Rabu, 12 Oktober 2011

My Lovely, Mom

Selasa, 11 Oktober 2011
@rumah ketiga, Rempoa.
          Pagi selepas shubuh tadi aku dikabari Herdie bahwa Emak demam. Suhu tubuhnya cukup tinggi untuk bisa dikatakan panas. Ini membuatku sangat cemas. Karena aku sangat mengetahui, jika Emak sudah tak bisa menyembunyikan rasa sakitnya, itu berarti ia sedang merasa sakit yang sangat.

          Ingin sekali aku pulang ke rumah saat ini jua. Tapi di sinilah aku. Terjebak oleh situasi yang mengharuskanku untuk tetap di Ciputat. Aku merasa sangat tak berdaya dengan keadaan ini. Ya Rabb,, tolong kami...

          Mungkin baru hari Kamis aku bisa pulang. Itu pun kamis sore baru sampai di rumah. Semoga saja saat itu keadaan Emak sudah berangsur pulih (Amiinn...). karena Entahlah,,, aku tak mau berpikir yang buruk-buruk tentang ini.

          Tiba-tiba saja aku ingat percakapan terakhirku dengan Emak pada Minggu petang. Emak menceritakan mimpinya yang aneh. Emak hamil dan melahirkan. Ini tentu sangat aneh, mengingat Usia Emak yang memang sudah memasuki masa menopouse saat ini. Jadi tak mungkin bagi Emak untuk bisa hamil, apalagi melahirkan. Dan lagi, Emak juga mengatakan bahwa sebelumnya Emak sedang tidak memikirkan hal-hal yang bisa dikaitkan dengan mimpi anehnya itu. jadi, Emak sempat bertanya kepadaku, “artinya apa ya Mel?”. Saat itu, aku hanya menggeleng tak tahu. Sembari meyakinkan pada Emakku bahwa mimpi hanyalah bunga tidur biasa. Tak miliki arti dan makna bagi kehidupan nyata kita. Tapi benarkah itu??

          Aku harus menahan diriku untuk tidak mengabarkan keadaan ini kepada ayahku. Karena jika sampai kukabarkan hal ini (mengingat keadaan Emak yang belum dicek penyakitnya apa) sekarang padanya, pasti ayah akan langsung terbang saat ini juga ke Jati. Ayah selalu lebih cemas dibandingkan aku, Die dan siapapun juga jika sudah menyangkut urusan kesehatan Emak.

          Pernah dulu sekali, ketika aku kelas 2 SMA, Emak jatuh sakit. Persisnya sih seperti gejala stroke begitu. Seluruh anggota keluarga besar ayahku sangat kaget dan kebingungan. Karena Emak yang tak pernah mengeluh apa-apa bisa langsung mati separuh badan hanya setelah jatuh dari menggiring kambing. Semua orang, bahkan juga para tetanggaku ikut cemas memikirkan Emak. Dan ini cukup menjadi bukti bahwa keberadaan Emak sangat berarti bagi orang-orang di desaku. Ya iyalah.. Emakku gitu.

          Emak adalah seorang perantau asal Kediri (Jawa Timur) yang mengikuti langkah sang suami (ayahku) untuk menetap di kota panas Tangerang. Seperti pernah kukatakan padamu, Emak adalah seorang bendaharawan terhebat yang pernah kutemui. Ia mampu mengatur keuangan rumah tangga dengan sangat baik. Ia selalu berpikir hemat dan tepat sasaran. Ia tak pernah mau menyerah untuk bisa memiliki mimpi-mimpinya. Dan salah satu mimpi-mimpinya itu adalah bisa memiliki rumah sendiri, yang kini sudah dimilikinya dengan segala daya usahanya sendiri.
          Rumah yang kini menjadi tempat tinggal kami berempat adalah kebanggan Emak, karena ia yang hanya seorang anak yatim dari desa kumuh di pinggiran kota Kediri, yang bahkan tak pernah mengecap bangku SD sampai lulus, akhirnya bisa membangun rumahnya sendiri. Tentu saja rumah itu memang dibangun dengan hasil keringat bersama dengan ayahku. Tapi aku, bahkan ayahku juga menyadari bahwa tanpa ketegaran dan kesabaran Emak untuk hidup bersamanya (bersama ayahku, maksudnya), mengingat ayahku adalah orang yang cukup-cukup boros soal uang, kami merasa tak yakin akan tinggal di rumah kami sendiri ini. Dan ini, membuatku sangat-sangat bangga pada Emakku.
          Emak juga adalah seorang yang peka rasa. Ia selalu bersedia membantu orang-orang yang memang menurutnya perlu dibantu. Tak seperti kebanyakan orang yang terlalu murah hati sehingga selalu membantu orang lain (tak perduli orang itu pantas untuk dibantu atau tidak). Tapi emakku tidak begitu. Emak memiliki keteguhan sekaligus kelembutan dalam pribadinya. Ia juga seorang yang penyayang. Meski untuk beberapa orang ia dikenal sebagai tetangga yang cerewet (biasanya ini hanya berlaku bagi para konsumen/pembeli yang alot sekali soal hutang-hutangnya...), tetapi emak sangat welas asih. Ia bahkan sangat welas asih kepada binatang. Terkhusus adalah kepada hewan-hewan ternaknya.

          Ada ceritanya, ketika salah satu kambing kami mati setelah melahirkan dan meninggalkan dua atau tiga ekor anak kambing. Emak begitu rela menghabiskan uang untuk membeli susu bagi anak-anak kambing yang masih kecil-kecil itu. Emak berkata, “kambing juga mau hidup. Makhluk hidup ciptaan Allah. Jadi harus kita sayangi...”. bahkan tak hanya sampai di situ saja, cara menyuapi susu ke kambingnya pun terbilang cukup lucu (bagiku). Yakni memakai perantara dot bayi, alias lewat susu botol. Ha.ha. banyak orang yang baru pertama melihat Emak memberi minum kambing kecil itu memakai botol pada kaget dan heran. Seudah seperti memberi susu pada bayi saja! Mungkin begitu pikir mereka. Tapi yah.. itulah Emakku. Dan aku sangat berbangga karenanya. Jadi tak salah juga jika kambing-kambing ternak milik keluargaku itu sangat ngalem ke Emak. Apalagi kambing-kambing kecil yang masih dalam masa disusui.
          Biasanya setiap pagi (saat Emak baru membuka kandang kambing), siang yang terik, atau sore yang menghangat, kambing-kambing kecil itu pada berlarian dan saling ingin mendahului satu sama lain untuk mendekati emakku dan diberi susu botol. Dan setiap kali aku menyaksikan itu, aku langsung tertawa geli. Bayangkan saja, tingkah kambing itu mirip benar dengan tingkah anak kecil yang merajuk dan melompat-lompat karena bersemangat untuk diberi hadiah. Hi.hi. lucu sekali! Aku pun, yang terkadang menggantikan kegiatan Emak melepas kambing di pagi hari juga tak urung mendapat sambutan lucu para kambing cilik itu.
          aku juga cukup sering memberikan susu botol ke kambing-kambing itu. jadi kambing itu juga agak sedikit ngalem ke aku. Bahkan aku pernah diikutin salah satu kambing kecil itu dari rumah sampai pasar jati. Dan orang-orang yang menyadari ada kambing mengikuti cewek (aku) pada senyum-senyum geli. Agak malu juga sih. Makanya waktu itu aku sempet lari ngebut hingga akhirnya bisa ninggalin kambing kecil itu jauh di belakangku. Meski begitu, kejadian ini tak membuatku lantas enggan untuk membantu emakku melepaskan kambing2 di pagi hari. Karena aku pun merasakan kesenangan konyol saat aku melakukan kegiatan ini.

          Kembali ke tentang emakku. Ada satu sisi emakku yang paling membuatku kagum. Yakni Emak selalu berusaha melakukan segala sesuatunya semampunya dan tak ingin merepotkan orang lain. Emak juga tak suka menunjukkan kelemahannya di depan orang lain. Jadi aku tak heran jika Emak bisa menahan rasa sakit cukup lama tanpa mengelurakan keluhan-keluhan. Mungkin ia khawatir akan menjengkelkan orang lain jika ia mengeluh. Meski begitu, sifat Emak ini jugalah yang tak kusukai. Karena kami sekeluarga jadi tak tahu apa yang Emak rasakan. Jadi seringkali kami tiba-tiba terkejut mendapati Emak yang langsung ambruk di hadapan, padahal sebelumnya terlihat kuat (seperti biasanya). Tapi aku tak bisa menyalahkan Emak juga.

          Tentunya sifat Emak ini ditujukan agar orang di sekitarnya tak terlalu cemas. Dan lagi, aku pun memiliki sifat seperti itu. jadi rasanya tak etis sekali menyalahkan orang lain dengan sifat tertentu sementara kita sendiri memiliki sifat tersebut. Itu sangat tidak etis.

          Jadi,, yah... di sinilah aku kini. Di dalam kamar kosan ukuran 4x5m di daerah Rempoa. Merasa galau dan sangat ingin pulang ke Jati saat ini juga. Tapi nyata sekali terjebak dan tak bisa pergi jauh kemana-mana. Aku hanya bisa berdoa, semoga Allah berkenan memberikan ketegaran dan kekuatan kepada Emakku dan kami, keluarganya.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar