Cinta.
Aku larut dalam samudramu.
Tenggelam hingga ke dasarnya,
Tanpa keyakinan untuk bisa kembali ke tempatku
semula.
Bagaimana bisa?
Berawal dari percikan, aku gamang dalam harapan
lama
Merinduinya,
Mendambanya,
Pun mencintai waktu saat bersama dengannya.
Harapanku sederhana
saja,
Bisa melihat senyum cemerlang di bawah dua
gemintang cokelat miliknya.
Sederhana sekali, bukan?
Dan waktu terus berlalu
Menyeret langkahku untuk terus mengikuti ke mana
tawa dan senyumnya pergi
Apa dayaku?
Senyumnya begitu memikat hati ini
Kesediaanku untuk melakukan apa pun demi melihat
senyumnya begitu merajaiku
Pun ketika harus kulukai diri ini demi
kebahagiaannya,
Aku memenuhinya.
Kubiarkan senyumnya dimiliki bidadari lain,
Sementara aku bertahan dalam topeng ketegaran.
Itu kulakukan, cinta.
Demi dia.
Demi dia.
Cinta.
Aku terluka.
Bilangan tahun tlah menyeretku jauh.
Membuatku kehilangan arah menuju mimpi-mimpiku
lainnya
Sementara aku bersembunyi di balik bayang
senyumnya,
Ia kian cemerlang dalam rangkulan bidadari
jelitanya.
Sakit.
Rasanya terlampau sakit, cinta.
Dan tibalah waktu henti itu.
Kuputuskan untuk berhenti melihatnya
Berpaling dari cemerlangnya binar senyum
miliknya
Membutakan diri dari segala hal tentangnya
Kutulikan pendengaranku dari suara dan nama
miliknya
Kututup hatiku rapat-rapat dari berkemungkinan
menyadari keberadaanmu, cinta.
Maaf..
Aku hanya terlampau lemah untuk bertahan dalam
rasa pedih ini.
Maafkan aku, cinta..
Cinta.
Aku pun berada dalam zona kebimbangan,
Usai lama tak kusinggung jalur langkahku dengan
langkah miliknya.
Duniaku kebas saat itu.
Bagiku setiap waktu adalah malam
Sayangnya malamnya duniaku tak memiliki
rembulan,
Ataupun sepercik saja bintang sebagai penerang.
Aku gagap dalam gulita ini, cinta.
Tolong aku.
---
Selintas kabar tentangnya datang padaku
Dia hendak pergi menuju keabadian surga
milik-Nya
Bersama sang bidadari...
---
---
Cinta.
Aku kembali.
Kutemukan jalur awalku menuju mimpi-mimpi yang
sempat terabaikan
Dan kami bertemu lagi, cinta.
Ia menjadi satu dari sedikit malaikat yang
membantuku menemukan jalurku
Aku berterima kasih kepadanya juga kepada
malaikat-malaikat lainnya.
Terima kasih..
Dan kali ini, hatiku bisa bersanding dengan sang
ikhlas.
Kabar tentang perpisahannya dengan sang bidadari
tak membuatku lantas
Berbahagia di atas derita yang tengah
dihadapinya.
Aku tak lagi memandangnya sebagai harapan yang
bisa kumiliki
Karena bagiku kini,
Ia adalah malaikat yang terlampau cemerlang
meski hanya untuk memenuhi mimpiku saja.
Satu harapku tentangnya adalah,
Ia bisa menemukan bidadari lainnya yang
secemerlang dirinya.
Amiin..
Hm..
Cinta.
Kurasa takdir mengajakku bermain.
Kami bertemu kembali.
Dalam perjumpaan yang tak pernah terpikirkan.
Kembali berjalan bersama waktu,
Kami bertiga melaluinya bersama.
Aku, dia, dan waktu.
Cinta.
Kurasa dinding di hatiku mulai retak
Kurasa pula aku bisa melihat wujudmu lagi.
“bagaimana bisa?” kau mungkin bertanya.
Waktu dan dia, cinta..
Waktu dan kebersamaan dengannya lah yang kurasa
Bisa mempertemukan lagi kita berdua.
Apa dayaku?
Cinta.
Benar dugaanku.
Waktu dan dia memang kembali mempertemukan kita.
Kau dan aku, cinta.
Kusadari hingga kini, bahwa dayaku semata tak
bisa melepaskanku dari jeratmu
Aku terlampau padamu, terhadapnya.
