Sabtu, 12 November 2011

Cerpen - "Serenade Dinda di langit Jingga"

tanah merah basah...

kuresapi rinai hujan yg perlahan mulai meluap dari daratan bumi..
sementara Aku masih bertahan di tempatku berpijak sejak sejam yang lalu..

Nenek Aida,,,
"Kepada-Nyalah kita semua akan kembali"
aku tahu itu..
tapi tetap saja hati ini masih belum bisa
melepasmu dengan ikhlas..
entah apa itu ikhlas,, aku tak tahu Nek..
yang jelas kini aku masih menangis untukmu.
Lihatlah!!
Aku yang dirimu katakan sebagai "cucu kebangganmu" ini kini tengah menikmati kerapuhannya selepas kepergianmu.. maafkan aku jika hal ini membuat kepergianmu jadi tak tenang..
maf Nek.. .

ah,, semua orang sudah pulang. meninggalkanku sendiri di pemakaman ini bersama tempat tinggalmu yang baru..
yang kuharap tentunya dirimu merasa lebih bahagia di "surga sana".. amin..

aku yakin Nenek pasti bahagia!seyakin hatiku pada ucapan sahabatku, Ranindita. bahwa,
"orang yang baik pasti akan di kasihi oleh Allah.karna kebaikan sekecil apapun tak akan pernah luput dari kasih-NYA"
nenek Aida orang yang sangat baik..
dan karna kebaikanmu itulah kini Aku merasa tak mampu untuk menahan tangis ini..

teringat pula olehku kenangan lain tentang nenek aida...

"suka Kopi?"

itu tawaran nenek Aida di suatu kali dulu..
saat aku masihlah seorang gadis kepang 7 tahun.
aku tersenyum dan menerima tawarannya. meski sekalipun aku belum pernah merasakan rasa kopi itu.

kuikuti langkah nenek ke dapur untuk membuat kopi.. kulihat kepiawaiannya mencampur sesendok kopi bubuk dan sesendok lebih gula putih ke dalam dua cangkir gelas.. dengan senyuman yang tak lepas dari bibirnya, ia senandungkan sebuah lagu yang asing di telingaku namun begitu harmoni.

rasa penasaran membuatku gerah. akhirnya dengan berani kukatakan pada nenek,
"boleh nyicip bubuk kopinya gak Nek?..."

nenek aida tersenyum dan mengangguk.
segera saja kurasakan sedikit bubuk kopi yang kukira rasanya manis seperti cokelat. tapi ternyata,,,

"huek,,
pahit nek.. Dinda gak suka. gak mau kopi ah!"

nenek Aida tetap tersenyum. ia teruskan kegiatannya membuat kopi.
setelah dua cangkir kopi itu jadi, dengan enggan kubantu nenek membawa salah satu cangkir kopi itu ke ruang tamu. di depanku, nenek aida lebih dulu menempati sofa di dekat pintu. barulah kemudian aku menempati sofa di sampingnya.

"Dinda gak mau kopinya nek.. pahit..kopi Dinda buat Nenek aja deh.."
perlahan kuutarakan hasratku pada nenek, tapi tetap dengan senyumnya, nenek aida memintaku untuk mencoba kopi buatannya itu.. akhirnya dengan enggan kutempelkan ujung lidahku untuk menyentuh cairan kopinya.

"Srutt.emm...manis!!! qo manis nek?? kan tadinya pahit..wah..ini pasti karna gulanya ya nek>??"
aku berseru dengan semangat. langsung saja kuseruput kopi buatan nenekku itu dengan cepat.

"hayo..
pake sendok dulu minumnya Dinda..kopinya masih panas Lho.."
nenek ku tersenyum manis, dan aKu tersipu malu.

sejenak saja nenekku diam lalu akhirnya berucap,
"kopi pahit ditambah gula yang manis jadi minuman yang enak ya?"
aku langsung mengangguk mantap.

nenek tersenyum, kemudian melanjutkan ucapannya..
"dalam kehidupan ini mungkin kita akan mengalami bermacam kejadian yang mungkin membahagiakan, mungkin juga menyedihkan. tapi tahukah Dinda,semua kepedihan dan kebahagiaan itu menjadikan hidup ini menjadi lebih istimewa. tanpa kesedihan, manusia akan menganggap kebahagiaan yang dialaminya adalah hal yang membosankan dan tak berkesan. mengerti?"

aku masih bingung dengan ucapannya. langsung saja aku berucap,
"maksuddnya nekk?"

sebentar saja Nenek Aida menghela napasnya sebelum akhirnya menerangkan maksud ucapannya.
"begini...tanpa kesedihan, maka kebahagiaan pun tak bisa dibedakan dan dikenal. jadi, tetaplah tersenyum meski kamu sedang bersedih. karna pasti!ada kebahagiaan yang akan kamu rasakan nanti.. mengerti??"

aku tersenyum cerah. kupahami maksud ucapannya itu
kini.
seperti bubuk kopi pada gula. Ia bisa menjadi minuman yang nikmat ketika gula dan kopi itu ada. Kopi pahit dan gula manis. Maka seperti itu pula lah jalurnya hidup ini. Hidup bisa benar-benar hidup ketika kesenangan diiringi pula oleh kepedihan. Tentu saja yang berimbang,,, 

ah,,
aku teringat pula pada satu ucapanmu dulu,,
"tiap kehidupan selalu ada permulaannya, Dinda..
pun juga manusia yang lahir ke dunia dengan tangisnya yang kencang sementara orang-orang sekelilingnya menyambutnya dengan senyuman penuh haru..
dan orang yang paling bahagia adalah orang yang manakala ia meninggal kelak, ia akan meninggalkan dunia ini dengan senyuman tenang untuk menemui Tuhannya sementara orang-orang sekelilingnya menangis untuk kepergiannya karna rasa cinta yang ditujukan padanya.."

nenek,,
aku jadi mampu untuk tersenyum karna mengingat ucapanmu itu..
tentunya kurasa dirimu cukup bahagia di dunia ini karna kini banyak orang yang menangisi kepergianmu..
lihat saja Aku, nek!aku bahkan tak mampu mempertahankan tangisku..

tentu saja..
mungkin untuk saat ini aku masih akan cengeng tiap kali mengingatmu..tapi lihat saja!
perlahan aku akan mampu menghadapi dan menerima kepergianmu dengan senyuman..
senyuman termanis yng bisa kupersembahkan hanya untukmu, nek..
dan,, nenek.. tentu saja benar apa yang kau ucapkan dulu itu.
kurasa kini tak ada yang bisa menghalangiku untuk tersenyum.
itu semua karnamu Nek,,
karna senyummu..

1 komentar: