Selasa, 13 Desember 2011

secarik surat milik hati.

Ya Rabbi...
betapa inginnya..
betapa rindunya..
betapa berharapnya...
tapi.. tentu saja.
diri ini mengakui belum sampai pada titik seharusnya. titik terbaiknya.

sebanyak apapun kebaikan yang harus kuberi.
sesering apa pun kepemilikan yang mesti kubagi.
akan kuberikan.
semampu diri ini mengusahakannya.
untuk mereka-mereka yang Engkau Cintai..

dan dalam diamku.
dalam harapanku akan keridhaan-Mu.
kuteguhkan langkah ini.
satu. satu.
letih. tertatih-tatih.

dan kini,
hanya satu harapan tertinggi yang kumiliki.
"bisa selalu merasakan manis, untuk setiap pemberian yang Engkau beri, atas segala hal yang terjadi"
amin.

Sabtu, 19 November 2011

Puasa sebelum masa Islam datang.

Bismillahirrahmaanirrahiim...
Diawali dengan kalimat yang baik, dalam ulasan kali ini aku ingin sekali menuliskan perihal mengenai bulan Ramadhan. Sebenarnya ini semua bermula dari adanya pertanyaan yang dilontarkan oleh keponakanku, Diah, yang bertanya : teteh,, sejak kapan sih puasa itu ada? Maka demi menuntaskan rasa penasaran keponakanku itu (dan juga diriku sendiri yang ikut tertular penasaran), akhirnya aku bolak-balik membaca buku-buku tentang ramadhan yang sudah ada di lemari bacaku jauh-jauh hari tapi belum sempat kubaca. Dan akhirnya,, alhamdulillah... kutemukan juga jawaban bagi pertanyaan Diah itu. Tak tanggung-tanggung, kutuliskan pula jawaban itu untuk kuceritakan padamu di ulasan ini, kawan. Ini dia...
Bulan ramadhan.
Bulan suci yang sudah dikenal kemuliaannya oleh berbagai bangsa dan agama terdahulu, bahkan sebelum Islam datang. Hebat sekali bukan? Meski begitu, hanya Islamlah satu-satunya agama yang mewajibkan puasa sebulan penuh pada bulan itu. Seperti ditegaskan oleh Allah Swt. Dalam ayat berikut :
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (al-Baqarah [2] : 183)
Dalam kitab Ma’as Shaimin karya Syekh Baquri tentang Kesusasteraan Arab Kuno, dijelaskan bahwa kata ash-shiyam atau puasa memiliki arti ‘berpindah-pindahnya orang dalam bersyair dan berpantun yang disampaikan oleh kaum muda dari para sesepuhnya’. Arti lain dari puasa pada masa itu juga berarti menahan gerak.
Dalam al quran kata ash shiyam disebutkan dan memiliki makna lain dari kata puasa. Yakni dalam ayat berikut :
“...aku telah bernazar berpuasa untuk Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini.” (Maryam [19] : 26)
Puasa dalam ayat ini berarti diam dan menahan diri untuk tidak berbicara. Bisa kalian lihat, kawan? Arti kata tersebut telah dikenal di masanya nabi Isa a.s., dan itu adalah masa sebelum Islam datang.
Sementara nama ramadhan dalam bahasa arab kuno berasal dari kata ar Ramdhu, yaitu hujan yang datang setelah musim kering, sehingga tanah terasa panas terbakar. Sehingga ada sebagian pendapat yang mengatakan bahwa kata itu berarti panas yang terik. Sementara dalam pandangan islam nama Ramadhan diambil dari kata Ramadha yang berarti ‘panas terik di musim panas yang menyebabkan panasnya kerongkongan karena kehausan’.
Secara syar’i puasa berarti ‘menahan diri dari hal yang membatalkan seperti makan, minum dan lainnya yang dibarengi dengan niat sejak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Dan kesempurnaan untuk ibadah ini adalah menghindari segala larangan dan tidak terjerumus ke dalam perbuatan yang haram.
Nah,, ternyata bahkan sebelum bangsa Arab kuno mengenal puasa, ada bangsa sebelumnya yang sudah mengenal puasa loh. Bangsa-bangsa itu antara lain masyarakat Mesir kuno yang diikuti kemudian oleh bangsa Yunani dan Romawi. Tradisi puasa juga telah dikenal oleh agama lain selain agama samawi, seperti ajaran minyawi, Hindu dan Budha. Dan puasa juga dilakukan oleh pemeluk agama Yahudi dan Kristen.
Contoh buktinya yaitu dalam kitab Taurat bagian kedua yang berbunyi, “Aku memanggil, di sana untuk berpuasa di sungai Ahwa, agar kami dapat merendah di hadapan Tuhan kami, untuk meminta jalan yang lurus kepadanya untuk kita, anak-anak, dan setiap harta kita.”
Dalam al Kitab juga dikatakan, “adakanlah puasa yang kudus...” (Perjanjian Lama, Yoel: 1 :14)
Dalam al Kitab surat raja-raja dikatakan, “Bahwa nabi Elia berjalna dnegan tergopoh tanpa makan selama empat puluh hari empat puluh malam ke sebuah gunung yang disebut Horeb.”
Inilah gambaran berpuasa yang telah diwajibkan kepada umat terdahulu dan agama samawi lainnya. Bahkan jika kita menilik lebih cermat, jaman sekarang pun puasa sudah menjadi sebuah trend di lingkungan masyarakat. Coba saja kalian simak fakta seperti : para wanita yang berpuasa seharian penuh demi memiliki tubuh yang ramping, atau juga laki-laki yang berpuasa untuk membakar lemak dan dagingnya agar memiliki status sosial yang baik di masyarakat, atau ada juga orang-orang yang berpuasa sebagai bentuk protes atas kebijakan politik yang diberlakukan oleh penguasa. Itu semua bentuk lain dari puasa. Is that Right, huh?
Terlepas dari semua hal itu, bulan puasa (baca: bulan Ramadhan) sudah memiliki arti yang begitu penting dalam Islam, bahkan tingkat penghargaan itu dapat disimak dari fakta bahwa semua kitab suci samawi yang ada sesungguhnya diturunkan pada bulan Ramadhan. Dan bulan ramadhan adalah bulan yang paling diutamakan dalam agama Islam jika dibandingkan dengan agama-agama lainnya. Rahmat dan kemuliaan bulan seluruhnya terkumpul di bulan ramadhan nan mulia. Dan rahmat itu mencakup bagi seluruh makhluk-Nya.
Wallahua’lamu bish shawab.
di Resume dari buku “Indahnya Ramadhan Rasulullah”
Karya Samih Kariyyam

Minggu, 13 November 2011

Puisi - "Lautan Jilbab"

Oleh Emha Ainun Nadjib

Putih, putih, putih

Meratap bagai bayi
Terkapar bagai si tua renta
Di padang mahsyar
Di padang penantian
Di depan pintu gerbang janji keabadian
Saksikan beribu-ribu jilbab

Hai ! bermilyar-milyar jilbab!

Samudera putih
Lautan cinta kasih
Belombang sejarah
Pengembaraan amat panjang
Di padang mahsyar
Menjelang hari perhitungan
Seribu galaksi
Hamparan jiwa suci
Bersujud
Putih, putih, putih
Bersujud
Menyeru belaian tangan kekasih
Bersujud
dan alam raya
Jagad segala jagad
Bintang-bintang dan ruang kosong
mendengar panggilan itu
dengan telinga ilmu seratus abad :
-Wahai jiwa bening !
Wahai muthmainnah
Kembalilah kepada Tuhan-mu
dengan rela dan direlakan
Masuklah kepada pihakku
Masuklah sorgaku
Wahai jiwa, Wahai yang telah jiwa !
 Wahai telaga
yang hening
hingga tiada...


(Puisi pertama yang kudeklamasikan di hadapan orang-orang. Persisnya ketika ada lomba tujuh belas agustusan di MTs MA. Saat itu rivalku adalah sahabatku sendiri. Dan kami berdua menang bersama-sama.^_^)

Sabtu, 12 November 2011

Cerpen - "Serenade Dinda di langit Jingga"

tanah merah basah...

kuresapi rinai hujan yg perlahan mulai meluap dari daratan bumi..
sementara Aku masih bertahan di tempatku berpijak sejak sejam yang lalu..

Nenek Aida,,,
"Kepada-Nyalah kita semua akan kembali"
aku tahu itu..
tapi tetap saja hati ini masih belum bisa
melepasmu dengan ikhlas..
entah apa itu ikhlas,, aku tak tahu Nek..
yang jelas kini aku masih menangis untukmu.
Lihatlah!!
Aku yang dirimu katakan sebagai "cucu kebangganmu" ini kini tengah menikmati kerapuhannya selepas kepergianmu.. maafkan aku jika hal ini membuat kepergianmu jadi tak tenang..
maf Nek.. .

ah,, semua orang sudah pulang. meninggalkanku sendiri di pemakaman ini bersama tempat tinggalmu yang baru..
yang kuharap tentunya dirimu merasa lebih bahagia di "surga sana".. amin..

aku yakin Nenek pasti bahagia!seyakin hatiku pada ucapan sahabatku, Ranindita. bahwa,
"orang yang baik pasti akan di kasihi oleh Allah.karna kebaikan sekecil apapun tak akan pernah luput dari kasih-NYA"
nenek Aida orang yang sangat baik..
dan karna kebaikanmu itulah kini Aku merasa tak mampu untuk menahan tangis ini..

teringat pula olehku kenangan lain tentang nenek aida...

"suka Kopi?"

itu tawaran nenek Aida di suatu kali dulu..
saat aku masihlah seorang gadis kepang 7 tahun.
aku tersenyum dan menerima tawarannya. meski sekalipun aku belum pernah merasakan rasa kopi itu.

kuikuti langkah nenek ke dapur untuk membuat kopi.. kulihat kepiawaiannya mencampur sesendok kopi bubuk dan sesendok lebih gula putih ke dalam dua cangkir gelas.. dengan senyuman yang tak lepas dari bibirnya, ia senandungkan sebuah lagu yang asing di telingaku namun begitu harmoni.

rasa penasaran membuatku gerah. akhirnya dengan berani kukatakan pada nenek,
"boleh nyicip bubuk kopinya gak Nek?..."

nenek aida tersenyum dan mengangguk.
segera saja kurasakan sedikit bubuk kopi yang kukira rasanya manis seperti cokelat. tapi ternyata,,,

"huek,,
pahit nek.. Dinda gak suka. gak mau kopi ah!"

nenek Aida tetap tersenyum. ia teruskan kegiatannya membuat kopi.
setelah dua cangkir kopi itu jadi, dengan enggan kubantu nenek membawa salah satu cangkir kopi itu ke ruang tamu. di depanku, nenek aida lebih dulu menempati sofa di dekat pintu. barulah kemudian aku menempati sofa di sampingnya.

"Dinda gak mau kopinya nek.. pahit..kopi Dinda buat Nenek aja deh.."
perlahan kuutarakan hasratku pada nenek, tapi tetap dengan senyumnya, nenek aida memintaku untuk mencoba kopi buatannya itu.. akhirnya dengan enggan kutempelkan ujung lidahku untuk menyentuh cairan kopinya.

"Srutt.emm...manis!!! qo manis nek?? kan tadinya pahit..wah..ini pasti karna gulanya ya nek>??"
aku berseru dengan semangat. langsung saja kuseruput kopi buatan nenekku itu dengan cepat.

"hayo..
pake sendok dulu minumnya Dinda..kopinya masih panas Lho.."
nenek ku tersenyum manis, dan aKu tersipu malu.

sejenak saja nenekku diam lalu akhirnya berucap,
"kopi pahit ditambah gula yang manis jadi minuman yang enak ya?"
aku langsung mengangguk mantap.

nenek tersenyum, kemudian melanjutkan ucapannya..
"dalam kehidupan ini mungkin kita akan mengalami bermacam kejadian yang mungkin membahagiakan, mungkin juga menyedihkan. tapi tahukah Dinda,semua kepedihan dan kebahagiaan itu menjadikan hidup ini menjadi lebih istimewa. tanpa kesedihan, manusia akan menganggap kebahagiaan yang dialaminya adalah hal yang membosankan dan tak berkesan. mengerti?"

aku masih bingung dengan ucapannya. langsung saja aku berucap,
"maksuddnya nekk?"

sebentar saja Nenek Aida menghela napasnya sebelum akhirnya menerangkan maksud ucapannya.
"begini...tanpa kesedihan, maka kebahagiaan pun tak bisa dibedakan dan dikenal. jadi, tetaplah tersenyum meski kamu sedang bersedih. karna pasti!ada kebahagiaan yang akan kamu rasakan nanti.. mengerti??"

aku tersenyum cerah. kupahami maksud ucapannya itu
kini.
seperti bubuk kopi pada gula. Ia bisa menjadi minuman yang nikmat ketika gula dan kopi itu ada. Kopi pahit dan gula manis. Maka seperti itu pula lah jalurnya hidup ini. Hidup bisa benar-benar hidup ketika kesenangan diiringi pula oleh kepedihan. Tentu saja yang berimbang,,, 

ah,,
aku teringat pula pada satu ucapanmu dulu,,
"tiap kehidupan selalu ada permulaannya, Dinda..
pun juga manusia yang lahir ke dunia dengan tangisnya yang kencang sementara orang-orang sekelilingnya menyambutnya dengan senyuman penuh haru..
dan orang yang paling bahagia adalah orang yang manakala ia meninggal kelak, ia akan meninggalkan dunia ini dengan senyuman tenang untuk menemui Tuhannya sementara orang-orang sekelilingnya menangis untuk kepergiannya karna rasa cinta yang ditujukan padanya.."

nenek,,
aku jadi mampu untuk tersenyum karna mengingat ucapanmu itu..
tentunya kurasa dirimu cukup bahagia di dunia ini karna kini banyak orang yang menangisi kepergianmu..
lihat saja Aku, nek!aku bahkan tak mampu mempertahankan tangisku..

tentu saja..
mungkin untuk saat ini aku masih akan cengeng tiap kali mengingatmu..tapi lihat saja!
perlahan aku akan mampu menghadapi dan menerima kepergianmu dengan senyuman..
senyuman termanis yng bisa kupersembahkan hanya untukmu, nek..
dan,, nenek.. tentu saja benar apa yang kau ucapkan dulu itu.
kurasa kini tak ada yang bisa menghalangiku untuk tersenyum.
itu semua karnamu Nek,,
karna senyummu..

milad-ku di usia ke 21

jumat cerah!
secerah hati dan pikiranku di hari ini. yang dimulai sejak kulihat bulan sempurna di langit malam sekitar jam satu pagi. berlanjut hingga kusaksikan pula semangat matahari di waktu paginya.
setelah berlelah-lelahan di kantor rental selama hampir dua minggu kemarin, juga mengalami kekecewaan karena bapak yang tak pulang saat hari I'ed Adha 1432  lalu (6 November 2011), akhirnya aku tiba juga di hari jumat yang sudah kutunggu-tunggu selama satu dekade usiaku ini. hari jumat yang persis bertepatan dengan tanggal 11 November (dan kebetulan saja) di tahun 2011.
sebenarnya aku tak terlalu memusingkan tanggal bulan atau tahun untuk hari kelahiranku. aku hanya merasa sangat bersyukur sekali jika hari lahirku bisa 'selalu' jatuh di hari jumat.
kenapa?
karena hari jumat sungguh-sungguh hari yang sangat istimewa!^_^.
baca saja sebuah hadits berikut (sengaja kutuliskan di sini) yang membuatku jadi lebih menyukai hari jumat dibandingkan hari-hari lainnya.

Abu Hurairah radiyallahu'anhu meriwayatkan, Rasulullah bersabda:
"Allah telah memalingkan orang-orang sebelum kita untuk menjadikan hari Jum'at sebagai hari raya mereka, oleh karena itu hari raya orang Yahudi adalah hari Sabtu, dan hari raya orang Nasrani adalah hari Ahad, kemudian Allah memberikan bimbingan kepada kita untuk menjadikan hari Jum'at sebagai hari raya, sehingga Allah menjadikan hari raya secara berurutan, yaitu hari Jum'at, Sabtu dan Ahad. Dan di hari kiamat mereka pun akan mengikuti kita seperti urutan tersebut, walaupun di dunia kita adalah penghuni yang terakhir, namun di hari kiamat nanti kita adalah urutan terdepan yang akan diputuskan perkaranya sebelum seluruh makhluk". (HR. Muslim)

dan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah juga berkata: "Hari Jum'at adalah hari ibadah. Hari ini dibandingkan dengan hari-hari lainnya dalam sepekan, laksana bulan Ramadhan dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Waktu mustajab pada hari Jum'at seperti waktu mustajab pada malam lailatul qodar di bulan Ramadhan. (Zadul Ma'ad: 1/398)."

kau lihat kan, kawan?
mengapa aku jadi merasa bahagia (terutama) di hari jumat ini?
miladku bertepatan di hari ini! di hari yang menjadi hari besar umat islam yang terus berulang di setiap minggunya.
alhamdulillah....
dan jika kau menyuruhku untuk menuliskan keistimewaan lainnya dari hari jumat, hmm..maaf aku tak bisa kawan. tapi akan kusarankan kau untuk membuka link berikut: (keutamaan hari jumat)

di sana kau akan bisa mendapatkan keistimewaan lainnya dari hari jumat.
sementara di uraian ini, aku akan melanjutkan kembali ceritaku tentang milad 21 tahunku. meski sebelumnya harus kukatakan padamu : hari milad (lahir)ku mungkin tidaklah bisa dikatakan istimewa jika dibandingkan dengan hari jumat-nya, kawan.sama sekali tidak bisa dibandingkan dengannya. tapi ada hal istimewa lainnya yang kurasa patut untuk kuceritakan padamu dalam peristiwa miladku di hari ini. jadi seperti ini...

aku mendapat kejutan menyenangkan dengan kepulangan bapakku ke rumah pada hari kamisnya.
tak kusangka ternyata bapak memilih untuk mengganti hari libur idul adha-nya menjadi bertepatan pada hari lahirku. 
malam jumatnya, aku tiba di rumah dan disambut dengan amat hangat di desa jati  oleh keluargaku. saat itu cuaca malam sedang tak berangin dan sepintas sebelum kujejaki langkahku memasuki pintu depan rumah, aku melihat bulan di malam itu sungguh...subhanAllah! tampak cantik sekali!!. bulan yang sempurna bentuk dan cahayanya itu kulihat melalui halangan dedaunan dan bunga bougenville di depan rumahku. bisa kau bayangkan, kawan?
selanjutnya, memasuki jam sembilan malam aku sudah sangat lelap dalam tidur. dan pada tidurku kali itu, aku tak bermimpi.
esok paginya, aku sudah mendapatkan beberapa sms ucapan milad di hp-ku. dari (kupakai nama inisial saja ya..biar tak mengundang hawa sirik.he.he..) sho, Dye, Rie, Ta',Vi, Ma, Nda. kubalas sms dari sahabat-sahabatku itu dengan tersenyum. hanya senyum saja, kawan..maklum, sedang sekarat pulsaku saat itu.^_^

menjelang siang, bapak sudah sibuk wara-wiri ke mana-mana demi mempersiapkan tasyakuran miladku. jam empat nanti. seperti milad tahun-tahun lalu, acara miladku ini pun akan diisi dengan peristiwa doa bersama tetangga dan "sawer uang" di halaman depan rumah. hm... kau tak perlu pusing-pusing membayangkan bagaimana jalan cerita acara "sawer uang" itu, kawan. karena aku akan menunjukkan padamu klip video dari acara lucu itu di sini.
sorenya, setelah seluruh persiapan sudah rangkum, (balon berisi uang, kue-kue, agar jelly, gelas aqua, piring-piring, dan tentunya serantang besar uang receh) aku dan bapak mulai memanggil saudara dan tetangga sekitarku. sebenarnya yang kami ajak tadinya hanya anak-anak kecil saja. tapi tak dinyana ada-ada saja ibu-ibu atau bapak-bapak, bahkan juga nenek-nenek kuat yang mau ikutan sawer. hi.hi. kubilang pada bapak, tak papa. biarlah jadi ramai sekalian yang penting para orangtua itu sadar diri dan berbaris  di area belakang.
jam empatnya acara dimulai.
acaranya diawali dengan prakata oleh bapak. selanjutnya doa yang cukup panjang sehingga membuat para orang tua di area belakang mulai gelisah dan tak sabar..bisik-bisik seperti "sawerannya kapan nihh??" atau "si tomik lama jasa doana" mulai terdengar di udara. atau ada juga yang seperti ini, "aduh..nasi di imah gosong iyeu mah. balik heula deuh" . ucapan yang terakhir ini dilontarkan oleh Ceu I*** yang kemudian langsung berbalik pergi sambil berlari. hi.hi.
akhirnya,,, mulailah acara saweran uang itu.
tapi....
ups!
kurasa, daripada kuceritakan, langsung saja lihat video klip-nya ya.. ini dia. semoga bisa menghibur!
salam hangat, Amaliyah.^_^

Minggu, 06 November 2011

tentang "Dee"

sudah tepat setahun berlalu..
5 november 2010. itulah kali pertama aku melihatnya.

hari itu adalah minggu yang cukup cerah. dengan matahari yang tak terlalu menyengat, dan gemulai angin yang berarak perlahan. kulalui pagi pada hari itu dengan acara beres2 rumah.
ayah dan bibiku sudah sedari pukul tujuh tadi pergi mengendarai motor. entah ke mana, aku tak tahu. emakku sendiri masih asyik berkebun di tanah depan rumah. dan Herdi, asyik mengotak-atik motor Blade-nya.

kuakui hari minggu itu aku merasa senang. meski untuk sebab yang belum kuketahui. tapi aku senang! dan mengalirlah beberapa lagu dari mulutku. seingatku saat itu aku sedang gandrung menyanyikan lagu "Selamat Datang Cinta"-nya Gita Gutawa. entah terdengar bagus ataukah sumbang, aku tak memerdulikannya..
aku sama sekali tak tahu bahwa ketika kusambut ayah dan bibiku pulang pada siang ahrinya, mereka telah membawakanku kejutan. kejutan yang menyenangkan sekali. kau tahu apa itu?

Dee...

hmm...siapa itu Dee?

tunggu dulu.. biarkan kuberitahukan padamu bagaimana kesanku saat pertama kali kami bertemu dahulu..

jadi,, saat itu aku menyambut kepulangan ayah dan Bibi yang nampak kelelahan. kusuguhkan minuman segar ke tangan mereka dan segera saja minuman-minuman itu ludes dihabiskannya. awalnya aku tak menyadari keberadaan Dee.. tapi akhirnya setelah beberapa saat kemudian aku menyadarinya.

Dee...
dia sungguh....istimewa.

Dee langsung saja membuatku terpana pada kali pertama aku melihat rupanya.
kulitnya halus, dan berkemilauan ketika diterpa cahaya..
dan ketika aku menyentuhnya, langsung saja hatiku diliputi oleh rasa bahagia. dan aku langsung yakin, bahwa kami (aku dan Dee) sudah sejak lama ditakdirkan untuk bertemu.
maka dimulailah cerita hidupku bersamanya.
bersama Dee,, sahabatku yang baru.
dan kau ingin tahu siapa itu Dee?

Dee...
netbook merek Dell inspiron mini, dengan casing berwarna ungu.
(salah satu warna favoritku.^_^)

Jumat, 04 November 2011

tentang Die-adikku.

Herdi Kusuma, nama lengkapnya.
seorang pria? tentu..
ia lahir tiga tahun setelahku.tepatnya pada tanggal 03 Juni 1993.
seorang yang ekstro sekaligus introvert, menurutku. mengapa bisa begitu?
di satu sisi, Die begitu pendiam. jarang ikut campur urusan orang. tapi sering juga ia menunjukkan sisi sosialnya. begitu empati dengan keadaan sekitarnya.
awalnya, ketika aku masih terlalu kecil untuk menyadari bahwa aku seorang "kakak", aku tak menyukai keberadaan die yang selalu menguntitku. ini disebabkan adanya perhatian berlebihan yang diberikan oleh kedua orang tuaku (terutama emak) kepadanya. seprti misalnya, Die selalu diajak pergi memenuhi undangan, diberikan makanan, ataupun mainan yang diinginkannya. sementara aku jarang sekali diajak emak pergi ke tempat undangan, atau bahkan diberikan mainan yang kuinginkan waktu itu (contohnya saja boneka barbie. he..geli juga mengingat aku yang dulu begitu suka dengan boneka berambut pirang itu). tapi lambat laun, aku mulai menyadari keberadaan Die sebagai adikku. aku mulai menganggapnya benar-benar sebagai adik yang harus kusayangi. apalagi ketika melihatnya di usianya yang memasuki TK, pipinya itu lohhh tembem sekali!. bikin aku gak bisa nahan kecemburuanku ke Die, lama-lama.
 hubunganku dengan Die sebagai kakak-adik kian hari semakin baik. bahkan aku merasa sangat aneh ketika melihat hubungan kakak-adik yang dimiliki teman-temanku dengan adiknya itu tak harmonis. ya... kebanyakan teman yang kukenal selalu mengatakan padaku tentang menyebalkannya memiliki adik (bahkan sampai saat ini juga masih ada yang berkata begitu..). sementara aku sendiri mengakui, jarang sekali aku dan Die bertengkar. bahkan mungkin bisa dihitung berapa kali dalam setahun..(bangga banget nih..he..)
kondisi hubungan yang baik ini kurasa tak terlepas dari peran serta emak yang selalu membiasakan kami (aku dan Die) untuk bersama-sama. sehingga kami sudah terbiasa untuk bersama dan jarang untuk bertengkar. contohnya saja, aku dan Die masih sering makan sepiring berdua (bahkan bertiga dengan emak,, atau juga-meski jarang- berempat dengan bapak).
ups,,,kurasa aku sudah hampir melenceng dari topik bahasanku ya?he...maaf.. jadi,, kembali ke tentang Herdi.

dia,,mmm...
istimewa...
dan tangguh...

kukira, cukup sampai di sini ya.
terlalu banyak hal yang bisa kuceritakan tentang Die, sampai-sampai aku bingung mau menceritakan apa. tapi yang jelas, Die adalah adikku. dan die adalah satu bintang venus bagia malam-malamku.(caila....alay.com.he..)
begitulah...

Minggu, 30 Oktober 2011

tentang Dimas Al Farizi

bismillahirrahmaanirrahiim...
Dimas sudah bisa berjalan!
alhamdulillah...
kau mau tahu bagaimana gaya jalannya?
persis seperti robot mini. masih kaku sekali.
tapi tentu saja.. karena yang berjalan itu adalah Dimas. maka kekakuan berjalannya balita 11 bulan itu sungguh terlihat menggemaskan. aku bahkan tak henti-hentinya menggoda balita itu dengan menyodorkan buah pepaya.
kau tahu Dee,, Dimas  suka sekali buah-buahan.
jadi, aku menyodorkan buah pepaya di hadapannya dalam jarak satu meter. dan godaanku ini disambutnya dengan manis sekali.^_^
Dimas berjalan terpatah-patah (khas robot banget...) ke arahku, sementara aku berjalan mundur perlahan
awalnya Dimas masih mau meladeni gurauanku ini dengan tampang semangatnya. tapi setelah lima-enam langkahnya, ia geram juga dan malah setengah berlari menjangkau pepaya di tanganku, sembari berteriak,
"te.te.te.te.teh!"
aku tersenyum geli dan menyerah kalah. kuberikan pepaya di tanganku padanya. dan memeluknya erat-erat. sementara hatiku melirih pelan sekali..
"teteh sayang Dimas... lekas besar ya Dek. biar jadi jagoan teteh yang shaleh.." 
dan seolah Dimas bisa mendengar lirihan hatiku saja, ia tersenyum manis sekali padaku.
^_^.(du.du.duhh....manisnya....)

Kamis, 27 Oktober 2011

tentang "Ayah"


Ini tentang ayahku.
      Sebenarnya aku terbiasa memanggilnya dengan sebutan ‘bapak’. Tapi tak apa lah. Di kesempatan tulis-menulis ini aku akan memanggilnya dengan panggilan ‘ayah’. Biar lebih syahdu, begitu. (hi.hi. ngalem banget..)
         Mungkin kau sudah tahu, Dee. Bahwa ayahku adalah putera ketiga (sebenarnya ke-enam. Tapi ketiga kakaknya wafat ketika masih kecil) dari pasutri bernama Rohaman dan Saneh. Ayahku sendiri bernama Abdul Tomik. Dan cukup dipanggil dengan nama ‘tomik’. Tentang namanya ini, ada beberapa temanku yang suka mengisengiku dengan banyolan seperti ini, “ayo..yang batuk.. yang batuk.. minum di’Tomik’ saja yah.. dijamin ampuh!”. ha.ha. sebel sih iya. Tapi lucu juga kok.
         Ayahku adalah seorang ekstrovert. Dan ia memiliki pengetahuan yang cukup luas tentang kehidupan. Seluas samudera yang menyelimuti bumi ini, kukira. (halah...alay.com) yah. Boleh juga kan kubilang pengetahuannya seluas samudera. Mengingat tanggal kelahirannya di 20 Januari 1967 itu mutlak menjatuhkannya pada zodiak aquarius. Nyambung kan?? He.he..

      Jadi, kembali pada ayahku.
      Ayahku memiliki pandangan hidup yang tegas. Apalagi soal disiplin. Entah itu tentang waktu ataupun hal remeh-temeh lainnya. Bila ayah mengajak pergi ke luar (misal) pukul 08.00. maka kami yang diajaknya harus sudah siap setengah jam sebelum jam on-nya. Karena ayah sering sekali mempercepat jadwal janji. (mandinya aja gak sampe lima menit! cepat kan??!!!). Hadeuh.. tentang waktu memang aku salut deh sama ayah.
    Ayahku juga seorang yang punya empati tinggi terhadap lingkungannya. Ayah tak segan-segan membantu siapa saja yang kelihatannya susah. Bahkan kepada orang yang baru dikenalnya juga. Sifat ayah ini lah yang membuatnya populer di mata orang-orang sekitarnya. Ini pula yang membuat pergaulan ayahku jadi sangat luas. Apalagi ayah pernah merantau ke luar provinsi, jadi cukup banyak juga saudara angkat yang bisa dimiliki oleh keluargaku berkat empati tinggi ayahku ini. Contohnya saja keluarga Om Malwan, teman rantau ayah saat bekerja di Palembang. Juga Om Haris dan Mbak Sumi, Teh Reva asal Ciledug, dan lain-lain. Rempong banget dah kalo aku mesti nulisin semua nama saudara angkatku di sini. So, go on, Oke.
        Namun begitu, ada juga hal yang membuatku dan adikku takut pada ayah. Apa itu??

Hmm... ayahku galak!

    Kalau ayah sudah marah, maka zona beradius satu kilometer bisa kena dampak amarahnya. Dan suaranya itu looh menggelegarr!! Sedang tak marah saja, intonasi dan volum suara ayahku sudah cukup tinggi. Jarak 15 meter mah masih bisa dengar suara ayahku yang lagi ngobrol. Tapi kalau sedang marah, hiiii...serem. biasanya sih jika sedang marah, ayah tak suka banyak bicara dan hanya menunjukkan face yang cembetut abis. Tapi jika amarahnya sudah tak terbendung, ya meledaklah suara bariton maha menggelegar dari tenggorokannya itu. alamat semua orang pingin kabur deh.

Pernah sekali aku membuat ayahku marah.
       Jadi ceritanya saat pertengahan bulan ramadhan 2011 ini ada acara peringatan nuzulul quran di mushalla Nurul Iman (mushalla dekat rumahku). Dan bagi tiap-tiap rumah diminta untuk menyumbangkan panganan atau uang seikhlasnya. Kebetulan saat itu paginya ayah sedang ada di rumah. Dan aku keceplosan mengatakan padanya ingin membuat brownies kukus untuk sumbangan ke mushala. Ayah senang sekali mendengarnya. Dan aku turut senang melihat senyum di wajahnya saat itu. Kukira semuanya akan baik-baik saja. Tapi nampaknya harapanku terlalu muluk di hari itu. Kenapa? Begini...
      Hari itu siangnya ayah pergi ke mushala untuk membantu persiapan acara. Dan setelahnya aku dan emakku sungguh sibuk sekali. Yah..sibuk lah. Ya urusan warung, kambing, anak asuh, dan lagi sekitar jam dua-nya ada temanku yang berkunjung ke rumah. So pasti aku jadi tak sempat membuat brownies kukus seperti yang kujanjikan pada ayah. Hmm.. jadinya, keluargaku hanya memberikan uang seikhlasnya. Gak perlu lah kusebutkan jumlahnya berapa.. he.he.
        Kemudian itulah, ketika jam menunjukkan pukul lima dan aku sedang memasak kolak pisang, ayah datang. ia marah. Marah besar. Ayah mengatakan bahwa ia sangat malu karena tadi ia mendapat teguran dari kak Madin (pengurus mushala) dan Om Oji yang agak menyindirnya karena keluarga kami tidak jadi menyumbang kue. Aku kaget. jelas saja! Aku tak tahu kalau ayah sudah sesumbar ke orang lain tentang pembuatan kue itu yang sayang tak jadi. Tapi aku lebih kaget dengan intonasi suara ayah yang terlalu tinggi untuk hanya soal sepele ini. Hanya karena masalah sumbangan ke mushala saja! Ya ampun...
       Jadi aku pun berusaha mengemukakan argumenku demi membela diri. Kuceritakan pada ayah tentang betapa sibuknya aku dan emak seharian ini. Dari keadaan warung yang dua kali lipat lebih rame jika sudah jam 4, kemudian juga temanku yang baru pulang sekitar jam setengah empat, Dimas yang masih harus diasuh sampai jam lima, serta tiga puluh ekor kambing yang harus digiring ke kandang.
       Aku bahkan baru memasak untuk berbuka puasa pada pukul lima. Padahal biasanya jam setengah lima sudah selesai. Sampai serak suaraku demi membela diri dari cercaan dan amarah ayah yang meletup-letup di hadapanku itu. kolak buatanku bahkan gosong sedikit, lantaran aku yang bolak-balik dari dapur ke warung, sembari tetap diomeli ayah. Saat itu emak sedang menggiring kambing, dan herdie berbuka puasa di tempat lain.
        Aku pusing mendengarkan cercaan ayah yang terus berentetan. Tapi aku hanya diam, Dee.. aku masih cukup sadar dengan tidak ikut menyulut amarahku. Meski begitu, pada akhirnya dinding pertahananku runtuh. Aku menangis.. dan ayah masih terus memarahiku. Ya tentang kue brownies yang tak jadi kumasak, tentang kolak yang gosong, dan kesembronoanku yang sudah lama berlalu pun diungkitnya. Aku menangis, Dee.. tapi ayah terus memarahiku sambil mengaduk-aduk kolak tanpa sempat melihatku.

Hingga akhirnya ayah pun melihatku...
      Ia langsung terdiam ketika mendapati aku tengah menatapnya dengan tangisan yang terus menderas di kedua pipiku dan senyuman pedih di bibirku. Ia terdiam. Dan amarahnya pun redam. Kukira ayah saat itu langsung tahu kalau ia sudah cukup kelewatan memarahiku. Hingga akhirnya ia berkata dengan intonasi lembut,
“ya sudah.. meli tutup warung saja. Maafin bapak ya. Bapak kelewatan.”
     Aku pun tersenyum lemah. Aku mengangguk dan menepis air mata dengan bahu tanganku kemudian beranjak untuk menutup warung.
     Kau rasakan kan, Dee? Ayahku memang seorang yang mudah meledak-ledak (macam kembang api saja!ha.ha.). tapi ia jauh lebih mudah untuk meminta maaf bila memang ia punya salah. Dan aku sangat berbangga karenanya.

Phyuhh... kembali ke topik ayahku ya.
Ada hal yang sangat lucu tentang aku dan ayahku. Kau tahu apa itu?
NYASAR!
Ya! Nyasar!
        Ha.ha... jika aku dan ayah sedang berboncengan naik motor untuk entah kemana, kami pasti hampir selalu nyasar ke tempat-tempat aneh atau minimal mengalami sedikit apek seperti ban yang kempes atau bocor. Sebalnya, ayah mengatakan kalau ia hanya mengalami kesialan-kesialan seperti itu jika sedang naik motor denganku. Hu.uh. aku sih tak pernah menganggap semua kejadian nyasar atau tetek bengek ban itu sebagai kesialan. Justeru aku menganggapnya lucu. Dan ayah selalu menertawakanku tentang standar ‘lucu’ nya aku ini.
        Hm.. entah kenapa jika bersama ayah, aku selalu saja salah sikap. Pasti ada-ada saja tingkah konyol atau kesembronoan yang kulakukan di hadapannya. Dan ini membuatku jadi malu. Pantas saja ayah masih menganggapku sebagai ‘puteri kecil’nya. Padahal kan aku sudah gede! (eits,,, gak pake ukuran mata ya ngukurnya! Ukurlah dengan ‘hati’. He...)
Salah satu kekonyolanku saat di hadapan ayah adalah di suatu perjalanan berangkatku menuju Ciputat.
        Saat itu seperti biasanya ayah mengantarkanku dengan honda beat-nya. Kami memilih jalur Kalideres-Grogol-Senayan di perjalanan kami saat itu. sejak mendapatkan kecelakaan tempo hari sebelumnya, ayah masih trauma untuk mengantarkanku langsung ke ciputat. Jadi aku hanya ikut ayah sampai ke senayan. Dan setelahnya aku naik mobil 102 jurusan Senayan-Ciputat yang akan menurunkanku di depan kampus Syahid.
       Di perjalanan, beberapa kali kami agak terantuk-antuk melewati jalanan yang sudah agak rusak di daerah slipi. Helm yang kugunakan bahkan sering membentur helm ayah. Dan ini membuatku agak mual di perjalanan kali itu.
        Syukurlah... setelah dua jam yang memualkan, kami tiba juga di Senayan. Persisnya di halte Gelora Bung Karno. Ayah menurunkanku di halte dan mematikan mesin motornya. Aku segera mencium tangannya dan meminta restu untuk menuntut ilmu. Kemudian aku segera mencari mencari tempat duduk di halte itu. syukurlah, meski agak ramai oleh orang-orang yang juga sedang menunggu angkutan tapi masih ada sedikit tempat di ujung halte. Aku segera pergi ke sana.
         Kulihat mbak-mbak yang duduk di samping tempat kosong yang kutuju,
“subhanallah... cantik. Kayak si temat” (maksudku tuh artis yang jadi pemeran bawang putih di sinetron tv. He..he.. aku gak begitu hafal nama.)
       Dan lebih cantik lagi begitu si mbak temat itu tersenyum padaku. Begitu pun rekan di sebelahnya yang hitam manis (gula merah kaliii..hihi.). aku pun membalas senyuman mereka dengan senyuman mantapku.
        Kemudian aku pun duduk. Tapi aku sangat kaget begitu melihat ayah yang masih nongkrong di jok motornya dan tersenyum-senyum melihatku. Spontan aku langsung bertanya.
“kok masih di sini? Ayah gak perlu nungguin meli.. nanti telat lagi kerjanya..”
          Nah... kata-kata ayah berikut lah yang sontak membuatku sangat-sangat kaget. sebelumnya ia tersenyum dahulu baru kemudian berkata,

“helm-nya, mel...”

      Oouww... spontan aku memegang kepalaku. Benar saja.. aku masih mengenakan helm ternyata. Pantas saja si mbak-mbaknya tersenyum manis banget tadi.. kukira semua orang Jakarta emang ramah-ramah. Ternyata...
         Aku malu banget. Ayah makin gak bisa nahan cengirannya. Tapi syukurnya ayah sangat bijak sehingga tidak langsung tertawa di halte itu. ia tahu aku tentu sangat malu.              Jadi, aku langsung melepas helm- merah-memalukan itu dari kepalaku dan menyerahkannya pada ayah. Dan ayah pun segera berlalu pergi setelahnya.
       Aku masih sangat malu ketika aku kembali duduk di halte. Bahkan sampai aku pindah duduk di angkutan 102 dan sampai di kosanku pun aku masih malu... ya iyalah malu. Siapa pula yang gak bakal ketawa melihat kekonyolanku itu. hadeuh...

   Begitulah.. banyak hal menarik yang kualami bersama ayahku. Dari hal menyebalkan, membahagiakan, aneh, lucu, juga konyol.
Dan dialah ayahku. Seorang yang selalu tahu bagaimana cara membimbingku.
Seorang yang selalu tahu kapan aku membutuhkan sesuatu.
Seorang yang selalu siap memberi sebelum sempat kuutarakan maksudku.
Seorang yang selalu menyertai doa-doanya dengan nama ibu, adik, dan namaku.
Seorang yang selalu mengajarkanku tentang disiplin dan keempatian.
Dialah yang selalu dan selalu dan selalu dan selalu dan selaalu dalam hidupku.

Dan kukira, kau pun memiliki sosok seperti itu bukan, kawan? ^_^

Sosok ayah, meski tak intens menunjukkan rasa sayangnya, sesungguhnya ia memiliki berjuta-juta cinta yang disembunyikannya dalam tepukan lembut ketika merangkulmu, atau dalam senyum tegas ketika menasihatimu, atau juga dalam kediamannya ketika jauh darimu. Jadi, jangan pernah meragui cintanya kepadamu, ok.

Alhamdulillah....
Ditulis dan diselesaikan di rumah ketiga, Rempoa
27 Oktober 2011
Dalam hujan dan teduh yang meriakkan rindu di hati.

Selasa, 25 Oktober 2011

apa yg kumau?.

"apa yang kau mau?"
aku terhenyak ketika mendapatkan pertanyaan ini dari mulutnya. ia, yang selama ini kukira acuh, tak perduli dengan eksistensiku, ternyata cukup peduli (sekaligus berani) untuk menanyakan hal ini langsung kepadaku.
meski kebingungan itu masih ada, tapi aku berusaha untuk menutupi ini darinya. secepat mungkin kujawab pertanyaannya itu.
"apa mauku?.hm...entahlah. aku pun tak tahu"
jujur!memang itulah jawabanku. tapi ia tak percaya. ia menyangsikan bahwa aku mengatakan hal yang benar. ia merasa aku selalu berusaha tegar dan terlihat "kuat" di hadapan orang lain. meski memang,,,aku seperti itu. tapi,, tidak!aku memang tak persis mengetahui apa yang diinginkan oleh nuraniku.
atau,, benarkah?..
apakah jangan-jangan aku telah dibohongi oleh nuraniku sendiri??.
hhh..dunia kurasa semakin memusingkan saja!

Jumat, 21 Oktober 2011

closing of Diary Mini 2008

Alhamdulillah... sudah selesailah tulisanku di diary mini 2008. sebenarnya masih ada lanjutannya. tapi sudah tidak kutulis di diary mini lagi. melainkan di diary Dee.. diary teddy bear-ku. he.he..
jadi begitulah. ada banyak catatan yang kubuat di diary mini 2008 ya?. hmm..gak bisa banyak kata lagi nih.
sudah dulu deh. semoga di lain tulisan, aku bisa lebih keratif lagi. amin.

Puisi - "Duka di langit Yanti"

28 Mei 2009...

Langit cerah berduka.
Seorang kawan baikku tinggalkan dunia.
Pupus bersama cita-citanya yang tinggi bak menara.
Hingga hanya menyisakan sebentuk raga tak bernyawa.
Nuryanti,,
namanya...

Teringat dulu sekali saat kita masih bersama
Kau tergelak dalam tawa dan canda
Terkadang pula kau hanya tersenyum tanpa suara
Ramah pribadimu hangatkan suasana
Kau,, seorang yang kusayang dan begitu menyayangi kawan lainnya...

Nuryanti,, hari itu langit berduka
Namun tak ada mendung ataupun awan gulita
Bahkan mentari tetap semangat bercahaya
dan angin semilir terus berkelana
tapi mereka mengantarkanmu ke tempat istirahatmu yang lama.

Yanti,,
tak ada tangisan yang bisa kukeluarkan
bukan karena aku tak merasakan kesedihan itu
melainkan karena aku tak tahu bagaimana caranya mengeluarkan air mata
dengan semua kesedihan yang terlalu pekat ini
Tapi tetap, kulantunkan doa untukmu,
semoga kemana pun adanya,,
Kau tetap bahagia...

       (in memoriam of Nuryanti, seorang el-Kimdi)

Gundah milikmu

Ahad, 15 Maret 2009

Kala itu langit teduh.
Awan kelabu sembunyikan surya dari wajah alam.
mengiringi senja yang akan segera tiba.

Perlahan titik-titik air turun ke bumi. Tak cukup deras untuk membuat bising telinga. Kala itu pula kubaca surat darinya. Sahabatku sayang...

Ada kegalauan yang kubaca dari gurat-gurat tulisan dalam kertas di tanganku. Ada rasa pedih yang terpendam selama beberapa waktu lalu dan menunggu seseorang / sesuatu untuk meledakkannya. Dan akhirnya,,, melalui lima lembar kertas di tanganku ini, rasa itu bisa tersampaikan. Tinggallah aku yang kebingungan...

Kau,, Seorang sahabat yang penuh pengertian. Tak kutemui orang lain yang mau bersusah payah untuk senyuman temannya, selain dirimu.
Kau,, sahabat seperjuanganku di Jakarta dalam meniti ilmu yang tersebar dalam kehidupan.
Kau,, yang begitu menghangatkan hati.
Kau,, sahabatku yang (semoga) selalu dikasihi Yang Maha Pemberi..
Amin.

Hidup adalah proses untuk menjadi yang ter / lebih baik. Untuk itu terkadang dibutuhkan perubahan-perubahan (baik disukai atau tidak). Dan itulah  yang telah terjadi pada kita, dan di antara kita.

Banyak hal yang telah merubahku. Kuakui itu. Tapi yang begitu meresahkanku adalah adanya rasa canggung antara kita. Adakah itu perubahan yang telah membuatnya?

Sobat,,, dalam kesempatan lain kau tanyakan padaku.
"Apakah dicintai itu salah?"
Aku bingung. Tapi kujawab juga, "Tak salah"
Lalu kau bertanya lagi,
"Apakah mencintai itu salah?"
Masih kebingungan kujawab, "tidak"
Kemudian mengalirlah cerita tentang cinta dari mulutmu. Matamu pun begitu ringan mengalirkan air mata. Aku turut merasakan yang kau rasakan. Saat itu kusadari kau tlah jatuh hati pada seseorang yang sangat kau kenal dan juga mengenalmu. Aku pun, kau bilang tahu siapa pria yang tengah menyemikan bunga-bunga cinta di hatimu kini. Ialah Dia.. Seorang yang sangat dekat dengan pemilik cinta pertamamu dulu...

Aku kaget. Kau menangis. Aku bingung mesti bersikap apa. Kau meminta maaf padaku karena telah mengingkari ucapanmu sendiri untuk "berpacaran setelah menkah". Ucapan yang sudah lama sekali kau katakan padaku dan kuiyakan juga untukku.
Aku sedih. Juga kecewa. Namun aku tak ingin marah padamu. Karena kutahu kau telah cukup tersiksa merengkuh rasa itu.
Kau menangis. Aku ikut menangis. Kutenangkan hatiku, dan kucoba menenangkanmu. Dengan lembut kukatakan, tak ada yang mesti dipersalahkan. Dan tak ada kata maaf yang harus terucapkan.
Aku mencoba ikhlas menerima keputusanmu. Mungkin memang cinta itu begitu kuatnya dan sulit bagimu mengelaknya.
Hanya Allah yang tahu ke mana akhirnya perasaanmu akan berlabuh. dan aku hanya seorang yang siap di sisimu saat kau lelah meniti cintamu.
Hingga saat ini, Kau masih dengannya. Dengan dia, "pacarmu".

Sobat,,
Memang kurasa ada banyak hal yang telah berubah. Dirimu, Diriku,, dan mungkin juga persahabatan kita. Kau asyik dalam kediamanmu. Aku pun asyik dengan sifatku yang baru. Kita jarang lagi bercengkerama. Sekedar membagi rasa yang menjerat jiwa. Padahal sudah cukup lama kita tinggal di bawah atap yang sama!.
Aku sedih dengan keadaan kita saat ini. Dan mungkin kau juga merasakan apa yang kurasakan ini. Seringkali ku ingin meloncati waktu ke masa lalu. (andai aku bisa) kembali ke saat kita masih jernih memandang dunia. Bahagianya kurasa saat itu.
Tapi tidak,,,
Aku sadar. Ini adalah satu proses untuk kita menuju akhir yang kita harapkan. Dan saat ini telah terjadi perubahan itu. Perubahan yang kita harapakan dapat mengantarkan kita menjadi manusia yang lebih baik. Setidaknya cukup baik di hadapan-Nya, nanti...
Apa pun yang saat ini terjadi dan segala yang ada di hadapan kita nanti, yang kuharap adalah kita tetap bersahabat. Tak mengapa bila bibir kita terkunci rapat. Asalkan hati kita masih tersimpul erat dalam bingkai indah persahabatan.

Puisi - "Kita"

Jumat, 13 Maret 2009

Puisi Oleh ALA

Q lihat bayangan
 di tengah derasnya hujan.

Q lihat senyuman
dan lambaian tangan.
jangan sembunyi lagi, Kawan!
Karena kutahu itu Kau..

Biarkan langit kelabu,
atau angin kencang menderu.
Biarkan basah dan dingin.

Qta lewati badai ini bersama
dengan cita dan cinta.

                               

My 6th Song - "Jika-Maka"

Jumat ceria lagi di 06 Maret 2009

hahay... satu lagu lagi yang kuciptakan dalam suasana yang cukup aneh.
jadi ceritanya, aku lagi jalan-jalan di depan auditorium Syahid, tahu-tahu lihat ada pasangan laki-laki sama perempuan yang lagi pada berantem. eh,, muncul deh lagu ini di benakku dan langsung saja kunyanyikan. ha.ha. ini dia   :

             "Jika- Maka"

Lelah diri ini, kucoba tuk pergi
Sgala yang terjadi antara kita berdua
tak lagi kumampu meraba hatimu
Kau tlah jauh berubah...
         
         Jika memang harus pisah
         Maka tak ada yang harus mengalah
         Jika memang engkau marah
         maafkanlah aku, sahabatku
aku tak pernah membencimu, sahabat
Sungguh kan slalu sayangimu....ho..


aneh??? ha.ha.. aku ngaku kok kalau aku memang orang yang aneh. tapi lebih aneh mana coba, orang yang ngaku dirinya aneh atau orang yang mau berteman sama orang yang aneh??? hi.hi.. Dan berikut ini adalah piku not-not nada untuk lagu ke 06-ku..


My 5th Song - "Buah Hatiku"

Jumat ceria, di 26 Februari 2009

                     "Buah Hatiku"
Oleh : Mei

Kerlip cahaya bintang di langit biru kelam
dan malam berjuta bintang
Angin berkisik, sejukkan hati yang merindu
oh dawai cinta menderu

        Samar bayangan masa kecil
        Mengajak bermainan seru
       Kupeluk lembut cinta kecilku
       Dan tak kuasa kugapai semua

Harapan indah itu, slalu ada di hati
tak pernah sekalipun kuingkari
Dan slalu ingat itu, oh bahagia di hatiku
tentangmu, buah hatiku...

Lagu ini diadaptasi dari lingkungan kos yang sepi. Saat aku lagi kangen-kangennya sama emak, bapak dan herdi. yah,, meskipun lagunya terkesan dinyanyikan sama seorang ibu terhadap anaknya, tapi lagu ini cukup mewakili rasa kangenku ke keluargaku yang ada di Jati.
Dan berikut ini adalah piku not-not nada untuk lagu ke 05-ku..


My 4th Song - "Tak Sempat"

Senin, di 23 Februari 2009
  lagu ini, terlantun begitu saja di bibirku. ada latar ceritanya memang. tapi aku tak bisa mengatakannya di sini, Kawan! maaf. jadi,, nikmati saja ya syair lagunya. ini dia...

                                "Tak Sempat"
Oleh : Mei
Aku tak sempat melihatmu
Aku tak sempat menatap matamu
Sungguh ku rindu kepadamu
Andai saja kau tahu...

        Aku tak sempat menyapamu
        Aku tak sempat berbincang denganmu
        Tapi biarlah ku tak apa
        karena kau selalu di hatiku.

hm...satu komentar tambahan dariku, lagu ini adalah lagu yang paling melow yang pernah kuciptakan.
Dan berikut ini adalah piku not-not nada untuk lagu ke 04-ku..


Kamis, 20 Oktober 2011

My 3rd Song - "Aku Masih Di Sini"

at Noon, 12 Januari 2009

Lagu ketiga ini kubuat kala aku tengah menghadapi UAS-ku di semester satu di masa kuliahku. Lagu ini tercipta secara spontan dan hanya membutuhkan waktu , 15 menit (baik syair maupun liriknya).
Lagu yang menceritakan tentang persahabatan. Rasa haru yang kurasakan dari kebersamaan selama 5 bulan bersama Rie, T' Alif, T' Riana dan T' Susan di tempat kos Ciputat, menjadi pendukung dalam terciptanya lagu ini.
Pagi yang cerah dengan cericit burung kecil di atas genting dan pepohonan, menjadi ritme musik yang kurasa t'lah disediakan alam untukku.
Maka dengan bahagianya aku bernyanyi!
Meski awalnya hanya asal nada, namun pada akhirnya aku berhasil menciptakan laguku yang ketiga ini.
Ini dia,,,
            "Aku Masih Di Sini"
Oleh : Mei
Bila pagi datang
dan tunjukkan hari yang terang
meski saatnya ku kan pergi
engkau di sini

Diam kusendiri
ditemani hari yang sepi
melihatmu masih menangis
aku bersedih
          oh sahabat,, janganlah kau terus berduka,
          tersenyumlah...
          aku masih ada di sini

Masih ada waktu untuk kita
berdua tuk bersama, jalani masa indah kita
meski nanti aku akan jauh darimu
tapi yakinlah,
hatiku slalu di dekatmu,
temani hari-harimu...

Dan berikut ini adalah piku not-not nada untuk lagu ke 03-ku..


                                                      

My 2nd Song - "Aku dan Kesepianku"

13 Februari 2009

Dee... Lagu ke duaku ini dibuat dengan latar belakang yang sama seperti lagu pertamaku, 'arti hadirmu'. yaitu berkenaan dengan tugas seni musik di SMA kelas 2. namun lagu ini adalah untuk Ratna, seorang sahabatku juga. saat itu ia menyodorkan kepadaku syair-syair yang berima dan memintaku untuk membuatkan liriknya. dan yah,,, ini dia lagu kami ;

"Aku dan Kesepianku"
Oleh : Mei
Kularut dalam kesepian
Tiada arah dan tujuan
Menanti akan kejujuran
Yang tak pernah pasti kan datang
        Seakan waktu, berhenti berputar
        Seakan semua mimpiku pudar
        Saat kusadar, kau telah jauh
        Tinggalkan hatiku yang rapuh
Semua ini takkan kembali lagi
Semua ini takkan terulang lagi
Hanya pintaku satu yang pasti
Jangan tinggalkan aku sendiri

Dan berikut ini adalah piku not-not nada untuk lagu ke 02-ku..


                                          

Selasa, 18 Oktober 2011

My 1st (First) Song



Rabu, di 21 Januari 2009
“Arti Hadirmu”
Lagu ini kubuat untuk memenuhi tugas pelajaran seni musik di SMA-ku. Tepatnya kelas 2 semester gasal.
Saat itu guru musikku, Pak Syamsul, menugaskan kami untuk menciptakan/mengaransemen sebuah lagu untuk kemudian kami rekam bersama satu kelompok kami. Saat itu aku sekelompok dengan Nita, Mar, Ela, Neng, Yanti, Arif dan Cecep.
Lagu ini tercipta bermula dari kubaca sebuah puisi yang dituliskan Rie untukku saat MTs dulu. Jadilah akhirnya kubuatkan nada untuk syair-syairnya itu, tanpa mengubah sedikitpun syairnya. Yah,, mungkin memang ada tambahan syair di bagian akhirnya. Tapi secara keseluruhan, lagu yang kubuat ini memang kugubah dari puisi Rie.
Nada dasar lagu ini mengikuti nada dasar suaraku. “G”. Menurut teman-teman sih laguku enak di dengar. Ah,, entahlah.. aku tak terlalu memusingkannya. Aku hanya ingin mengungkapkan apa yang Rie dan aku juga rasakan dalam puisi itu.
Perasaanku. Perasaannya.. perasaan kami berdua dalam bersahabat. Begitu indah!
Ini dia :
                                                “Arti Hadirmu”
Terbayang dalam imaji
Yang mungkin takkan kau pahami
Usahlah kau hirau semua
Biarlah semua adanya
          Tenggelam ku dalam mimpi
          Mencari sahabat sejati
          Dan kini kutemukanmu
          Kuyakin kau lah takdirku
Kau halau semua batas itu
Cairkan beku di hati
Alirkan semua rahasia
Melebur dalam suasana
Melebur dalam suasana...
          Tak usah kau cari makna hadirnya diriku
          Aku di sini untukmu
          Mungkin saja beri arti cinta padamu, Sobat
          Aku di sini untukmu.
Bagus? Itu terserah tanggapanmu, Kawan!
                                                                             ...Ly Oz...