Aku terlampau mencintainya, cinta.
Jadi, kubiarkan waja waktu mengajakku ke mana.
Bersamamu di sisiku, kulangkahkan dayaku menuju
mimpi-mimpiku
Meski masih, tak bisa kulepaskan benakku dari
memikirkan kilau senyumnya.
Bukankah ini karenamu, cinta?
Tenang saja! Aku tak marah.
Cinta!
Benarkah itu?
Benarkah ucapannya itu?
Bahwa dia memiliki kamu terhadapku?
Bahwa dia (juga) mencintaiku?
Katakan, cinta!
Katakan, bahwa ini bukanlah mimpi!
Bahagia ini terlampau pekat dan membuatku
menyangkanya sebagai mimpi!
Aku bahagia, cinta!
Bahagia sekali!
Cinta!
Dia mengajakku pergi menuju keabadian surga-Nya.
Sayangnya, aku masih terikat pada rantai hidup
yang kunamakan
Sebagai tanggung jawab.
Hidupku tak hanya milikku saja, Cinta.
Ada mereka-mereka yang berhak melihat
kesuksesanku terlebih dahulu
Maka, dengan ringan hati, kujawab ajakannya
dengan pernyataan,
“maaf. Mungkin kita masih bisa bertemu dua tahun
mendatang”
Itu pernyataanku, cinta.
Sekaligus juga adalah harapanku.
Dan, Cinta!
Apa jawabnya lagi?
Ia bertitah seperti ini,
“jalani hidupmu dengan baik. Dan ijinkan aku
menganggap pernyataanmu sebagai penolakan”
Aku menerima titahnya.
Sekaligus juga bertanya-tanya dalam hati.
Kutanyakan pula tanya hatiku kepadamu, Cinta.
‘Oleh sebab apa ia memaknai ucapanku sebagai
sebuah penolakan,
Tidak sebagai penantian dan harapan?’
Cinta.
Aku kembali gamang.
Kini,
Benakku kembali sangsi,
Akan kebenaran bilamana ia benar memiliki kamu
terhadapku.
Bilamana ia jua memiliki harap untuk perjumpaan
kami dua tahun mendatang
Bilamana ia benar-benar memaksudkan
pernyataannya itu sebagai sebuah ajakan.
Mungkinkah aku salah menafsirkan?
Mungkinkah aku dikamuflase oleh harapan yang
berlebihan?
Mungkinkah semua rona merah, salah tingkah,
Ataupun jua kata-kata yang diucapkannya kepadaku
itu hanyalah canda biasa?
Bagaimanalah, cinta?
Aku gamang.
Dan akhirnya kini,
Kuputuskan untuk menganggap bahagia sesaat itu
sebagai mimpi.
Akan kukenakan lagi topeng ketegaranku.
Akan kusembunyikan lagi harapanku tentangnya.
Tapi tidak untuk menyembunyikanmu lagi, cinta.
Kuputuskan untuk menerimamu sebagai rekanku,
Selama kuarungi waktu ke depannya nanti.
Akan kuterima keberadaanmu dengan ikhlas.
Tak akan kuusahakan lagi untuk melupakanmu.
Karena nyata sekali pelajaran yang telah kudapat
dari masa lalu,
Bahwa semakin kuusahakan diri untuk menjauhimu,
Semakin mendekat dan melekat pula kamu di
benakku.
Kian tak damailah hati ini nantinya.
Jadi, kita berkawan saja ya, cinta!
Tentang dia...
Biarkan langit yang menunjukkan,
Apakah garis hidup kami memang akan bertemu di
dua tahun mendatang,
Atau tidak.
Dan selagi itu,
Aku akan berusaha mengakrabkan diriku dengan
sang ikhlas.
Bismillah, cinta.
Kita mohon ridha-Nya untuk kita berdua...
^.^
(Tulisan ini Ditulis dan diselesaikan pada,
Senin sore, 2 September 2013
Di
Rumah Putih.
Amaliyah)
cie...cie...
BalasHapusbaru kali ini meli posting ttg cinta, heee
hahaha.. iya kah?
BalasHapusrasa2nya sedari awal mel udah posting ttg cinta teh.
meski objek-nya beda.
buktinya: lihat aja postingan berjudul "ttg emak", atau "tentang die", atau "tentang bapak".. atau tentang-tentang lainnya.
itu kan postingan ttgcinta juga teh... ^_^
*) cinta kepada keluarga.