa berjalan!
alhamdulillah...
kau mau tahu bagaimana gaya jalannya?
persis seperti robot mini. masih kaku sekali.
tapi tentu saja.. karena yang berjalan itu adalah Dimas. maka kekakuan berjalannya balita 11 bulan itu sungguh terlihat menggemaskan. aku bahkan tak henti-hentinya menggoda balita itu dengan menyodorkan buah pepaya.
kau tahu Dee,, Dimas  suka sekali buah-buahan.
jadi, aku menyodorkan buah pepaya di hadapannya dalam jarak satu meter. dan godaanku ini disambutnya dengan manis sekali.^_^
Dimas berjalan terpatah-patah (khas robot banget...) ke arahku, sementara aku berjalan mundur perlahan
awalnya Dimas masih mau meladeni gurauanku ini dengan tampang semangatnya. tapi setelah lima-enam langkahnya, ia geram juga dan malah setengah berlari menjangkau pepaya di tanganku, sembari berteriak,
"te.te.te.te.teh!"
aku tersenyum geli dan menyerah kalah. kuberikan pepaya di tanganku padanya. dan memeluknya erat-erat. sementara hatiku melirih pelan sekali..
"teteh sayang Dimas... lekas besar ya Dek. biar jadi jagoan teteh yang shaleh.." 
dan seolah Dimas bisa mendengar lirihan hatiku saja, ia tersenyum manis sekali padaku.
^_^.(du.du.duhh....manisnya....)

Kamis, 27 Oktober 2011

tentang "Ayah"


Ini tentang ayahku.
      Sebenarnya aku terbiasa memanggilnya dengan sebutan ‘bapak’. Tapi tak apa lah. Di kesempatan tulis-menulis ini aku akan memanggilnya dengan panggilan ‘ayah’. Biar lebih syahdu, begitu. (hi.hi. ngalem banget..)
         Mungkin kau sudah tahu, Dee. Bahwa ayahku adalah putera ketiga (sebenarnya ke-enam. Tapi ketiga kakaknya wafat ketika masih kecil) dari pasutri bernama Rohaman dan Saneh. Ayahku sendiri bernama Abdul Tomik. Dan cukup dipanggil dengan nama ‘tomik’. Tentang namanya ini, ada beberapa temanku yang suka mengisengiku dengan banyolan seperti ini, “ayo..yang batuk.. yang batuk.. minum di’Tomik’ saja yah.. dijamin ampuh!”. ha.ha. sebel sih iya. Tapi lucu juga kok.
         Ayahku adalah seorang ekstrovert. Dan ia memiliki pengetahuan yang cukup luas tentang kehidupan. Seluas samudera yang menyelimuti bumi ini, kukira. (halah...alay.com) yah. Boleh juga kan kubilang pengetahuannya seluas samudera. Mengingat tanggal kelahirannya di 20 Januari 1967 itu mutlak menjatuhkannya pada zodiak aquarius. Nyambung kan?? He.he..

      Jadi, kembali pada ayahku.
      Ayahku memiliki pandangan hidup yang tegas. Apalagi soal disiplin. Entah itu tentang waktu ataupun hal remeh-temeh lainnya. Bila ayah mengajak pergi ke luar (misal) pukul 08.00. maka kami yang diajaknya harus sudah siap setengah jam sebelum jam on-nya. Karena ayah sering sekali mempercepat jadwal janji. (mandinya aja gak sampe lima menit! cepat kan??!!!). Hadeuh.. tentang waktu memang aku salut deh sama ayah.
    Ayahku juga seorang yang punya empati tinggi terhadap lingkungannya. Ayah tak segan-segan membantu siapa saja yang kelihatannya susah. Bahkan kepada orang yang baru dikenalnya juga. Sifat ayah ini lah yang membuatnya populer di mata orang-orang sekitarnya. Ini pula yang membuat pergaulan ayahku jadi sangat luas. Apalagi ayah pernah merantau ke luar provinsi, jadi cukup banyak juga saudara angkat yang bisa dimiliki oleh keluargaku berkat empati tinggi ayahku ini. Contohnya saja keluarga Om Malwan, teman rantau ayah saat bekerja di Palembang. Juga Om Haris dan Mbak Sumi, Teh Reva asal Ciledug, dan lain-lain. Rempong banget dah kalo aku mesti nulisin semua nama saudara angkatku di sini. So, go on, Oke.
        Namun begitu, ada juga hal yang membuatku dan adikku takut pada ayah. Apa itu??

Hmm... ayahku galak!

    Kalau ayah sudah marah, maka zona beradius satu kilometer bisa kena dampak amarahnya. Dan suaranya itu looh menggelegarr!! Sedang tak marah saja, intonasi dan volum suara ayahku sudah cukup tinggi. Jarak 15 meter mah masih bisa dengar suara ayahku yang lagi ngobrol. Tapi kalau sedang marah, hiiii...serem. biasanya sih jika sedang marah, ayah tak suka banyak bicara dan hanya menunjukkan face yang cembetut abis. Tapi jika amarahnya sudah tak terbendung, ya meledaklah suara bariton maha menggelegar dari tenggorokannya itu. alamat semua orang pingin kabur deh.

Pernah sekali aku membuat ayahku marah.
       Jadi ceritanya saat pertengahan bulan ramadhan 2011 ini ada acara peringatan nuzulul quran di mushalla Nurul Iman (mushalla dekat rumahku). Dan bagi tiap-tiap rumah diminta untuk menyumbangkan panganan atau uang seikhlasnya. Kebetulan saat itu paginya ayah sedang ada di rumah. Dan aku keceplosan mengatakan padanya ingin membuat brownies kukus untuk sumbangan ke mushala. Ayah senang sekali mendengarnya. Dan aku turut senang melihat senyum di wajahnya saat itu. Kukira semuanya akan baik-baik saja. Tapi nampaknya harapanku terlalu muluk di hari itu. Kenapa? Begini...
      Hari itu siangnya ayah pergi ke mushala untuk membantu persiapan acara. Dan setelahnya aku dan emakku sungguh sibuk sekali. Yah..sibuk lah. Ya urusan warung, kambing, anak asuh, dan lagi sekitar jam dua-nya ada temanku yang berkunjung ke rumah. So pasti aku jadi tak sempat membuat brownies kukus seperti yang kujanjikan pada ayah. Hmm.. jadinya, keluargaku hanya memberikan uang seikhlasnya. Gak perlu lah kusebutkan jumlahnya berapa.. he.he.
        Kemudian itulah, ketika jam menunjukkan pukul lima dan aku sedang memasak kolak pisang, ayah datang. ia marah. Marah besar. Ayah mengatakan bahwa ia sangat malu karena tadi ia mendapat teguran dari kak Madin (pengurus mushala) dan Om Oji yang agak menyindirnya karena keluarga kami tidak jadi menyumbang kue. Aku kaget. jelas saja! Aku tak tahu kalau ayah sudah sesumbar ke orang lain tentang pembuatan kue itu yang sayang tak jadi. Tapi aku lebih kaget dengan intonasi suara ayah yang terlalu tinggi untuk hanya soal sepele ini. Hanya karena masalah sumbangan ke mushala saja! Ya ampun...
       Jadi aku pun berusaha mengemukakan argumenku demi membela diri. Kuceritakan pada ayah tentang betapa sibuknya aku dan emak seharian ini. Dari keadaan warung yang dua kali lipat lebih rame jika sudah jam 4, kemudian juga temanku yang baru pulang sekitar jam setengah empat, Dimas yang masih harus diasuh sampai jam lima, serta tiga puluh ekor kambing yang harus digiring ke kandang.
       Aku bahkan baru memasak untuk berbuka puasa pada pukul lima. Padahal biasanya jam setengah lima sudah selesai. Sampai serak suaraku demi membela diri dari cercaan dan amarah ayah yang meletup-letup di hadapanku itu. kolak buatanku bahkan gosong sedikit, lantaran aku yang bolak-balik dari dapur ke warung, sembari tetap diomeli ayah. Saat itu emak sedang menggiring kambing, dan herdie berbuka puasa di tempat lain.
        Aku pusing mendengarkan cercaan ayah yang terus berentetan. Tapi aku hanya diam, Dee.. aku masih cukup sadar dengan tidak ikut menyulut amarahku. Meski begitu, pada akhirnya dinding pertahananku runtuh. Aku menangis.. dan ayah masih terus memarahiku. Ya tentang kue brownies yang tak jadi kumasak, tentang kolak yang gosong, dan kesembronoanku yang sudah lama berlalu pun diungkitnya. Aku menangis, Dee.. tapi ayah terus memarahiku sambil mengaduk-aduk kolak tanpa sempat melihatku.

Hingga akhirnya ayah pun melihatku...
      Ia langsung terdiam ketika mendapati aku tengah menatapnya dengan tangisan yang terus menderas di kedua pipiku dan senyuman pedih di bibirku. Ia terdiam. Dan amarahnya pun redam. Kukira ayah saat itu langsung tahu kalau ia sudah cukup kelewatan memarahiku. Hingga akhirnya ia berkata dengan intonasi lembut,
“ya sudah.. meli tutup warung saja. Maafin bapak ya. Bapak kelewatan.”
     Aku pun tersenyum lemah. Aku mengangguk dan menepis air mata dengan bahu tanganku kemudian beranjak untuk menutup warung.
     Kau rasakan kan, Dee? Ayahku memang seorang yang mudah meledak-ledak (macam kembang api saja!ha.ha.). tapi ia jauh lebih mudah untuk meminta maaf bila memang ia punya salah. Dan aku sangat berbangga karenanya.

Phyuhh... kembali ke topik ayahku ya.
Ada hal yang sangat lucu tentang aku dan ayahku. Kau tahu apa itu?
NYASAR!
Ya! Nyasar!
        Ha.ha... jika aku dan ayah sedang berboncengan naik motor untuk entah kemana, kami pasti hampir selalu nyasar ke tempat-tempat aneh atau minimal mengalami sedikit apek seperti ban yang kempes atau bocor. Sebalnya, ayah mengatakan kalau ia hanya mengalami kesialan-kesialan seperti itu jika sedang naik motor denganku. Hu.uh. aku sih tak pernah menganggap semua kejadian nyasar atau tetek bengek ban itu sebagai kesialan. Justeru aku menganggapnya lucu. Dan ayah selalu menertawakanku tentang standar ‘lucu’ nya aku ini.
        Hm.. entah kenapa jika bersama ayah, aku selalu saja salah sikap. Pasti ada-ada saja tingkah konyol atau kesembronoan yang kulakukan di hadapannya. Dan ini membuatku jadi malu. Pantas saja ayah masih menganggapku sebagai ‘puteri kecil’nya. Padahal kan aku sudah gede! (eits,,, gak pake ukuran mata ya ngukurnya! Ukurlah dengan ‘hati’. He...)
Salah satu kekonyolanku saat di hadapan ayah adalah di suatu perjalanan berangkatku menuju Ciputat.
        Saat itu seperti biasanya ayah mengantarkanku dengan honda beat-nya. Kami memilih jalur Kalideres-Grogol-Senayan di perjalanan kami saat itu. sejak mendapatkan kecelakaan tempo hari sebelumnya, ayah masih trauma untuk mengantarkanku langsung ke ciputat. Jadi aku hanya ikut ayah sampai ke senayan. Dan setelahnya aku naik mobil 102 jurusan Senayan-Ciputat yang akan menurunkanku di depan kampus Syahid.
       Di perjalanan, beberapa kali kami agak terantuk-antuk melewati jalanan yang sudah agak rusak di daerah slipi. Helm yang kugunakan bahkan sering membentur helm ayah. Dan ini membuatku agak mual di perjalanan kali itu.
        Syukurlah... setelah dua jam yang memualkan, kami tiba juga di Senayan. Persisnya di halte Gelora Bung Karno. Ayah menurunkanku di halte dan mematikan mesin motornya. Aku segera mencium tangannya dan meminta restu untuk menuntut ilmu. Kemudian aku segera mencari mencari tempat duduk di halte itu. syukurlah, meski agak ramai oleh orang-orang yang juga sedang menunggu angkutan tapi masih ada sedikit tempat di ujung halte. Aku segera pergi ke sana.
         Kulihat mbak-mbak yang duduk di samping tempat kosong yang kutuju,
“subhanallah... cantik. Kayak si temat” (maksudku tuh artis yang jadi pemeran bawang putih di sinetron tv. He..he.. aku gak begitu hafal nama.)
       Dan lebih cantik lagi begitu si mbak temat itu tersenyum padaku. Begitu pun rekan di sebelahnya yang hitam manis (gula merah kaliii..hihi.). aku pun membalas senyuman mereka dengan senyuman mantapku.
        Kemudian aku pun duduk. Tapi aku sangat kaget begitu melihat ayah yang masih nongkrong di jok motornya dan tersenyum-senyum melihatku. Spontan aku langsung bertanya.
“kok masih di sini? Ayah gak perlu nungguin meli.. nanti telat lagi kerjanya..”
          Nah... kata-kata ayah berikut lah yang sontak membuatku sangat-sangat kaget. sebelumnya ia tersenyum dahulu baru kemudian berkata,

“helm-nya, mel...”

      Oouww... spontan aku memegang kepalaku. Benar saja.. aku masih mengenakan helm ternyata. Pantas saja si mbak-mbaknya tersenyum manis banget tadi.. kukira semua orang Jakarta emang ramah-ramah. Ternyata...
         Aku malu banget. Ayah makin gak bisa nahan cengirannya. Tapi syukurnya ayah sangat bijak sehingga tidak langsung tertawa di halte itu. ia tahu aku tentu sangat malu.              Jadi, aku langsung melepas helm- merah-memalukan itu dari kepalaku dan menyerahkannya pada ayah. Dan ayah pun segera berlalu pergi setelahnya.
       Aku masih sangat malu ketika aku kembali duduk di halte. Bahkan sampai aku pindah duduk di angkutan 102 dan sampai di kosanku pun aku masih malu... ya iyalah malu. Siapa pula yang gak bakal ketawa melihat kekonyolanku itu. hadeuh...

   Begitulah.. banyak hal menarik yang kualami bersama ayahku. Dari hal menyebalkan, membahagiakan, aneh, lucu, juga konyol.
Dan dialah ayahku. Seorang yang selalu tahu bagaimana cara membimbingku.
Seorang yang selalu tahu kapan aku membutuhkan sesuatu.
Seorang yang selalu siap memberi sebelum sempat kuutarakan maksudku.
Seorang yang selalu menyertai doa-doanya dengan nama ibu, adik, dan namaku.
Seorang yang selalu mengajarkanku tentang disiplin dan keempatian.
Dialah yang selalu dan selalu dan selalu dan selalu dan selaalu dalam hidupku.

Dan kukira, kau pun memiliki sosok seperti itu bukan, kawan? ^_^

Sosok ayah, meski tak intens menunjukkan rasa sayangnya, sesungguhnya ia memiliki berjuta-juta cinta yang disembunyikannya dalam tepukan lembut ketika merangkulmu, atau dalam senyum tegas ketika menasihatimu, atau juga dalam kediamannya ketika jauh darimu. Jadi, jangan pernah meragui cintanya kepadamu, ok.

Alhamdulillah....
Ditulis dan diselesaikan di rumah ketiga, Rempoa
27 Oktober 2011
Dalam hujan dan teduh yang meriakkan rindu di hati.

Selasa, 25 Oktober 2011

apa yg kumau?.

"apa yang kau mau?"
aku terhenyak ketika mendapatkan pertanyaan ini dari mulutnya. ia, yang selama ini kukira acuh, tak perduli dengan eksistensiku, ternyata cukup peduli (sekaligus berani) untuk menanyakan hal ini langsung kepadaku.
meski kebingungan itu masih ada, tapi aku berusaha untuk menutupi ini darinya. secepat mungkin kujawab pertanyaannya itu.
"apa mauku?.hm...entahlah. aku pun tak tahu"
jujur!memang itulah jawabanku. tapi ia tak percaya. ia menyangsikan bahwa aku mengatakan hal yang benar. ia merasa aku selalu berusaha tegar dan terlihat "kuat" di hadapan orang lain. meski memang,,,aku seperti itu. tapi,, tidak!aku memang tak persis mengetahui apa yang diinginkan oleh nuraniku.
atau,, benarkah?..
apakah jangan-jangan aku telah dibohongi oleh nuraniku sendiri??.
hhh..dunia kurasa semakin memusingkan saja!

Jumat, 21 Oktober 2011

closing of Diary Mini 2008

Alhamdulillah... sudah selesailah tulisanku di diary mini 2008. sebenarnya masih ada lanjutannya. tapi sudah tidak kutulis di diary mini lagi. melainkan di diary Dee.. diary teddy bear-ku. he.he..
jadi begitulah. ada banyak catatan yang kubuat di diary mini 2008 ya?. hmm..gak bisa banyak kata lagi nih.
sudah dulu deh. semoga di lain tulisan, aku bisa lebih keratif lagi. amin.

Puisi - "Duka di langit Yanti"

28 Mei 2009...

Langit cerah berduka.
Seorang kawan baikku tinggalkan dunia.
Pupus bersama cita-citanya yang tinggi bak menara.
Hingga hanya menyisakan sebentuk raga tak bernyawa.
Nuryanti,,
namanya...

Teringat dulu sekali saat kita masih bersama
Kau tergelak dalam tawa dan canda
Terkadang pula kau hanya tersenyum tanpa suara
Ramah pribadimu hangatkan suasana
Kau,, seorang yang kusayang dan begitu menyayangi kawan lainnya...

Nuryanti,, hari itu langit berduka
Namun tak ada mendung ataupun awan gulita
Bahkan mentari tetap semangat bercahaya
dan angin semilir terus berkelana
tapi mereka mengantarkanmu ke tempat istirahatmu yang lama.

Yanti,,
tak ada tangisan yang bisa kukeluarkan
bukan karena aku tak merasakan kesedihan itu
melainkan karena aku tak tahu bagaimana caranya mengeluarkan air mata
dengan semua kesedihan yang terlalu pekat ini
Tapi tetap, kulantunkan doa untukmu,
semoga kemana pun adanya,,
Kau tetap bahagia...

       (in memoriam of Nuryanti, seorang el-Kimdi)

Gundah milikmu

Ahad, 15 Maret 2009

Kala itu langit teduh.
Awan kelabu sembunyikan surya dari wajah alam.
mengiringi senja yang akan segera tiba.

Perlahan titik-titik air turun ke bumi. Tak cukup deras untuk membuat bising telinga. Kala itu pula kubaca surat darinya. Sahabatku sayang...

Ada kegalauan yang kubaca dari gurat-gurat tulisan dalam kertas di tanganku. Ada rasa pedih yang terpendam selama beberapa waktu lalu dan menunggu seseorang / sesuatu untuk meledakkannya. Dan akhirnya,,, melalui lima lembar kertas di tanganku ini, rasa itu bisa tersampaikan. Tinggallah aku yang kebingungan...

Kau,, Seorang sahabat yang penuh pengertian. Tak kutemui orang lain yang mau bersusah payah untuk senyuman temannya, selain dirimu.
Kau,, sahabat seperjuanganku di Jakarta dalam meniti ilmu yang tersebar dalam kehidupan.
Kau,, yang begitu menghangatkan hati.
Kau,, sahabatku yang (semoga) selalu dikasihi Yang Maha Pemberi..
Amin.

Hidup adalah proses untuk menjadi yang ter / lebih baik. Untuk itu terkadang dibutuhkan perubahan-perubahan (baik disukai atau tidak). Dan itulah  yang telah terjadi pada kita, dan di antara kita.

Banyak hal yang telah merubahku. Kuakui itu. Tapi yang begitu meresahkanku adalah adanya rasa canggung antara kita. Adakah itu perubahan yang telah membuatnya?

Sobat,,, dalam kesempatan lain kau tanyakan padaku.
"Apakah dicintai itu salah?"
Aku bingung. Tapi kujawab juga, "Tak salah"
Lalu kau bertanya lagi,
"Apakah mencintai itu salah?"
Masih kebingungan kujawab, "tidak"
Kemudian mengalirlah cerita tentang cinta dari mulutmu. Matamu pun begitu ringan mengalirkan air mata. Aku turut merasakan yang kau rasakan. Saat itu kusadari kau tlah jatuh hati pada seseorang yang sangat kau kenal dan juga mengenalmu. Aku pun, kau bilang tahu siapa pria yang tengah menyemikan bunga-bunga cinta di hatimu kini. Ialah Dia.. Seorang yang sangat dekat dengan pemilik cinta pertamamu dulu...

Aku kaget. Kau menangis. Aku bingung mesti bersikap apa. Kau meminta maaf padaku karena telah mengingkari ucapanmu sendiri untuk "berpacaran setelah menkah". Ucapan yang sudah lama sekali kau katakan padaku dan kuiyakan juga untukku.
Aku sedih. Juga kecewa. Namun aku tak ingin marah padamu. Karena kutahu kau telah cukup tersiksa merengkuh rasa itu.
Kau menangis. Aku ikut menangis. Kutenangkan hatiku, dan kucoba menenangkanmu. Dengan lembut kukatakan, tak ada yang mesti dipersalahkan. Dan tak ada kata maaf yang harus terucapkan.
Aku mencoba ikhlas menerima keputusanmu. Mungkin memang cinta itu begitu kuatnya dan sulit bagimu mengelaknya.
Hanya Allah yang tahu ke mana akhirnya perasaanmu akan berlabuh. dan aku hanya seorang yang siap di sisimu saat kau lelah meniti cintamu.
Hingga saat ini, Kau masih dengannya. Dengan dia, "pacarmu".

Sobat,,
Memang kurasa ada banyak hal yang telah berubah. Dirimu, Diriku,, dan mungkin juga persahabatan kita. Kau asyik dalam kediamanmu. Aku pun asyik dengan sifatku yang baru. Kita jarang lagi bercengkerama. Sekedar membagi rasa yang menjerat jiwa. Padahal sudah cukup lama kita tinggal di bawah atap yang sama!.
Aku sedih dengan keadaan kita saat ini. Dan mungkin kau juga merasakan apa yang kurasakan ini. Seringkali ku ingin meloncati waktu ke masa lalu. (andai aku bisa) kembali ke saat kita masih jernih memandang dunia. Bahagianya kurasa saat itu.
Tapi tidak,,,
Aku sadar. Ini adalah satu proses untuk kita menuju akhir yang kita harapkan. Dan saat ini telah terjadi perubahan itu. Perubahan yang kita harapakan dapat mengantarkan kita menjadi manusia yang lebih baik. Setidaknya cukup baik di hadapan-Nya, nanti...
Apa pun yang saat ini terjadi dan segala yang ada di hadapan kita nanti, yang kuharap adalah kita tetap bersahabat. Tak mengapa bila bibir kita terkunci rapat. Asalkan hati kita masih tersimpul erat dalam bingkai indah persahabatan.

Puisi - "Kita"

Jumat, 13 Maret 2009

Puisi Oleh ALA

Q lihat bayangan
 di tengah derasnya hujan.

Q lihat senyuman
dan lambaian tangan.
jangan sembunyi lagi, Kawan!
Karena kutahu itu Kau..

Biarkan langit kelabu,
atau angin kencang menderu.
Biarkan basah dan dingin.

Qta lewati badai ini bersama
dengan cita dan cinta.

                               

My 6th Song - "Jika-Maka"

Jumat ceria lagi di 06 Maret 2009

hahay... satu lagu lagi yang kuciptakan dalam suasana yang cukup aneh.
jadi ceritanya, aku lagi jalan-jalan di depan auditorium Syahid, tahu-tahu lihat ada pasangan laki-laki sama perempuan yang lagi pada berantem. eh,, muncul deh lagu ini di benakku dan langsung saja kunyanyikan. ha.ha. ini dia   :

             "Jika- Maka"

Lelah diri ini, kucoba tuk pergi
Sgala yang terjadi antara kita berdua
tak lagi kumampu meraba hatimu
Kau tlah jauh berubah...
         
         Jika memang harus pisah
         Maka tak ada yang harus mengalah
         Jika memang engkau marah
         maafkanlah aku, sahabatku
aku tak pernah membencimu, sahabat
Sungguh kan slalu sayangimu....ho..


aneh??? ha.ha.. aku ngaku kok kalau aku memang orang yang aneh. tapi lebih aneh mana coba, orang yang ngaku dirinya aneh atau orang yang mau berteman sama orang yang aneh??? hi.hi.. Dan berikut ini adalah piku not-not nada untuk lagu ke 06-ku..


My 5th Song - "Buah Hatiku"

Jumat ceria, di 26 Februari 2009

                     "Buah Hatiku"
Oleh : Mei

Kerlip cahaya bintang di langit biru kelam
dan malam berjuta bintang
Angin berkisik, sejukkan hati yang merindu
oh dawai cinta menderu

        Samar bayangan masa kecil
        Mengajak bermainan seru
       Kupeluk lembut cinta kecilku
       Dan tak kuasa kugapai semua

Harapan indah itu, slalu ada di hati
tak pernah sekalipun kuingkari
Dan slalu ingat itu, oh bahagia di hatiku
tentangmu, buah hatiku...

Lagu ini diadaptasi dari lingkungan kos yang sepi. Saat aku lagi kangen-kangennya sama emak, bapak dan herdi. yah,, meskipun lagunya terkesan dinyanyikan sama seorang ibu terhadap anaknya, tapi lagu ini cukup mewakili rasa kangenku ke keluargaku yang ada di Jati.
Dan berikut ini adalah piku not-not nada untuk lagu ke 05-ku..


My 4th Song - "Tak Sempat"

Senin, di 23 Februari 2009
  lagu ini, terlantun begitu saja di bibirku. ada latar ceritanya memang. tapi aku tak bisa mengatakannya di sini, Kawan! maaf. jadi,, nikmati saja ya syair lagunya. ini dia...

                                "Tak Sempat"
Oleh : Mei
Aku tak sempat melihatmu
Aku tak sempat menatap matamu
Sungguh ku rindu kepadamu
Andai saja kau tahu...

        Aku tak sempat menyapamu
        Aku tak sempat berbincang denganmu
        Tapi biarlah ku tak apa
        karena kau selalu di hatiku.

hm...satu komentar tambahan dariku, lagu ini adalah lagu yang paling melow yang pernah kuciptakan.
Dan berikut ini adalah piku not-not nada untuk lagu ke 04-ku..


Kamis, 20 Oktober 2011

My 3rd Song - "Aku Masih Di Sini"

at Noon, 12 Januari 2009

Lagu ketiga ini kubuat kala aku tengah menghadapi UAS-ku di semester satu di masa kuliahku. Lagu ini tercipta secara spontan dan hanya membutuhkan waktu , 15 menit (baik syair maupun liriknya).
Lagu yang menceritakan tentang persahabatan. Rasa haru yang kurasakan dari kebersamaan selama 5 bulan bersama Rie, T' Alif, T' Riana dan T' Susan di tempat kos Ciputat, menjadi pendukung dalam terciptanya lagu ini.
Pagi yang cerah dengan cericit burung kecil di atas genting dan pepohonan, menjadi ritme musik yang kurasa t'lah disediakan alam untukku.
Maka dengan bahagianya aku bernyanyi!
Meski awalnya hanya asal nada, namun pada akhirnya aku berhasil menciptakan laguku yang ketiga ini.
Ini dia,,,
            "Aku Masih Di Sini"
Oleh : Mei
Bila pagi datang
dan tunjukkan hari yang terang
meski saatnya ku kan pergi
engkau di sini

Diam kusendiri
ditemani hari yang sepi
melihatmu masih menangis
aku bersedih
          oh sahabat,, janganlah kau terus berduka,
          tersenyumlah...
          aku masih ada di sini

Masih ada waktu untuk kita
berdua tuk bersama, jalani masa indah kita
meski nanti aku akan jauh darimu
tapi yakinlah,
hatiku slalu di dekatmu,
temani hari-harimu...

Dan berikut ini adalah piku not-not nada untuk lagu ke 03-ku..


                                                      

My 2nd Song - "Aku dan Kesepianku"

13 Februari 2009

Dee... Lagu ke duaku ini dibuat dengan latar belakang yang sama seperti lagu pertamaku, 'arti hadirmu'. yaitu berkenaan dengan tugas seni musik di SMA kelas 2. namun lagu ini adalah untuk Ratna, seorang sahabatku juga. saat itu ia menyodorkan kepadaku syair-syair yang berima dan memintaku untuk membuatkan liriknya. dan yah,,, ini dia lagu kami ;

"Aku dan Kesepianku"
Oleh : Mei
Kularut dalam kesepian
Tiada arah dan tujuan
Menanti akan kejujuran
Yang tak pernah pasti kan datang
        Seakan waktu, berhenti berputar
        Seakan semua mimpiku pudar
        Saat kusadar, kau telah jauh
        Tinggalkan hatiku yang rapuh
Semua ini takkan kembali lagi
Semua ini takkan terulang lagi
Hanya pintaku satu yang pasti
Jangan tinggalkan aku sendiri

Dan berikut ini adalah piku not-not nada untuk lagu ke 02-ku..


                                          

Selasa, 18 Oktober 2011

My 1st (First) Song



Rabu, di 21 Januari 2009
“Arti Hadirmu”
Lagu ini kubuat untuk memenuhi tugas pelajaran seni musik di SMA-ku. Tepatnya kelas 2 semester gasal.
Saat itu guru musikku, Pak Syamsul, menugaskan kami untuk menciptakan/mengaransemen sebuah lagu untuk kemudian kami rekam bersama satu kelompok kami. Saat itu aku sekelompok dengan Nita, Mar, Ela, Neng, Yanti, Arif dan Cecep.
Lagu ini tercipta bermula dari kubaca sebuah puisi yang dituliskan Rie untukku saat MTs dulu. Jadilah akhirnya kubuatkan nada untuk syair-syairnya itu, tanpa mengubah sedikitpun syairnya. Yah,, mungkin memang ada tambahan syair di bagian akhirnya. Tapi secara keseluruhan, lagu yang kubuat ini memang kugubah dari puisi Rie.
Nada dasar lagu ini mengikuti nada dasar suaraku. “G”. Menurut teman-teman sih laguku enak di dengar. Ah,, entahlah.. aku tak terlalu memusingkannya. Aku hanya ingin mengungkapkan apa yang Rie dan aku juga rasakan dalam puisi itu.
Perasaanku. Perasaannya.. perasaan kami berdua dalam bersahabat. Begitu indah!
Ini dia :
                                                “Arti Hadirmu”
Terbayang dalam imaji
Yang mungkin takkan kau pahami
Usahlah kau hirau semua
Biarlah semua adanya
          Tenggelam ku dalam mimpi
          Mencari sahabat sejati
          Dan kini kutemukanmu
          Kuyakin kau lah takdirku
Kau halau semua batas itu
Cairkan beku di hati
Alirkan semua rahasia
Melebur dalam suasana
Melebur dalam suasana...
          Tak usah kau cari makna hadirnya diriku
          Aku di sini untukmu
          Mungkin saja beri arti cinta padamu, Sobat
          Aku di sini untukmu.
Bagus? Itu terserah tanggapanmu, Kawan!
                                                                             ...Ly Oz...

Teki-2 (Teka-Teki ke 2)/Part 1




16 Januari 2009

     Sekejap aku terbangun. Akhiri mimpi rancu yang menghiasi tidurku. Namun aku tetap bertahan dengan keadaanku. Tak kucoba nyalakan lampu 10 watt yang biasanya menerangi kamar ini. Karena aku takut mengusik Rie dan T Alif yang begitu lelap tertidur. Kedua orang yang sudah menemaniku selama lima bulan di Jakarta ini kurasa masih ngantuk karena mereka terlalu larut tidur semalam.
           Dalam gelap kuambil tas yang kugantungkan di sisi almari. Pelan kubuka pintu. Kutaruh tasku di sofa ruang tamu. Sebentar kuambil wudlu dan lalu duduk di sofa. Setelah sebelumnya kunyalakan lampu metalik yang ada di ruang tamu. Menit-menit berikutnya aku khusyu’ dalam materi-materi fisika yang sekiranya akan muncul di UAS jam 9 nanti.
          Tik-tak-tik-tak-tik-tak
      Jam terus berdetak dalam keheningan pagi yang kurasa mencekam. Semampuku kuserap ilmu-ilmu yang kudapat dari diklat fisika-ku. Ah,, sulit! Tapi aku terus membacanya.
       Shubuh datang ditandai dengan adzan-adzan yang berkumandang merdu dan saling bersusulan. Sejenak kurehatkan diriku dalam keindahan shalat shubuh pagi itu.
Usai shalat, kembali kulanjutkan hafalanku. Efek Doppler, asas Bernoulli, Kontinuitas dan istilah-istilah lain kupaksakan masuk ke otakku. Dan begitu kepalaku terasa penat, kuputuskan untuk rehat sejenak dan mengalihkan diri untuk merapihkan kertas-kertas file.
   Woopz! Ada panggilan masuk ke HP-ku. Kuangkat,
“Assalamu’alaikum!”, sapaku
Suara bas seraklah yang kudengar menjawab salamku.
“wa’alaikumsalam warahmatullah...”
Aku agak kaget. bukan suara bass yang kukenal. ragu-ragu kutanya identitasnya.
“maaf, ini siapa ya?”
Bukan jawaban yang kudapat. Tapi malah pertanyaan.
“ini meli ya? Meli anak Tangerang?”
Aku bimbang menjawab.
“i..iya. ini siapa ya?”
“Evan”
      Evan. Nama yang asing di telingaku. Selanjutnya kutanyakan asalnya dan darimana ia mendapat nomor teleponku. Ia mengaku mendapatkan nomorku dari kawannya yang kuliah di UIN. ‘siapa?’ sayangnya ia tak mau memberi tahu namanya.
     Detik-detik berikutnya aku terjebak dalam pembicaraan seputar perkenalan. Evan mengaku tinggal di Cengkareng dan bekerja di sebuah perusahaan ‘Mitsubishi’ sebagai Cleaning service. Dan seterusnya..dan seterusnya...
      16 menit kami berbincang-bincang. Kuakhiri pembicaraan kami dengan dalih aku ada  kuliah pagi. Lalu terputus.
    Evan. Cleaning service. Teman seorang anak UIN. Dan kemudian kuketahui fakta sesungguhnya kalau ia bukanlah seorang Cleaning service, karena logat bicaranya bukan seperti pegawai rendah dan akhirnya ia mengakui kalau ia adalah staff komputer di kantor Mitsubishi itu. hm...
      Kuanggap ini teka-teki baru untukku. Sejujurnya aku tak sepenuhnya percaya dengan apa yang dikatakan oleh pria yang entah siapa dan orang mana ini.
Ini adalah teka-teki keduaku setelah kelas 2 SMA dulu, Jo yang menjadi jawaban teka-teki pertamaku.
     Lihat saja, angin kan terus berhembus hingga akhirnya mengantarkanku pada sebuah jawaban atas kenyataan tentang identitas seorang ‘Evan’.

Uhf,,, UAS masih ada di hadapan!
                                                                                      ...Ly Oz...

doa sang pecinta


Selasa pagi, 13 Januari 2009

Ini adalah salah satu doa yang dilantunkan sang pecinta tentang cintanya.
“Rabbi..
Aku tak pernah meminta untuk mencintai. Namun ternyata kini aku berkubang di dalamnya. Seperti gadis-gadis lainnya, aku kebingungan karena jatuh cinta. Sampai-sampai aku menangis dibuatnya.
Ya!
Aku menangis karena cinta.
Sekaligus juga tersenyum karena cinta.
Aku bahagia bisa mencintainya. Tapi aku takut...
Aku takut cinta ini akan melebihi ketaatanku kepada Pemilik segala cinta. Kepada-Mu..
Aku takut Engkau cemburu. Dan Engkau marah pada orang yang kukasihi.
Rabbi..
Bukan salahnya bila aku begini. Mungkin hati inilah yang begitu lemahnya dalam menerima cinta.
Rabbi..
Kumohon dengan kerendahan hatiku, jangan murkai ia. Karena aku takkan sanggup melihatnya menderita. Juga kumohon jangan juga Kau murkai aku. Karena aku takkan mampu menerima murka-Mu.
Rabbi..
Malah ingin kumohon pada-Mu. Mohon kasihi ia lebih dari yang ia dapatkan selama ini. Cukupkan baginya kebahagiaan agar aku tak merasa harus membagi sedikit kebahagiaan yang kumiliki. Kumohon...
Kumohon kepada-Mu, Ya Malikul Mulki...”
                                                                                                ...Ly Oz...

Surat untuk Sahabat




7 Januari 2009
Tuk seorang sahabat yang tak pernah lelah meraih cita,,
Idzinkanlah diri ini tuk mengetuk pintu hatimu dan menitipkan lima petuah berharga di dalamnya. Tak mesti selalu diingat. Hanya sekedarnya dapat kau renungkan kala hatimu tengah gundah gulana.
Pertama, Cintai Allah dan Rasul-Nya. Karena segala apa yang ada di hadapan kita adalah bentuk cinta-Nya kepada kita.

Kedua, Buatlah Dia Mencintai-mu dan buatlah rasul-Nya kagum padamu. Dengan begitu alam pun turut menyenangimu.

Ketiga, sayangilah orang-orang yang mengasihi-Nya dan Dikasihi-Nya. Maka akan sama halnya bagimu mangasihi dirimu sendiri.

Keempat, Pergunakanlah waktumu dengan hal-hal yang disenangi-Nya. Agar tiada lagi penyesalan dan kesia-siaan pada akhirnya.

Dan yang terakhir adalah :
Bila hari ini kau dapati banyak senyuman di sekitarmu, maka tersenyumlah lebih manis dari semuanya itu.
Namun bila harimu tak semanis yang kau harapkan, janganlah bersedih. Yakinlah bahwa setelahnya ada bahagia yang menunggumu.

Dan ingatlah,
“Rencana Allah itu indah pada waktunya”
                                                                                                ...Ly Oz...

Sabtu, 15 Oktober 2011

Sebuah Cerita tentang "Ketulusan Cinta"

01 Januari 2009
sebuah cerita...
         Suatu kali aku sedang menangis di bawah pohon teduh. Aku menangis karena orang yang sangat kusayangi tiada. Aku menangis sambil meratap. Lamaa sekali.
         Saat mataku sudah merah dan pelupuk mataku membengkak, datanglah seorang Pak Tua mendekatiku. Ia berkata,,
     "Wahai makhluk nan elok, hal apakah kiranya yang telah membuat wajahmu begitu murung?"
Aku menjawab,,
     "Pria yang kucintai kini telah tiada. Aku begitu sedih tak terkira"
Ia kembali bertanya,,
     "Kau sungguh mencintainya?"
Aku agak gusar dengan pertanyaannya itu.
     "Tentu saja, Pak Tua! Tidakkah kau lihat wajahku kini membengkak karena menangis terlalu lama?"
     "Ah,, Maaf jika kau menjadi gusar. Tapi aku ingin tahu, kau menangis karena 'kepergiannya' ataukah karena 'kehilangannya'? Jika memang karena kepergiannya, maka tak ada keraguan bagiku atas ketulusan cintamu padanya. Tapi jika kehilanganlah yang membuatmu seperti ini, maka harus kau tanyakan kembali kepada hatimu, 'tulus'-kah cintamu? atau malah ego-mu yang berkuasa?"
          Aku tertegun mendengar ucapan Pak Tua itu. Tak lama kemudian Pak Tua itu pergi. Menninggalkanku yang merasa begitu malu. Malu pada Pak Tua itu. Malu pada diriku sendiri. Dan malu kepada cinta yang kumiliki bersama kekasihku selama ini.

  "Cinta-kah aku? atau hanya sekedar ego?"
ah...aku bingung.
                                                                                                                                   ....Ly Oz....

5 Sekawan SMANEMA

29 Desember 2008

Ini adalah sedikit cerita tentang lima sekawan. Remaja yang mencari makna persahabatan dengan ketulusan. Laila, Marsha, Hilmi, Ajriah dan Lia.
       Laila.
Dengan kebijakannya dan segala keriangannya, ia menjadi tim penyuara dalam kumpulan persahabatan ini. Sensitif, perasa, tapi juga terkadang begitu acuh dengan lingkungannya.
       Marsha.
Ia adalah yang paling disayangi dalam kawanan ini. Ia tak banyak bicara. Tapi sering tergelak dalam tawa bila Laila mengajak bercanda. Kepadanya, orang-orang lebih bisa terbuka.
       Hilmi.
Bersama Laila, kawanan ini menjadi tim yang tak membosankan. Karena pasti selalu ada hal-hal lucu dari mereka yang mengundang tawa. Ia paling supel di antara keempat kawannya. Namun begitu, ia mudah tersipu dengan sanjungan.
       Ajriah.
Nama yang indah secantik parasnya. Bulat oval dengan mata berbinar cemerlang. Ajriah memiliki ego yang cukup tinggi. Mengingat asal keluarganya yang cukup mapan (paling mapan di antara kawan-kawannya). Ia tipe orang yang sulit untuk dekat dengan orang lain. Tapi bila sudah akrab, seperti pada Laila dan Hilmi, Ajriah seperti orang yang jauh berbeda.

Kawanan terakhir adalah Lia.
Gadis sederhana berparas sederhana dan berasal dari keluarga sederhana. Di antara kawan-kawannya Lia diakui sebagai yang paling diandalkan dalam pelajaran. Bukan seorang bookaholic. Tapi ia juga tak terlalu pandai dalam pergaulan. Kawan-kawannya memang sedikit. Tapi yang sedikit itu menjadi begitu berharga dan dijaganya.
                                                                                                                             ...Ly Oz...

puisi "Ajari Aku Tersenyum"

                                "Ajari Aku Tersenyum"

@jari aku tersenyum. Karena kulihat kau begitu mudah tuk tersenyum. Mengapa bagiku senyuman begitu sulitnya ; hingga menimbulkan sesak di hati?

@jari aku tersenyum. Agar dunia dapat melihatku. Dan dapat kukatakan pada semesta bahwa aku bahagia. Bahagia dengan seutuhnya !

@jari aku tersenyum. Karena kuingin mengenalkan senyumku pada orang di sekelilingku. Ingin kuhapus kesedihan langit dan seisinya dengan senyumanku.

@jari aku tersenyum. Dan selalu akan kuperuntukkan senyumanku untukmu. Agar kau pun tersenyum karenanya.

@jari aku tersenyum. Hingga aku lupa pada kesedihanku. Hingga tangis pilu yang ada tak lagi kuratapi. Sehingga hanya senyuman yang tersisa nantinya.

@jari aku tersenyum.
@jari aku tersenyum..
@jari aku tersenyum...

     @gar aku bisa tersenyum, seindah senyumanmu...

                                                                     

Puisi "Hujan"

17 Nopember 2008

Seorang gadis di tengah kota metropolitan,
Dalam sebuah kamar pinjaman, Di tengah guyuran deras air hujan,,,


                                      "Hujan"
-Hujan tak jua reda
^Dan ku mulai rindu
^Pada yang kutinggalkan di hari ini
-Satu persatu kenangan membuncah di dada
^Kenangan yang berbaur dengan hujan
^Yang hampir tenggelam oleh malam

-Kutahu, aku tak mungkin hidup
hanya dengan kenangan-kenangan yang kumiliki
Tapi...

^Hujan bertambah deras
Lalu bagaimana kenangan itu akan berhenti berputar?
Kuasakah aku melenyapkannya?

-Oh hujan,,, aku kehilangan arah...

                                             Ditulis oleh  :  Mei - Rie

Bintang dari ALA

27 Desember 2008

          "Bintang dan Sahabat-ku"
Saat bintang berkerlip pelan,
Kulihat sahabatku sedang tersenyum

Saat awan perlahan menutup cahayanya,
Samar.. bayangan samar sahabatku itu hilang,,

Namun aku tahu,
dia...
Sahabat-ku itu tetap di sana
Tetap tersenyum...
Karena dia begitu menyadari
Setiap senyum yang dia beri adalah
Kebahagiaan bagiku.

Bintang dan sahabatku
adalah dua hal yang berbeda
Namun ada sisi yang menyamakan mereka :
        Berkerlip dan bercahaya...

Bintang adalah sahabat-ku
Dan sahabatku adalah seperti bintang,
Menerangi di malam yang kelam...

                            From    :      ALA

Prakata Diary Mini

sabtu malam, 15 Oktober 2011 aku dikejutkan oleh 'otak'-ku yang menyuruh seluruh inderaku untuk melakukan hal aneh (lagi). kenapa kubilang aneh?
karena menurutku, cukup aneh bagiku untuk tiba-tiba saja merasa 'ingin' menulis dan mem-pos-kan diary miniku. ya..diary mini yang kubuat sendiri di pertengahan akhir tahun 2008.
diary mini ini terbuat dari lembaran kertas putih HVS yang kuperkecil menjadi seperempat ukuran awalnya dan kubundel dengan tali plastik di bagian atasnya. sederhana sekali, bukan?
jadi, begitulah..mungkin untuk beberapa postingan berikutnya adalah bagian dari catatan harian di diary miniku. semoga saja, ada hal baik dari postingan ini.
semoga...

Rabu, 12 Oktober 2011

My Lovely, Mom

Selasa, 11 Oktober 2011
@rumah ketiga, Rempoa.
          Pagi selepas shubuh tadi aku dikabari Herdie bahwa Emak demam. Suhu tubuhnya cukup tinggi untuk bisa dikatakan panas. Ini membuatku sangat cemas. Karena aku sangat mengetahui, jika Emak sudah tak bisa menyembunyikan rasa sakitnya, itu berarti ia sedang merasa sakit yang sangat.

          Ingin sekali aku pulang ke rumah saat ini jua. Tapi di sinilah aku. Terjebak oleh situasi yang mengharuskanku untuk tetap di Ciputat. Aku merasa sangat tak berdaya dengan keadaan ini. Ya Rabb,, tolong kami...

          Mungkin baru hari Kamis aku bisa pulang. Itu pun kamis sore baru sampai di rumah. Semoga saja saat itu keadaan Emak sudah berangsur pulih (Amiinn...). karena Entahlah,,, aku tak mau berpikir yang buruk-buruk tentang ini.

          Tiba-tiba saja aku ingat percakapan terakhirku dengan Emak pada Minggu petang. Emak menceritakan mimpinya yang aneh. Emak hamil dan melahirkan. Ini tentu sangat aneh, mengingat Usia Emak yang memang sudah memasuki masa menopouse saat ini. Jadi tak mungkin bagi Emak untuk bisa hamil, apalagi melahirkan. Dan lagi, Emak juga mengatakan bahwa sebelumnya Emak sedang tidak memikirkan hal-hal yang bisa dikaitkan dengan mimpi anehnya itu. jadi, Emak sempat bertanya kepadaku, “artinya apa ya Mel?”. Saat itu, aku hanya menggeleng tak tahu. Sembari meyakinkan pada Emakku bahwa mimpi hanyalah bunga tidur biasa. Tak miliki arti dan makna bagi kehidupan nyata kita. Tapi benarkah itu??

          Aku harus menahan diriku untuk tidak mengabarkan keadaan ini kepada ayahku. Karena jika sampai kukabarkan hal ini (mengingat keadaan Emak yang belum dicek penyakitnya apa) sekarang padanya, pasti ayah akan langsung terbang saat ini juga ke Jati. Ayah selalu lebih cemas dibandingkan aku, Die dan siapapun juga jika sudah menyangkut urusan kesehatan Emak.

          Pernah dulu sekali, ketika aku kelas 2 SMA, Emak jatuh sakit. Persisnya sih seperti gejala stroke begitu. Seluruh anggota keluarga besar ayahku sangat kaget dan kebingungan. Karena Emak yang tak pernah mengeluh apa-apa bisa langsung mati separuh badan hanya setelah jatuh dari menggiring kambing. Semua orang, bahkan juga para tetanggaku ikut cemas memikirkan Emak. Dan ini cukup menjadi bukti bahwa keberadaan Emak sangat berarti bagi orang-orang di desaku. Ya iyalah.. Emakku gitu.

          Emak adalah seorang perantau asal Kediri (Jawa Timur) yang mengikuti langkah sang suami (ayahku) untuk menetap di kota panas Tangerang. Seperti pernah kukatakan padamu, Emak adalah seorang bendaharawan terhebat yang pernah kutemui. Ia mampu mengatur keuangan rumah tangga dengan sangat baik. Ia selalu berpikir hemat dan tepat sasaran. Ia tak pernah mau menyerah untuk bisa memiliki mimpi-mimpinya. Dan salah satu mimpi-mimpinya itu adalah bisa memiliki rumah sendiri, yang kini sudah dimilikinya dengan segala daya usahanya sendiri.
          Rumah yang kini menjadi tempat tinggal kami berempat adalah kebanggan Emak, karena ia yang hanya seorang anak yatim dari desa kumuh di pinggiran kota Kediri, yang bahkan tak pernah mengecap bangku SD sampai lulus, akhirnya bisa membangun rumahnya sendiri. Tentu saja rumah itu memang dibangun dengan hasil keringat bersama dengan ayahku. Tapi aku, bahkan ayahku juga menyadari bahwa tanpa ketegaran dan kesabaran Emak untuk hidup bersamanya (bersama ayahku, maksudnya), mengingat ayahku adalah orang yang cukup-cukup boros soal uang, kami merasa tak yakin akan tinggal di rumah kami sendiri ini. Dan ini, membuatku sangat-sangat bangga pada Emakku.
          Emak juga adalah seorang yang peka rasa. Ia selalu bersedia membantu orang-orang yang memang menurutnya perlu dibantu. Tak seperti kebanyakan orang yang terlalu murah hati sehingga selalu membantu orang lain (tak perduli orang itu pantas untuk dibantu atau tidak). Tapi emakku tidak begitu. Emak memiliki keteguhan sekaligus kelembutan dalam pribadinya. Ia juga seorang yang penyayang. Meski untuk beberapa orang ia dikenal sebagai tetangga yang cerewet (biasanya ini hanya berlaku bagi para konsumen/pembeli yang alot sekali soal hutang-hutangnya...), tetapi emak sangat welas asih. Ia bahkan sangat welas asih kepada binatang. Terkhusus adalah kepada hewan-hewan ternaknya.

          Ada ceritanya, ketika salah satu kambing kami mati setelah melahirkan dan meninggalkan dua atau tiga ekor anak kambing. Emak begitu rela menghabiskan uang untuk membeli susu bagi anak-anak kambing yang masih kecil-kecil itu. Emak berkata, “kambing juga mau hidup. Makhluk hidup ciptaan Allah. Jadi harus kita sayangi...”. bahkan tak hanya sampai di situ saja, cara menyuapi susu ke kambingnya pun terbilang cukup lucu (bagiku). Yakni memakai perantara dot bayi, alias lewat susu botol. Ha.ha. banyak orang yang baru pertama melihat Emak memberi minum kambing kecil itu memakai botol pada kaget dan heran. Seudah seperti memberi susu pada bayi saja! Mungkin begitu pikir mereka. Tapi yah.. itulah Emakku. Dan aku sangat berbangga karenanya. Jadi tak salah juga jika kambing-kambing ternak milik keluargaku itu sangat ngalem ke Emak. Apalagi kambing-kambing kecil yang masih dalam masa disusui.
          Biasanya setiap pagi (saat Emak baru membuka kandang kambing), siang yang terik, atau sore yang menghangat, kambing-kambing kecil itu pada berlarian dan saling ingin mendahului satu sama lain untuk mendekati emakku dan diberi susu botol. Dan setiap kali aku menyaksikan itu, aku langsung tertawa geli. Bayangkan saja, tingkah kambing itu mirip benar dengan tingkah anak kecil yang merajuk dan melompat-lompat karena bersemangat untuk diberi hadiah. Hi.hi. lucu sekali! Aku pun, yang terkadang menggantikan kegiatan Emak melepas kambing di pagi hari juga tak urung mendapat sambutan lucu para kambing cilik itu.
          aku juga cukup sering memberikan susu botol ke kambing-kambing itu. jadi kambing itu juga agak sedikit ngalem ke aku. Bahkan aku pernah diikutin salah satu kambing kecil itu dari rumah sampai pasar jati. Dan orang-orang yang menyadari ada kambing mengikuti cewek (aku) pada senyum-senyum geli. Agak malu juga sih. Makanya waktu itu aku sempet lari ngebut hingga akhirnya bisa ninggalin kambing kecil itu jauh di belakangku. Meski begitu, kejadian ini tak membuatku lantas enggan untuk membantu emakku melepaskan kambing2 di pagi hari. Karena aku pun merasakan kesenangan konyol saat aku melakukan kegiatan ini.

          Kembali ke tentang emakku. Ada satu sisi emakku yang paling membuatku kagum. Yakni Emak selalu berusaha melakukan segala sesuatunya semampunya dan tak ingin merepotkan orang lain. Emak juga tak suka menunjukkan kelemahannya di depan orang lain. Jadi aku tak heran jika Emak bisa menahan rasa sakit cukup lama tanpa mengelurakan keluhan-keluhan. Mungkin ia khawatir akan menjengkelkan orang lain jika ia mengeluh. Meski begitu, sifat Emak ini jugalah yang tak kusukai. Karena kami sekeluarga jadi tak tahu apa yang Emak rasakan. Jadi seringkali kami tiba-tiba terkejut mendapati Emak yang langsung ambruk di hadapan, padahal sebelumnya terlihat kuat (seperti biasanya). Tapi aku tak bisa menyalahkan Emak juga.

          Tentunya sifat Emak ini ditujukan agar orang di sekitarnya tak terlalu cemas. Dan lagi, aku pun memiliki sifat seperti itu. jadi rasanya tak etis sekali menyalahkan orang lain dengan sifat tertentu sementara kita sendiri memiliki sifat tersebut. Itu sangat tidak etis.

          Jadi,, yah... di sinilah aku kini. Di dalam kamar kosan ukuran 4x5m di daerah Rempoa. Merasa galau dan sangat ingin pulang ke Jati saat ini juga. Tapi nyata sekali terjebak dan tak bisa pergi jauh kemana-mana. Aku hanya bisa berdoa, semoga Allah berkenan memberikan ketegaran dan kekuatan kepada Emakku dan kami, keluarganya.

Amin.