Jumat, 07 Maret 2014

Kunci Sukses Komunikasi Bawah Sadar Orangtua kepada Anak


Proses tumbuh kembang anak merupakan kolaborasi antara kedua orangtuanya dan anak-anaknya. Kolaborasi tersebut bisa dimulai sejak anak masih berusia 0 tahun. Masa inilah merupakan “fondasi” bagi seorang anak untuk membekali dirinya dalam menyongsong dan menjalani kehidupan pada masa depannya. Sehingga bagaimana sikap, potensi dan kepribadian seorang anak di masa dewasanya cenderung dpengaruhi oleh bagaimana pola pendidikan yang diterimanya di lingkungan hidupnya (keluarga dan masyarakat). Oleh sebab itulah proses pembelajaran etika, nilai, kepribadian, dan sikap perlu ditanamkan sedini mungkin. Dengan demikian, mereka benar-benar menjadi sosok penerus bangsa yang berperilaku dan berkepribadian luhur.
Anak-anak sering mengalami beberapa kelemahan dalam menangkap sebuah ide, informasi, perintah, dan nasihat yang akan ia serap dan lakukan. Namun, sebenarnya kemampuan menyerap segala informasi anak sangatlah “luar biasa”. Kelemahan itu bisa terjadi dikarenakan para orangtua melupakan “masa-masa keemasan” anak.
Masa keemasan anak berkisar pada usia 0-6 tahun. Menurut Gland Doman dalam bukunya yang berjudul How to Teach Baby to Read, ia menjelaskan bagaimana mengajarkan bayi untuk membaca. Disebutkan bahwa saat usia berkisar 0-6 tahun, anak memiliki kemampuan menyerap informasi yang luar biasa dan masa itulah masa yang paling sempurna untuk mulai dilakukan proses pembelajaran.
Dorothy Law Nolte, dalam buku Children Learn What They Live! Menjelaskan seperti berikut ini.
1.        Jika anak hidup dengan kecaman, mereka belajar untuk mengutuk.
2.        Jika anak hidup dengan permusuhan, mereka belajar untuk melawan.
3.        Jika anak hidup dengan ketakutan, mereka belajar untuk menjadi memprihatinkan.
4.        Jika anak hidup dengan belas kasihan, mereka belajar untuk mengasihani diri sendiri.
5.        Jika anak hidup dengan ejekan, mereka belajar untuk merasa malu.
6.        Jika anak hidup dengan kecemburuan, mereka belajar untuk merasa iri.
7.        Jika anak hidup dengan rasa malu, mereka belajar untuk merasa bersalah.
8.        Jika anak hidup dengan dorongan, mereka belajar percaya diri.
9.        Jika anak hidup dengan toleransi, mereka belajar kesabaran.
10.    Jika anak hidup dengan pujian, mereka belajar apresiasi.
11.    Jika anak hidup dengan penerimaan, mereka belajar untuk mencintai.
12.    Jika anak hidup dengan persetujuan, mereka belajar untuk menyukai diri mereka sendiri.
13.    Jika anak hidup dengan pengakuan, mereka belajar untuk memiliki tujuan.
14.    Jika anak hidup dengan berbagi, mereka belajar kemurahan hati.
15.    Jika anak hidup dengan kejujuran, mereka belajar kejujuran.
16.    Jika anak hidup dengan keadilan, mereka belajar keadilan.
17.    Jika anak hidup dengan kebaikan dan pertimbangan, mereka belajar menghormati.
18.    Jika anak hidup dengan keamanan, mereka belajar untuk memiliki  iman dalam diri mereka dan orang-orang tentang mereka.
19.    Jika anak hidup dengan persahabatan, mereka belajar bahwa dunia adalah tempat yang bagus untuk hidup.
Komunikasi merupakan kunci sukses hubungan antara orangtua dan anak-anaknya. Bentuk kasih sayang seperti pelukan, ciuman, sentuhan, dan semacamnya merupakan bentuk komunikasi dari “pikiran bawah sadar” yang perlu dipupuk dan dilatih kepada anak sejak anak berusia dini. Komunikasi bawah sadar ini dapat memberikan informasi positif kepada anak. dengan demikian anak bisa memahami maksud dan keinginan orangtuanya dan mampu menyerap sempurna setiap informasi yang berkualitas dari kedua orangtuanya.
Sebuah bentuk komunikasi bawah sadar harus memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut.
1.        Easy to understand
Ringkas atau rumitnya sebuah informasi yang disampaikan orangtua kepada anaknya merupakan salah satu kunci sukses yang harus dipahami oleh orangtua. Bahawa memegang peranan penting saat sebuah komunikasi dilakukan. Namun body language (bahasa tubuh) juga mendukung terciptanya komunikasi harmonis antara orangtua dan anak. Sehingga orangtua perlu menyelaraskan antara bahasa yang digunakan dan body language. Jika antara ucapan dan bahasa tubuh tidak ada kesinkronan, maka seseorang anak akan melakukan “tebak-tebakan perasaan”. Dan jika hal ini terus berlangsung, tanpa disadari anak akan memberikan label-label kepada orangtuanya, semisal “pembohong”, “pura-pura sayang”, “mau menangnya sendiri”.
2.        Interesting (menarik perhatian)
Kemenarikan dan keasyikan informasi yang akan disampaikan dan diterima oleh anak bisa membuat anak mengalihkan perhatiannya ke orangtuanya. Hal itu merupakan kunci sukses bagaimana terciptanya hubungan harmonis antara seornag ibu/bapak kepada anak.
3.        Pahami sensitifitas anak
Sensitivitas anak saat menerima informasi harus dijadikan “sinyal-sinyal” bagi orangtua, orangtua harus memahami kondisi dan situasi, yaitu saat yang tepat untuk bisa berkomunikasi dengan anak-anak.
4.        Information style
cara penyampaian informasi kepada anak perlu diperhatikan, sesuai dengan bertambahnya usia anak. Ini dikarenakan bertambahnya usia anak juga menandakan perkembangan kedewasaan anak. Perlakuan yang perlu diperhatikan oleh orangtua antara lain intonasi bahasa, gaya bahasa, serta tata bahasa.
5.        Using multisensory technique
Saat anak mulai memahami bentuk komunikasi sederhana, maka itulah saatnya untuk mengenalkan bentuk komunikasi bawah sadar. Sebagai contoh, memperlihatkan raut wajah “tidak setuju” saat anak melakukan hal yang kurang terpuji atau memberikan pujian disertai dengan pelukan dan sentuhan saat anak melakukan prestasi. Harapannya, dengan mengenal komunikasi bawah sadar ini kualitas proses tumbuh kembang anak dapat maksimal.

Referensi:
Andri Hakim, Hypnosis in Teaching, (Jakarta: Visimedia, 2010), h. 93-102.

Dorothy Law Nolte, & Rachel Harris, Children Learn What They Live, Parenting to inspire Values, (Workman Publishing, 1998).

2 komentar:

  1. :) arigatou, teteh.. mel lg gatel nge-publish-in resume beberapa buku yang udh pernah mel baca nih.

    BalasHapus