hmm..
Sekitar awal September, seorang sahabatku memintaku untuk membuat musikalisasi untuk puisi yang telah dibuatnya. Aku tak menolak permintaannya itu. Justru merasa tertantang untuk kembali berkarya setelah beberapa tahun sebelumnya aku sempat "mati otak".-itu istilahku untuk 'kemalasan' ku dalam berkarya.
Jadi, berbekal bismillah dan pemaksaan diri, akhirnya dari sejumlah puisi yang telah dikirimkannya kepadaku, aku berhasil membuat musikalisasi untuk salah satu puisinya. Pada 13 September 2013, aku selesai merampungkan melodi untuk puisi milik sahabatku itu.
Sayangnya, oleh karena keterbatasan instrumen, lagi-lagi aku hanya bisa merekam nada-nada puisi itu via recorder. Dan yang direkam tentu adalah suaraku. Setelah mendengar melodi yang kubuat untuk puisinya, (aku berhutang ucapan maaf kepada sahabatku karena aku baru mengirimkan melodinya pada bulan November... ^_^ maaaff... gak ada alasan khusus juga sih, kenapa lelet banget ngirim melodinya) Sahabatku berpendapat bahwa melodi yang kubuat terasa sekali sedihnya. Dan, well, aku pribadi memang merasa melodi yang kubuat sudah sesuai dengan kata-kata yang terangkai dalam puisi sahabatku itu. tentang "Keputusasaan". berikut adalah syair puisi yang telah dibuat oleh sahabatku.
"Awan yang Lari dari Langit"
oleh Anna Lestari Anwari
Tuhan, kulihat awan lari dari langit
Seperti juga aku yang lari dari lembar takdirku
Tintanya telah memudar dijajah samudera
Memutih, menunggu sisa daun ranggas dari untainya
Tuhan, mengapa baya dan kama lumat pada waktu
Sedangkan waktu tak pernah mau ditawar
Bila sajak ada tak butuh hujan, juga tak perlu awan
Akan kucuri segalanya dari bustan langit
Tapi Tuhan, kataMu aku harus menunggu
Tak Kau katakan harus menunggu siapa
Maka aku diam di tengah hingar dunia
Yang sorenya tak lagi bisa sewarna
O, Tuhan, di mana harus kusimpan waktu tunggu
Yang tak terbatasi diri
Di kota ingatannya atau di gelisah jiwa
Penyair yang datang saat gelisahnya telah diikat janji
Aku menghuni jawabMu, Tuhan...
sekian. ^_^ thanks ya, Rie.
Sekitar awal September, seorang sahabatku memintaku untuk membuat musikalisasi untuk puisi yang telah dibuatnya. Aku tak menolak permintaannya itu. Justru merasa tertantang untuk kembali berkarya setelah beberapa tahun sebelumnya aku sempat "mati otak".-itu istilahku untuk 'kemalasan' ku dalam berkarya.
Jadi, berbekal bismillah dan pemaksaan diri, akhirnya dari sejumlah puisi yang telah dikirimkannya kepadaku, aku berhasil membuat musikalisasi untuk salah satu puisinya. Pada 13 September 2013, aku selesai merampungkan melodi untuk puisi milik sahabatku itu.
Sayangnya, oleh karena keterbatasan instrumen, lagi-lagi aku hanya bisa merekam nada-nada puisi itu via recorder. Dan yang direkam tentu adalah suaraku. Setelah mendengar melodi yang kubuat untuk puisinya, (aku berhutang ucapan maaf kepada sahabatku karena aku baru mengirimkan melodinya pada bulan November... ^_^ maaaff... gak ada alasan khusus juga sih, kenapa lelet banget ngirim melodinya) Sahabatku berpendapat bahwa melodi yang kubuat terasa sekali sedihnya. Dan, well, aku pribadi memang merasa melodi yang kubuat sudah sesuai dengan kata-kata yang terangkai dalam puisi sahabatku itu. tentang "Keputusasaan". berikut adalah syair puisi yang telah dibuat oleh sahabatku.
"Awan yang Lari dari Langit"
oleh Anna Lestari Anwari
Tuhan, kulihat awan lari dari langit
Seperti juga aku yang lari dari lembar takdirku
Tintanya telah memudar dijajah samudera
Memutih, menunggu sisa daun ranggas dari untainya
Tuhan, mengapa baya dan kama lumat pada waktu
Sedangkan waktu tak pernah mau ditawar
Bila sajak ada tak butuh hujan, juga tak perlu awan
Akan kucuri segalanya dari bustan langit
Tapi Tuhan, kataMu aku harus menunggu
Tak Kau katakan harus menunggu siapa
Maka aku diam di tengah hingar dunia
Yang sorenya tak lagi bisa sewarna
O, Tuhan, di mana harus kusimpan waktu tunggu
Yang tak terbatasi diri
Di kota ingatannya atau di gelisah jiwa
Penyair yang datang saat gelisahnya telah diikat janji
Aku menghuni jawabMu, Tuhan...
Dan berikut ini adalah piku not-not nada untuk lagu ke 11-ku..
sekian. ^_^ thanks ya, Rie.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar